Mohon tunggu...
Nurjayanti Takwa
Nurjayanti Takwa Mohon Tunggu... Dosen - Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar

Mulai tertarik dan aktif menulis karya fiksi berupa cerita pendek (cerpen) sejak tahun 2011, dan telah meraih beberapa penghargaan penulisan cerpen dalam berbagai ajang tingkat regional dan nasional. Salah satu di antaranya meraih juara dua pada lomba cerpen Macazzart Indie Books, dan karya yang diikutkan pada lomba tersebut telah dibukukan menjadi book chapter berjudul Life To Tell. Sebuah esai tentang Budaya juga pernah diterbitkan pada rubrik Budaya Harian Fajar pada tahun 2015. Sejak tahun 2017 hingga sekarang aktif menulis berbagai artikel ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Setelah Professor Artificial Intelligence (AI) Mundur dari Google

6 Juni 2023   16:01 Diperbarui: 6 Juni 2023   16:04 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Ide tulisan ini pertama kali lahir ketika penulis memperoleh informasi dari berbagai media tentang mundurnya seorang Profesor Artificial Intelligence (AI), Geoffrey Hinton dari perusahaan raksasa yang bergerak di bidang jasa dan produk internet Google.

Dilansir dari berbagai media di Amerika Serikat, alasan Hinton mundur karena kekhawatirannya terhadap berbagai resiko sebagai akibat dari perkembangan AI bagi kehidupan manusia. Melalui akun Twitternya @geoffreyhinton mengunggah cuitan pada 1 Mei 2023, "In the NYT today, Cade Metz implies that I left Google so that I could criticize Google. Actually, I left so that I could talk about the dangers of AI without considering how this impacts Google. Google has acted very responsibly". Selepas Hinton hengkang dari Google, kini ia ingin fokus membicarakan tentang bahaya AI bagi kehidupan manusia.

Hinton dalam berbagai kesempatan telah mengungkapkan bahwa dengan kehadiran AI ini, di dunia maya akan terjadi transaksi informasi berupa gambar, video, suara, serta teks non orisinil atau palsu secara besar-besaran. Itulah mengapa literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan. Minimal, masyarakat awam menyadari terlebih dahulu kehadiran AI ini.

Seorang pakar AI terkemuka mengatakan bahwa tujuan AI adalah untuk mengembangkan mesin yang berperilaku seolah-olah cerdas. AI adalah ilmu dan teknik pembuatan program komputer cerdas yang mampu memahami kecerdasan manusia (McCarthy, 2007).

Berbagai fenomena telah terjadi dalam kehidupan manusia semenjak kehadiran AI ini. AI pun menjadi salah satu topik yang hangat untuk diperbincangkan. Salah satunya ialah fenomena saat pemenang lomba fotografi bergengsi internasional, Sony World Awards (SWPA) 2023, kategori kreatif diumumkan. Karya fotografer asal Jerman, Boris Eldagsen terpilih sebagai pemenang.

Eldagsen mengirimkan sebuah foto hitam putih yang diberi judul "Cheeky Monkey" dengan objek yang ditampilkan dua orang wanita dari generasi yang berbeda.

Sebagai pemenang, Eldagsen menolak menerima hadiah yang diberikan. Atas penolakannya inilah yang kemudian memunculkan polemik. Ternyata, karya yang ia kirimkan merupakan foto yang ia buat melalui teknologi AI. Eldagsen mengaku bahwa ia sengaja mengirim foto AI tersebut untuk menguji sejauh mana pihak penyelenggara serta juri lomba bergengsi seperti ini siap dalam mengantisipasi kehadiran AI. Tentu, ini menjadi pukulan dan pelajaran berharga bagi dunia fotografi dan visual grafis sekaligus.

Melalui blog pribadinya eldagsen.com, ia memberikan keterangan bahwa foto yang dihasilkan oleh AI tidak akan pernah bisa disandingkan dengan foto asli, apalagi sampai harus dipertandingkan dalam ajang perlombaan.

Tidak hanya berdampak pada dunia fotografi, dunia tarik suara pun kini harus melek. Belakangan, banyak bermunculan cover lagu versi AI di beberapa kanal Youtube. Sebut saja pada kanal DVRLL @diyokupluk9172 yang telah mengunggah banyak cover lagu AI dengan menggunakan suara presiden Jokowi. Pada kanal RJ Entertainment juga yang mengunggah lagu dangdut versi AI menggunakan suara personal girlband Blackpink.

Selain itu, ada juga teknologi AI bernama ChatGPT (Generative Pre-trained Transformer) yang memungkinkan manusia mengajukan segala macam pertanyaan yang akan dijawab dengan cepat oleh robot dengan gaya percakapan yang sangat mirip dengan manusia. ChatGPT ini berbeda dengan mesin pencari yang masih terbilang konvensional dalam dunia internet. Dampaknya, banyak peserta didik yang memanfaatkan teknologi ini untuk mencari informasi yang mereka butuhkan dalam mengerjakan tugas sekolah atau kuliah. Mereka menjadi tidak bijak dalam memanfaatkan teknologi tersebut dan berakhir pada kebiasaan malas berpikir secara kritis, pasif, dan kreatifitas tidak tersalurkan.

Tulisan ini tidak dibuat untuk menolak kehadiran AI. Penulis sadar bahwa pada hakikatnya, AI sengaja diciptakan dan dikembangkan oleh para penemunya untuk kemaslahatan manusia, di mana melalui teknologi ini komputer dapat menjalankan pekerjaan yang bahkan lebih unggul dari manusia. Namun, bukan berarti bahwa AI dapat menggantikan peran manusia. Bagaimanapun AI tetaplah produk buatan manusia yang memiliki keterbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun