Kata sederhana bukan hal yang baru untuk kita. Sederhana ini sudah mendarah daging dalam setiap sendi kehidupan masyarakat dan menjadi trend hidup.Â
Apa-apa harus sederhana. Apapun pertanyaannya, jawabannya selalu sederhana aja. Apa sederhana memang sesederhana itu.Â
Disebuah butik ternama sedang kedatangan costumer yang sederhana.Â
Butik : "Mau model baju yang gimana, mbak?"
Costumer : "Yang sederhana, aja!"Â
Dalam dunia per-impian yang imajinatif sederhana juga diselundupkan. Wah, menghayal sekarang amat sederhana. Seperti kasus Bang Toyib dan Ayang.Â
BT : "Hmm, Ayang... nanti kamu pengen kita punya rumah yang gimana?"Â
Sebut saja Mawar : "Yang sederhana aja, Bang."Â
Cukup. Cukup. Sudah dimengerti walau belum paham. Pertanyaan yang masih bergejolak dalam benak ini adalah apa itu sederhana? Kenapa terselip di setiap sudut seperti debu? Seperti siluman yang dapat muncul dimana saja.Â
Membenci sederhana serumit ini. Sayang sekali, sederhana begitu jahat pada meraka yang benar-benar sederhana. Bukan mereka yang disederhanakan ataupun mereka turunan sederhana.Â
Sesungguhnya sederhana itu indah. Menyenangkan. Menjadi diri sendiri. Banyak definisi sederhana lainnya. Â Sungguh pahit yang sakit dari tamparan seleksi kehidupan dalam perjalanan ini sehingga enggan menjadi sederhana lagi.Â
Bukan tidak menarik sederhana itu. Tapi sampai kapan? Alam terus menyeleksi. Masih ingin tersisih?Â
Mari kita menjadi tidak sederhana!
Ketika kehidupan sudah memainkan peran, pijakan kuat tidaklah cukup. Harus punya pegangan untuk bertahan.Â
Ini tentang si sederhana. Benar-benar sederhana. Bukan yang disederhanakan ataupun turunan sederhana.Â
Sederhana bukan berarti tidak memiliki apa-apa. Betul. Hanya saja dalam kasusnya si sederhana tidak punya apa-apa untuk dibanggakan.Â
Sederhana bukanlah suatu keadaan. Betul. Hanya saja si sederhana punya kenyataan selalu tersingkirkan.
Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.
Setuju. Hidup memang sederhana dalam definisinya. Kehidupan memberi proses untuk tafsiran hebat-hebatnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H