“Ayu, miwa tak sanggup cerita nak. Duduklah disana, bukalah kotak kayu ini dan bacalah apa yang ada di dalamnya. Semoga tanda tanyamu akan terjawab nak”
Ayu yang tegar, mahasiswi berprestasi , si kupu-kupu indah di kampus dan si kepompong jelek di rumah. Ayu mencari jati diri, ingin sempurna bermetamorfosis jadi ‘kupu-kupu’ ternyata terseok jiwa terpuruk nyawa hanya dengan membuka kotak kayu tua ini.
Bismillahirrahmanirrahiim, kotak kayu tersebut aku buka, aku benar- benar semakin bertanya apa maksud guntingan klipping koran-koran ini. Bulan September, bulan penuh suka. Namun bulan September kali ini membuatku jatuh tak berdaya. Kubaca satu-satu judul klipping itu, klipping tentang berita perkawinan M (papaku), T (ibuku ). T atau Tursina ibuku adalah seorang penyanyi daerah yang terkenal. Aku melahap satu persatu klipping koran itu tak ubahnya seperti orang haus yang bertemu segelas juice segar. Mataku terhenti pada sebuah berita tentang meninggalnya M atau Mahmud (papaku) di sebuah kecelakaan dan tertulis berkendara bersama seorang bayi yang terselamatkan. Kecelakaan terjadi di akhir tahun 1996. Tak terlalu penting sebuah berita, namun yang sangat penting adalah bahwa bayi itu adalah aku. Tiba-tiba persendianku lemas, tulangku seperti dicabut satu persatu bahkan jiwaku seperti hilang tak berbekas. Aku, seperti kapas terbang tak tentu bentuk. Mengapa aku ditabalkan sebagai malaikat pencabut nyawa ?
Jika biasanya kebencian ibu kubayar dengan sikapku yang makin menjauh, maka kali ini aku benar-benar tak mau seperti itu. Aku cinta ibu dan aku harus buktikan bahwa ia begitu berharga bagiku. Hpku berdering , kakak mengabarkan bahwa ibu kecelakaan & dirawat di Rumah sakit . Aku dan Miwa meluncur kesana. Kulihat ibu terbaring tak berdaya
“Anda , satu-satunya anggota keluarga yang bergolongan darah O. Kedua kakak anda golongan darahnya B barangkali seperti almarhum ayahanda”
“Ambil darah saya suster, untuk ibunda yang saya cintai “
Miwa memelukku erat, kedua kakakku memelukku erat. Ibu aku datang , aku kan peluk bersimpuh di kakimu. Biarkan darahku mengalir di ragamu, biarkan cintaku hidup di hatimu . Tiba-tiba keceriaan september hinggap di hatiku, rasa syukur terdalam hadir di jiwaku. Kemudian bayangan ibu jadi seperti bidadari. September kupu-kupu, terbangkan sayapku tinggi dan indah untuk terus mensyukuri cintaku dan ibu. September kupu-kupu , bermetamorfosislah jiwaku menjadi jiwa yang bersyukur pada setiap kehendakNya
[1] Miwa = Dalam bahasa Aceh artinya Kakak Ibu atau Kakak Ayah, kadang disebut Nyakwa
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC