Lama-lama kucing hutan menjadi berang dan berusaha menangkap Duma
"Syuuut ... syuuut ...!" suara kepak sayap Duma.
Duma terus menggoda si kucing liar.
Kucing itu terus berusaha menangkapnya dengan kedua tangan. Ia lupa kalau sebelah tangannya telah memegang Buma. Buma pun terlepas dari cengkeramannya. Kini kucing itu mengejar Duma.
"Buma, cepat masuk ke rumah ibumu," teriak Duma.
Dengan bergegas, Buma segera terbang menuju rumah ibunya.
Si kucing liar tak mampu memanjat pohon lebih tinggi lagi. Tubuhnya yang tambun jatuh ke tanah.
Beberapa saat kemudian rombongan kucing liar itu pergi.
Setelah suasana kembali aman, Duma dan Buma keluar sarang. Mereka saling berpelukan.
"Maafkan Buma ya, Duma. Tadi sudah marah-marah," ujar Buma menyesali perbuatannya.
"Tak apa, Bum. Bagaimana pun, kau adalah sahabat sejatiku. Untuk selamanya," sahut Duma tersenyum.