Image from : tirto.id
"Berzikirlah  (ingatlah)  kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu ! " (QS:Al Baqarah; 152)
Namaku Chofidah, memang demikianlah namaku. Aku ceritakan kembali perjamuanku bersama Covid-19.Perjamuan dua mahluk Allah swt, Chofidah dan Covid . Aku mencoba melakukan introspeksi diri, bagaimana caranya si Covid-19 membobol benteng pertahanan protokoler kesehatanku. Setiap keluar rumah aku senantiasa bermasker.Â
Didalam tas senantiasa tersedia hand sanitizer. Untuk urusan cuci tangan pakai sabun, sejak sebelum pandemi pun aku termasuk orang yang rajin mencuci tangan pakai sabun dimanapun berada. Jaga jarak dan bersalaman, kedua hal tersebut sejak awal pandemi memang aku taati. Lalu mengapa si Covid-19 bisa menyusup di tubuhku ? Â
"Sudahlah dik Chofid, jika adik cari bagaimana caranya si Covid-19 hadir ke tubuhmu. Persoalan itu tak akan pernah selesai. Justru dik Chofid jadi tak focus untuk pemulihan," ujar abang.
Akupun terhenyak dengan ucapan itu , bukankah aku telah belajar ikhlas, tawakal serta terus husnuzon dengan semua kondisi ini. Akhirnya kuputuskan untuk konsentrasi pada pemulihan kesehatanku.
Namaku Chofidah, jurus ketiga yang kutempuh adalah hadirkan suasana bahagia. Emosi positif yang namanya bahagia rasanya kontras dengan kondisi yang aku alami. Ketika si Covid-19 hadir ke tubuhku dan membuatku merasa kotor, jijik, bervirus, sakit dan banyak lagi hal negatif yang kualami. Namun disisi lain aku harus mencoba untuk hadirkan emosi positif pada jiwaku juga pada tubuhku secara utuh, bisakah kau lakukan Chofidah ?.Â
Aku yakin aku bisa, dengan ijin Allah swt apa yang tidak bisa dilakukan. Zikir...ya zikrullah membuatku tenang dan bahagia. Setiap mulutku melafalkan  Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah allahu akbar ....  hatiku merasa tenang. Setiap mulutku melafalkan Astaghfirullahaladzim  .......hatiku merasa nyaman .Â
Setiap mulutku melafalkan  Allahumma sholi ala muhammad........ hatiku merasa damai. Aku merasa haqul yakin, Allah swt akan mendengarku melalui sholat, doa , zikir juga amal kebaikan yang kulakukan karenaNya. Selain itu sebagai ujud atas segala qadarNya,  aku tetap harus bersyukur dan bahagia apapun keadaanku. Bersyukur dalam sujud panjang yang lama ketika sholat, tak hanya berdampak menenangkan namun juga menjadi terapi agar lendir/dahak terkumpul sehingga lebih mudah dikeluarkan.Â
Aku mencoba tersenyum, tertawa, gembira bahkan kegembiraan itu secara ekstra aku hadirkan melalui canda lucu dengan abang dan anak-anak juga melalui tayangan film lucu, menikmati coklat hangat, olah raga, berjemur di matahari, pelukan jauh dengan abang.Â
Ya, Alhamdulillah aku berhasil. Hormon bahagia (1) mulai membanjiri tubuhku. Hormon dopamin, serotonin, endorphin dan oksitosin  hadirlah ke tubuhku......hadirlah ke jiwaku. Dengan ijin Allah swt , hormon bahagia  ini secara perlahan membantuku untuk bisa senyum dan kuat hadapi hari-hari isolasi mandiri.Â
Namaku Chofidah, jurus keempat yang kutempuh  adalah Olah fisik melalui konsumsi makanan, vitamin dn sebagainya. Selama isolasi mandiri, aku biasakan untuk secara teratur mengkonsumsi  madu, kurma ajwa, buah-buahan, sayur-sayuran, protein nabati maupun hewani  (telur rebus, ikan, udang, daging, ayam serta kacang-kacangan) , vitamin , obat medis dan obat herbal . Kehadiran berbagai obat-obatan  dan berbagai asupan lain dalam proses pemulihanku juga merupakan pengalaman yang unik. Tak lupa terapi minyak kayu putih juga kulakukan . Selain menghangatkan tubuh, minyak kayu putih juga baik untuk sarana gurah yang mampu menguras dan membersihkan lendir/dahak yang menyumbat.
Mulai herbal Arab, herbal Nusantara , herbal China, obat-obatan ala barat (medis) , makanan kampung  dan sebagainya terlihat manis dan damai ketika bersatu padu menjalin  teamwork untuk proses penyembuhan anak manusia.Â
Hakekatnya sebuah perdamaian ketika mereka melepaskan jubah-jubah asal usul dan menggantinya menjadi sebuah perjuangan murni untuk menyelamatkan anak manusia. Saat mengkonsumsi semua itu, aku sering merenung andaikan ini tak sekedar benda mati yang bernama obat atau makanan. Andaikan ini adalah untaian nyata kerja manusia, kerja sama, kerja cinta, .........betapa bahagianya dunia dan seisinya .
"Dik Chofid, makan ya biar cepat pulih. Jangan lupa vitamin, herbal dan obatnya" aku terkejut dari lamunan ketika abang mengingatkanku .
