Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mamah WA dan Imlek

22 Januari 2017   21:49 Diperbarui: 5 Februari 2019   09:11 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di usia belia itu, percaya saja aku dengan ketulusan orang tua ini sehingga dialog itu diakhiri dengan jamuan makan siang yang kulahap dengan nikmat.

            Mamah Wa senang jika aku mau makan kue atau masakannya, keseimbangan hatinya terbalas karena ibuku juga sering menyajikan makan, kue bahkan berbagai jenis es buat anak-anak yang main ke rumah kami termasuk anak mamah Wa.  Mamah juga senang jika melihatku rajin shalat dan mengaji,  jika melihatku bermain lebih awal  ia sering bertanya apakah aku sudah mengaji. Mamah dan papah   selalu melarangku untuk menyewa komik untuk dibawa ke rumah jika bukan hari libur.  Namun begitu papah tetap dapat income, karena hari biasa anak-anak tetap bisa membaca komik di tempat papah pada sore hari sepulang mengaji . Mamah dan papah memang pebisnis, namun karakter anak-anak termasuk anak-anak tetangga dan lingkungannya sangat mereka perhatikan.

            Pada waktu imlek, biasanya mamah memakai  kebaya encim berenda halus.  Kebaya bernuansa putih dengan bordiran pink plus biru muda yang lembut . Sepertinya sengaja dicipta untuk seorang perempuan yang punya hati selembut mamah Wa. Mata kecilku waktu itu terkagum dengan rangkaian bunga demi bunga di baju mamah.  Baju halus ini seingatku jarang banget muncul. Biasanya hanya dipakai ketika imlek atau ketika mamah dan papah berkunjung ke rumah secara resmi saat lebaran.  Mamah dan papah sekeluarga makan lontong opor, kue-kue dan berbagai jajanan lain buatan ibuku. Mamah dengan baju renda halusnya dan papah pakai kemeja putih.

            Ingatan kecilku tentang mereka sekeluarga mengajarkanku makna sebuah perbedaan. Abah sering bilang  bahwa meski bukan muslim keluarga papah Cwan dan mamah Wa baik kepada kami dan tetangga muslim lainnya. Keluargaku dan Keluarga mamah Wa mampu menyandingkan lontong opor lebaran  plus kue keranjang  imlek secara apik dalam sebuah etalase kehidupan. Kehidupan anak bangsa entah itu pribumi seperti teman-teman kecilku dulu, atau keturunan Arab seperti aku dan beberapa temanku, atau keturunan Tionghoa seperti keluarga mamah Wa dan papah Cwan. Hidup berdampingan tanpa curiga, tegur sapa canda ria jalani hari-hari penuh makna. Mamah Wa .......terima kasih pernah ikut mendidikku dan terima kasih pernah mengepang rambutku

Tanjung Duren,  16 Januari 2017

[1] Nok adalah panggilan untuk anak perempuan, Nang adalah panggilan untuk anak laki-laki di kota Semarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun