Di usia belia itu, percaya saja aku dengan ketulusan orang tua ini sehingga dialog itu diakhiri dengan jamuan makan siang yang kulahap dengan nikmat.
      Mamah Wa senang jika aku mau makan kue atau masakannya, keseimbangan hatinya terbalas karena ibuku juga sering menyajikan makan, kue bahkan berbagai jenis es buat anak-anak yang main ke rumah kami termasuk anak mamah Wa.  Mamah juga senang jika melihatku rajin shalat dan mengaji,  jika melihatku bermain lebih awal  ia sering bertanya apakah aku sudah mengaji. Mamah dan papah  selalu melarangku untuk menyewa komik untuk dibawa ke rumah jika bukan hari libur.  Namun begitu papah tetap dapat income, karena hari biasa anak-anak tetap bisa membaca komik di tempat papah pada sore hari sepulang mengaji . Mamah dan papah memang pebisnis, namun karakter anak-anak termasuk anak-anak tetangga dan lingkungannya sangat mereka perhatikan.
      Pada waktu imlek, biasanya mamah memakai  kebaya encim berenda halus.  Kebaya bernuansa putih dengan bordiran pink plus biru muda yang lembut . Sepertinya sengaja dicipta untuk seorang perempuan yang punya hati selembut mamah Wa. Mata kecilku waktu itu terkagum dengan rangkaian bunga demi bunga di baju mamah.  Baju halus ini seingatku jarang banget muncul. Biasanya hanya dipakai ketika imlek atau ketika mamah dan papah berkunjung ke rumah secara resmi saat lebaran.  Mamah dan papah sekeluarga makan lontong opor, kue-kue dan berbagai jajanan lain buatan ibuku. Mamah dengan baju renda halusnya dan papah pakai kemeja putih.
      Ingatan kecilku tentang mereka sekeluarga mengajarkanku makna sebuah perbedaan. Abah sering bilang  bahwa meski bukan muslim keluarga papah Cwan dan mamah Wa baik kepada kami dan tetangga muslim lainnya. Keluargaku dan Keluarga mamah Wa mampu menyandingkan lontong opor lebaran  plus kue keranjang  imlek secara apik dalam sebuah etalase kehidupan. Kehidupan anak bangsa entah itu pribumi seperti teman-teman kecilku dulu, atau keturunan Arab seperti aku dan beberapa temanku, atau keturunan Tionghoa seperti keluarga mamah Wa dan papah Cwan. Hidup berdampingan tanpa curiga, tegur sapa canda ria jalani hari-hari penuh makna. Mamah Wa .......terima kasih pernah ikut mendidikku dan terima kasih pernah mengepang rambutku
Tanjung Duren, Â 16 Januari 2017
[1] Nok adalah panggilan untuk anak perempuan, Nang adalah panggilan untuk anak laki-laki di kota Semarang