Gajah tertawa jahat. Hewan itu terus saja mandi dan minum air telaga sambil mengganggu hewan-hewan yang ada di situ.Â
Ia bernyanyi-nyanyi riang. Karena keasikan, gajah itu lupa waktu hingga berjam-jam ia berendam. Tak terasa, air telaga pun menjadi keruh dan kotor.Â
Setelah puas bermain-main air, gajah itu bangkit lalu pergi begitu saja.Â
Keesokan harinya, sang gajah datang lagi dengan membawa anaknya. Gajah mematahkan ranting-ranting dan dedaunan di sekitar telaga untuk dijadikan mainan.
Hewan-hewan kecil kembali berlarian menyingkir. Khawatir tubuh mereka terinjak atau menjadi mainan berikutnya.
Berjam-jam mereka bermain air. Saat selesai, keduanya pun pergi meninggalkan telaga begitu saja.
Hewan-hewan keluar dari persembunyiannya. Mereka menatap sedih pada telaga yang penuh ranting dan daun.
"Gawat kalau terus-terusan begini," ucapnya.
"Kita harus memberi peringatan pada keluarga gajah," seru Belut.
"Tapi bagaimana caranya? Tubuh kita sangat kecil, sedangkan mereka sangat besar," keluh Ikan Mas sedih.
"Tenang, aku punya rencana. Kalau bersatu, kita pasti bisa mengalahkan mereka," sahut Katak berapi-api.