Namaku Chofidah, jurus kelima yang kutempuh adalah olah fisik melalui sinar matahari dan olah raga ringan. Olah fisik ini kulakukan secara rutin dengan berjemur dibawah cahaya mentari pagi. Paparan sinar matahari di pagi hari selama 10-15 menit kabarnya dapat menghasilkan 1000-3000 IU Â vitamin D pada tubuh kita. Â
Vitamin yang aku konsumsi secara oral plus kudapatkan dari sinar matahari tentu dengan harapan agar sel imun tubuhku meningkat sehingga si Covid-19 segera pulang. Olah fisik lainnya adalah senam pernafasan , bernafas secara benar dengan menghirup oksigen dari hidup kemudian menahannya sebentar dan melepaskannya dari mulut ternyata sangat bermanfaat. Pernafasan yang baik akan sangat membantu mengatasi serangan Covid-19.
Oh iya aku juga rutin olah raga ringan dengan cara berjalan kaki. Jalan kaki di pagi hari sebelum berjemur ditambah jalan kaki yang kulakukan di sore plus malam hari ketika serangan Covid-19 itu datang. Jalan kaki ini kulakukan sambil berzikir, sehingga aku tetap merasa segar dan tenang . Alhamdulillah. Â
Berjalan kaki dan jemuran di pagi hari menjadi rutinitas yang menyehatkan. Abang juga melakukan hal yang sama meskipun hasil Swab abang negatif. Dukungan dan semangat dari orang yang kita cintai ternyata merupakan obat mujarab. Dukungan ini juga kuperoleh dari anak dan menantuku.Â
Baik yang dekat maupun  yang jauh tempat tinggal mereka tetap memberikan dukungan . Komunikasi langsung, komunikasi  melalui telpon , mengirim buah dan vitamin . Ketika dukungan diberikan dengan tulus dan cinta, aliran titik-titik kepulihan makin terasa.
"Kita jalan kaki dan jemuran bareng ya dik meski berjauhan," ungkap abang tetap menyemangatiku.
Namaku Chofidah, jurus keenam yang kutempuh adalah berbagi. Rutinitas sejak bertahun yang telah menyatu dalam denyut sel tubuh dan jiwaku.Â
Alhamdulillah sejak belum punya apa-apa secara materi, aku biasakan diriku untuk berbagi rasa syukur pada orang lain. Dalam kondisi ini kebiasaan berbagi mesti  makin bertambah, rasa syukurku pun mesti terus terujud dalam ibadah dan amaliah. Ketika Covid-19 hadir kebiasaan berbagi tetap kulakukan baik secara materi maupun berbagi ilmu dan pengalaman secara daring. Berbagi tak hanya berguna untuk yang menerima, namun juga menyehatkan bagi yang memberi. (2)
"Dik Chofid, meski anak-anak itu memang hanya anak asuh kita. Doa-doa mereka juga insyaaAllah diijabah oleh Allah swt," begitu abang selalu mengingatkanku. Â Â Â Â
Namaku Chofidah, aku yakin dengan izin-Nya akan mampu berdamai dengan Covid-19. Jika diawal kehadiran si Covid-19 berwarna seram dan kelam, makin lama warna itu memudar. Makin lama warnanya menjadi makin indah. Si Covid-19 berterbangan pergi satu per satu dari tubuhku, Si Covid-19 berterbangan pergi satu per satu dari jiwaku. Tetiba warnanya menjadi cantik.  Tetiba warnanya menjadi merah muda. Ia menoleh padaku berpamitan untuk terakhir kalinya. Si Covid-19 ucapkan salam , ia  terbang dalam temaram malam.
                                                                                                               Batoh,  21 Oktober 2020
Keterangan :
1. Hormon bahagia antara lain adalah hormon dopamin yang membantu seseorang untuk focus dan bersikap waspada secara mental. Hormon ini  ditingkatkan melalui konsumsi  minuman teh hijau, pijatan, mendengarkan musik, berolahraga, dan bermeditasi/zikir.  Hormon serotonin yang merupakan hormon kunci kebahagiaan. Mengalir saat kita merasa puas, penting dan berprestasi. Serotonin ditingkatkan melalui konsumsi vitamin D, kalsium, B6 juga magnesium.  J
uga melalui makanan dengan kandungan triptofan, seperti susu, unggas, ikan, telur, kedelai, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Berolahraga dan berada di bawah sinar matahari juga menjadi cara lain untuk meningkatkan serotonin. Berikutnya adalah hormon  endorfin adalah penghilang rasa sakit alami tubuh, yang diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap stres atau ketidaknyamanan.Â
Tingkat endorfin  juga cenderung meningkat ketika kita terlibat dalam aktivitas fisik, seperti makan, berolahraga, atau berhubungan seks. Bahkan tertawa , minum coklat, makan pedas juga bisa meningkatkan hormon endorfin. Hormon bahagia berikutnya adalah oksitosin. Oksitosin dikenal dengan hormon cinta, yang membangun hubungan yang kuat dan sehat.Â
Hormon ini dilepaskan dengan nada tinggi selama hubungan dekat dengan pasangan, ikatan antara orangtua dan anak, juga terjadi saat melahirkan dan menyusui. Hormon ini juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan, empati, dan ikatan dalam hubungan. Untuk meningkatkan hormon ini dapat dilakukan dengan ciuman, pelukan dan seks  (Sumber :  health.grid.id)
2. Penelitian di University of Pittsburg ternyata berbagi dan menolong orang lain dapat meningkatkan imun dan membuat seseorang jarang sakit serta tetap bahagia  (Sumber : sehatq.com )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H