Sepanjang waktu mereka tak mau makan apa-apa. Seolah-olah berpuasa. Mereka hanya tidur tak bergerak sama sekali. Tetapi sebelumnya, mereka tak lupa menggantungkan diri pada dahan.
Duma dan Buma ingin terlihat kurus lagi. Karena ternyata badan gendut membuat susah bergerak.
Berhari-hari mereka tidur dalam bungkusan daun. Hingga suatu hari mereka pun bangun. Duma merasa pegal seluruh badannya. Ia meregangkan tubuh. Ternyata daun yang membungkus tubuhnya sudah mengeras. Ia pun tak betah lagi berada di dalam sana. Ia berusaha keluar.
Akhirnya daun kepompong pun terlepas. Duma keluar dan bergerak-gerak. Tetapi ia merasa aneh karena tubuhnya tak lagi menginjak daun melainkan berlarian di tengah udara.
Saat ia menengok ke belakang, ternyata di punggungnya telah tumbuh sepasang sayap yang sangat indah. Sayap itu berwarna kuning cerah dengan bulatan-bulatan kecil berwarna hitam keungu-unguan.
Ia pun mengepak-ngepakkan kedua sayap yang indah itu. Tanpa terasa tubuhnya terdorong ke depan. Duma hampir jatuh tetapi ia sangat senang. Ia mencoba terbang kembali tanpa mengenal lelah. Akhirnya ia pun segera mahir terbang ke sana ke mari.
Dilihatnya sebuah kepompong lain bergerak-gerak di sebatang dahan. Ia memperhatikan kepompong tersebut. Ulat yang ada di dalamnya berusaha keluar.
Duma terbang mengitari kepompong itu. Seolah berdoa dan memberi semangat agar ulat di dalamnya segera berhasil keluar.
Tak berapa lama, ulat dalam kepompong itu benar-benar keluar.
"Aha, ternyata kau Buma sahabatku," ujar Duma senang.
Buma yang belum mengetahui apa yang terjadi mencoba membuka matanya.