Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Lady (The Chameleon Part 2)

25 Desember 2018   15:00 Diperbarui: 24 Oktober 2020   00:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image diambil dari : gambarlucu.com

Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cobaan)?  (QS Al-Ankabut: 2)

1

Cinta adalah cinta. Meskipun cinta disajikan dengan bumbu derita dan airmata, namun cinta tetap tak pernah hilang makna. Demikian cinta Srikunti pada Bima suaminya. 

Meskipun Bima telah jatuh terjerembab dalam jurang derita oleh ulah Dewi Matrim sang iblis betina, namun Srikunti tetaplah genggam erat rasa cintanya pada Bima. Kini Bima tengah diberi karma bertapa di jurang derita. Pada saatnya Srikunti tetap hadir memberi semangat dan harapan untuk Bima. 

Entahlah, apakah Bima dapat membedakan yang mana emas yang mana loyang. Entahlah, apakah Bima dapat memilahkan yang mana cinta manis yang mana cinta iblis. Pergolakan di gelombang cinta Bima, antara Srikunti dengan Dewi Matrim.

 Nun disana ada raungan tangis anak negri. Nun disana juga ada jeritan harapan ibu sejati . Semua itu membuat  hati Srikunti terusik.........aku harus kuat hadapi semua ini.  Ia bangkit menatap kaca kehidupan yang ada di depannya. 

Sebuah kaca besar yang didalamnya ada bayangan seorang perempuan muda, cantik namun rapuh. Perempuan itu adalah dirinya kemarin yang terhenyak oleh panggung kehidupan yang disajikan oleh Bima, suaminya sendiri. Panggung kehidupan yang awalnya indah, dicabik-cabik oleh kehadiran Dewi Matrim, sang iblis betina.  

Semua itu wajar saja  jika ia terpuruk derita, karena ia juga manusia biasa. Srikunti masih menatap kaca besar itu, ia tatap matanya yang sembab. Ia jelajahi bayangan itu dari ubun-ubun hingga ke ujung kaki,  bayangan dirinya sebagai perempuan biasa yang tengah mandi airmata. Ia tanyakan pada bayangan itu tentang derita dan ketakutan , bayangan itu menjawab:

"ketakutanku di tingkat sepuluh"

"deritaku di tingkat delapan"

Srikunti merasa hilang arah dan gamang melangkah, jati dirinya begitu runtuh dan rapuh . Penderitaan tiba-tiba yang ia rasakan bagaikan palu godam yang menghantam tajam. Saat itu dirinya bagai terjerembab ke dalam jurang. Ia bahkan tak bisa tersenyum bagai sang Moebius[1] yang dipaku jarum.

2

 

Srikunti adalah "The Lady" sejati, ia hapus bayangan perempuan biasa itu perlahan-lahan. Ia sadari bahwa tangannya tak terlalu kuat untuk melakukan hal itu. Namun ia bisa berlatih syukur, meski tak selalu dengan benda hal itu diukur. Ia juga bisa berlatih rela, meski kadang kepahitan yang yang harus ditelan. 

Seyakin-yakinnya ia merasa bahwa bersama bocah kecil dan para perempuan  yang mendukungnya , ia akan mampu melakukannya. Doa ia nafaskan di setiap pori-pori raganya, perlahan udara biru berhembus masuk dalam tiap sumsum tulang dan daging badannya. 

Doa ia nafaskan di setiap pori-pori jiwanya, perlahan udara biru berhembus masuk dalam tiap nafas batinnya.  Doa dan harapan Srikunti teraduk dalam cawan , keberanian dan tekad ia ikat erat. Srikunti lahir kembali, menjadi "The Lady" sejati, alhamdulillah.

Srikunti telah menjadi sejatinya "The Lady" . Perlahan ia asah pisau "otak"nya, ia kumpulkan dari serpih-serpih ilmu di kitab dan buku. Ia serap suara para alim , ia aduk pendapat para cerdik pandai hingga ia senantiasa tenang dan berisi. 

Perlahan ia asah pisau "rasa"nya, ia amati tiap denyut emosi sekelilingnya. Ia hayati denyut hidup di jengkal kota, ia resapi denyut nafas di pori desa. Perlahan ia asah pisau "asa"nya, ia langkahkan kaki rancang gerak buat sekelilingnya. Ia jalankan tangan dan kakinya, untuk lahirkan asa yang berguna buat sesama. "The Lady" sejati benar-benar lahir dan siap mewakili anak negri. 

Srikunti adalah "The Lady" yang siap mengabdi olah nafas rasa dan langkah untuk diramu menjadi sajian nikmat buat rakyat. Sajian yang ia ramu dengan komposisi gula garam rempah yang pas, sehingga ia "Srikunti" menjadi sejatinya "The Lady".  Eudaimonia[2] bersemayam di jiwanya, Srikunti anggun menari siapkan langkah mengabdi untuk anak negri.

 

Sukajaya, 20072018 (Jam 01.00)

(Tulisan ini pernah dimuat di Plukme)

[1] Sindrom Moebius adalah sejenis kelumpuhan wajah yang tragis dan mengakibatkan penderitanya tak bisa tersenyum
[2] Eudaimonia adalah kebahagiaan sejati yang diperoleh melalui aktivitas yang sejalan dengan sebuah tujuan mulia atau luhur 

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun