Identitas Novel
Judul Buku  : Pulang
Penulis      : Toha Mochtar
Penerbit     : PT Dunia Pustaka Jaya
Tahun Terbit: 1957 (cetakan pertama
               2018 (edisi elektronik)
Tebal Novel  : 96 Halaman
Sinopsis Novel Pulang
Novel Pulang bercerita tentang seorang pemuda pribumi bernama Tamim yang menjadi tentara Heiho Jepang. Setelah tujuh tahun ikut berperang, Tamim pulang ke kampung halamannya di Gunung Wilis. Ia sungguh merindukan rumah, keluarga, dan tanah kelahirannya, serta orang-orang yang ada di sana. Kedatangan Tamim disambut dengan suka cita oleh seluruh anggota keluarga. Mereka bercengkerama hingga larut malam menceritakan segala yang ingin diceritakan setelah bertahun-tahun lamanya berpisah. Ibunya menceritakan tentang dua teman karib Tamim yang meninggal dunia di medan perang saat melawan penjajah, yaitu Pardan dan Gamik. Keduanya meninggal dunia ketika melawan serdadu Belanda. Ayah dan Ibu Tamim juga memberitahunya kondisi ekonomi mereka selama Tamim pergi, di mana mereka harus menggadaikan sawah untuk bertahan hidup. Hal itu membuat Tamim amat sedih. Ia pun bertekad untuk memperbaiki kondisi perekonomian keluarganya dengan mendapatkan sawah milik orang tuanya kembali. Dengan sisa uang yang dimiliki, Tamim akhirnya berhasil menebus sawah tersebut.
Sejak mendapatkan sawahnya kembali, Tamim menghabiskan hari-harinya dengan membajak sawah dan mengurus ladang. Ia melakukan pekerjaan itu dengan hati yang gembira. Suatu hari, Tamim di undang ke acara rapat desa untuk merencanakan perbaikan makam Pardan dan Gamik. Hal itu dilakukan sebagai wujud penghormatan dari warga desa atas jasa dua pahlawan dari desa mereka. Pada saat pertemuan, para warga desa saling bercerita pengalaman mereka ketika masa perang Gerilya. Mereka juga meminta Tamim menceritakan pengalamannya selama menjadi Heiho. Tamim saat itu enggan bercerita karena ia takut disebut sebagai penghianat yang telah memerangi bangsanya sendiri. Oleh sebab itu, Tamim menceritakan kisah palsu dengan mengarang cerita tentang bagaimana dirinya melawan penjajah di lereng Gunung Cupu, Pasundan, Jawa Barat. Cerita itu membuat orang-orang percaya dan merasa kagum pada perjuangan Tamim.