Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The "Delapan Puluh Juta" (A Psycho-Story)

8 Januari 2019   02:21 Diperbarui: 24 Oktober 2020   00:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang penting kamu bisa berhitung dan membaca, jangan ditipu oleh temanmu sendiri" begitu kalimat yang sering diulang-ulang oleh emak.

 "Kamu cantik dan bisa dapet duit banyak, percuma kalau  tak bisa menghitung duitnya" tegas emak sekali lagi

Dik VA makin rajin, niatnya belajar benar-benar sesuai dengan niat sang emak. Dik VA sekolah Cuma karena jangan ditipu orang, cari duit banyak dan bisa menghitung duit tersebut. Cita-cita itu seperti ukiran bali yang dipahat di perabotan . Menancap dalam, bahkan telah menghasilkan bentuk baru. Bentuk baru itu adalah sosok dik VA yang terobsesi dengan tumpukan uang. Mata dik VA makin nanar, di pupil matanya cuma ada bayangan 'uang' . Di mata hatinya juga hanya ada bayangan 'uang'. Dik VA makin menjauh dari jatidiri sejatinya manusia, dik VA tumbuh dewasa menjadi gadis berupa indah berjiwa serakah. Serakah ingin meraup uang sebanyak-banyaknya, serakah ingin menari di tumpukan uang yang setinggi-tingginya.

4

Dik VA atau singkatan dari seorang gadis cantik bernama Valin Asih patut bersyukur. Ia kemudian kenal dunia profesional seorang fotomodel. Dunia yang kemudian mendidik dan menempanya menjadi anggun dan bersahaja. Jika kemudian para pewarta tak kenal siapa sebenarnya dik VA , patut dimaklumi adanya. Dik VA dapat dikatakan bermetamorfosis menjadi sosok diva. Seorang diva yang dikenal sosoknya anggun bersahaja dan sekaligus bercahaya.

Dik VA kumpulkan uang-uangnya melalui foto-fotonya.  Dik VA dapat uang, ia tak puas hanya melihat cetakan jumlah uang di print buku tabungannya. Ia tarik seberapapun uang yang dimilikinya. Ia tarik segepok, ia tarik setumpuk uang-uangnya.  Ia susun rapi di lemari besi miliknya. Dik VA senyum bahkan agak menyeringai, ia makin puas karena tumpukan uangnya makin membumbung keatas.

"Tak usah repot mentransfer ke rekening saya. Saya lebih suka dibayar cash saja"  begitu kata yang sering ia ungkapkan. Orang terkadang bingung mendengarnya . Namun ke'gila'an dik VA dengan tumpukan uangnya makin menjadi, tumpukan uang makin tinggi.

5

Dik VA merasa tumpukan uangnya kurang menjulang. Bercucur keringat ia keluarkan, berjuta senyum telah ia peragakan namun toh tumpukan uang itu tak juga tinggi. Sejuta, dua juta ia terima dari berbagai pose di depan kamera tetap saja biasa saja untuknya. Makin banyak ia tampil di sampul, makin banyak tuntutan gaya hidup yang ia pikul. Otak dik VA bukan makin pintar namun makin tumpul.

"Jika kau mau maka kau akan dibayar cash delapan puluh juta" rayu teman yang menelponnya

"Tak lama, hanya dua jam saja maka delapan puluh juta langsung kau terima" goda temannya sekali lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun