Arus globalisasi yang sudah melewati revolusi industry 4.0 berdampak pada peran pendidikan, Era Pendidikan kita saat ini merupakan era pendidikan 4.0 yang merupakan pendidikan dengan ciri pemanfaatan digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan system siber (cyber system).
Abad ke-21 ditandai dengan era revolusi industry 4.0 sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menyikapi era globalisasi harus dipersiapkan yaitu sumber daya manusia yang berkualitas. Perbaikan pembelajaran harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan, menyesuaikan perubahan-perubahan tersebut.
Sejalan dengan hal itu, Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:2010) adalah sebagai berikut: (
a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;
(b) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills);
(c) Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills);
(d) Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari; (
e) Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual, dan
(f) Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Tantangan yang dihadapi sektor pendidikan Indonesia dalam pembelajaran abad 21 diantaranya konteks pembelajaran berubah sangat cepat, pembelajaran tidak lagi menggantungkan pada sekolah/kampus dalam arti fisik, sumber belajar maya dapat menjadi alternative, inovasi pembelajaran harus sering dilakukan, perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran secara tersistem dan berkelanjutan.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ackoff & Greenberg (2008): “Education does not depend on teaching, but rather on the self-motivated, curiosity and self-initiated actions of the learner.”
(BSNP, 2010: 38), bahwa pendidikan tidak tergantung pada pengajaran, melainkan pada tindakan yang memotivasi diri sendiri, ingin tahu, dan memulai diri dari peserta didik.
Generasi Emas Indonesia tahun 2045, dimana Indonesia akan mencapai bonus demografi, yaitu negara dengan angkatan kerja yang cukup tinggi. Keadaan ini seharusnya menjadikan Indonesia mempunyai surplus tenaga kerja yang dapat membawa Indonesia semakin maju, tetapi kenyataannya memunculkan tantangan baru, dalam menanggapi bonus demografi khususnya generasi muda, tantangan tersebut diantaranya adalah:
(1) Pengangguran terdidik dan imbas turunnya tingkat ekonomi, diperparah dengan pandemic covid 19;
(2) serbuan tenaga kerja asing dan penggunaan robot;
(3) Kurang meratanya akses pendidikan, karena pada kenyataannya Indonesia masih berada pada urutan ke 72 dari 77 negara dalam PISA;
(4) Sosio-ekonomi digital, masih kurangnya literasi digital, sarana digital tidak digunakan untuk keperluan yang lebih baik.
Kurikulum Geografi Abad 21 (KGA-‘21) harus diupayakan ada perbaikan-perbaikan yang senantiasa disesuaikan dengan tuntutan eranya.
Tuntutan KGA-’21
- Semangat ke Indonesiaan, dengan Penguatan Pendidikan Karakter,
(semangat dengan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan RI adalah “Harga Mati” yang tidak boleh ditawar-tawar lagi)
- Peta Indonesia diperbarui
- Mengaplikasikan Scientific Approach
- Paradigma Pembelajaran Abad-XXI
- Higher Order Thinking Skills (HOTS)
- Literasi Geospasial
- Sustainable Development Goals/SDGs (tujuan pembangunan berkelanjutan dengan capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk keselamatan manusia dan planet bumi)
- STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics)
Sesuai kondisi saat ini pembelajaran pembauran (Blended Learning) sebagai suatu keniscayaan karena pembelajaran bauran adalah bagian dari tuntutan KGA-’21. Blended Learning merupakan paduan pembelajaran luring (face to face) dan pembelajaran daring (online), kata kuncinya adalah pembelajaran kombinasi antara pembelajaran yang berbasis guru di kelas dengan pembelajaran daring.
Pengertian lain Blended Learning adalah pembelajaran yang mengombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline), (Dwiyogo, 2011). Dengan harapan pembelajaran pembauran ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran dan memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran.
Amanah UU No. 20/2003 ttg Sisdiknas Pasal 1(15) menyatakan bahwa Pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik, dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Teknologi multimedia yang dimanfaatkan misalnya CD ROM video streaming, kelas virtual, voice-mail, e-mail dan teleconference, animasi teks online dan video-streaming.
Blended learning dapat menjadi solusi yang tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, yang juga mempengaruhi gaya belajar peserta didik. Dalam prakteknya dapat menjadi pembelajaran lintas budaya dan zona waktu yang berbeda, serta bersifat universal dan global.
Kendala yang sering muncul dalam implementasi full-daring adalah retensi terhadap teknologi baru; kesulitan dalam mengajarkan karakter/sikap; kesulitan dalam pembelajaran yang mengutamakan penilaian keterampilan motoric Bloom seperti kegiatan praktek, simulasi, dan observasi; akurasi dan akuntabilitas penilaian seperti pendeteksian plagiasi dan autentifikasi (pembuktian), kadang kegiatan tidak terpuji untuk mencapai nilai yang baik dapat terjadi seperti mencontek, joki, copas dll, oleh karena itu pembelajaran tetap harus dilakukan dengan pembauran antara daring luring sebagai solusinya.
Implementasi pembelajaran bauran berbasis kasus (Case Balanded Learning) dan berbasis project (Project Based Learning) dapat digambarkan sebagai berikut:
Inti implementasi pembelajaran pembauran adalah pembelajaran luring dengan pembelajaran daring, ketika pembauran ini dikombinasikan dengan berbasis kasus maka tinggal menambahkan dibagian tengah sebagai pembelajaran berbasis kasus yang bisa diaplikasikan pada pembelajaran luringnya atau pada pembelajaran daringnya. Demikian juga dengan proyek, dapat dimasukkan pada kegiatan luring atau ke juga daring.
Implementasi pembauran, harus disesuaikan dengan perkembangan konsep serta kebutuhan, karena banyak masalah yang harus dipecahkan, baik masalah fisik maupun maslah sosial. Karakteristik masalah atau objek/sumber masalah dapat diarahkan yang sesuai untuk dipecahkan melalui cased based learning, tetapi jika objeknya dapat terpecahkan secara bertahap dan dapat menghasilkan produk terentu, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan project based learning.
Guru harus membuat perencanaan sistematis misalnya dengan menentukan materinya terlebih dahulu, apa yang dilakukan dalam face to face, apa yang dilakukan pada saat daring, kemudian apa yang akan dibahas case atau project nya.
Contoh Kasus yang dapat dijadikan pembelajaran bauran Case Blended Learniang adalah:
- peristiwa tertentu atau khusus yang bersifat spesifik/khas.
- example of the occurrence of something (contoh kejadian), actual state of affairs; situation (kondisi aktual dari keadaan lain), circumstances or special conditions relating to a person or thing (lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu” (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English 3 (1989)
- fenomena yang terjadi di dalam kehidupan nyata (Robert K. Yin)
- Pikiran, tindakan, serta pengembangan diri individu (Polit dan Hungler), dll
Untuk pembelajaran bauran berbasis Projek, dapat dilakukan dengan adanya kegiatan yang menghasilkan produk, baik fisik maupun non fisik.
Upaya Pengembangan pembelajaran pembauran (pembelajaran bauran) Geografi dari waktu ke waktu sangat dibutuhkan, karena banyak fenomena geosfer yang perlu dianalisa dan disikapi karena sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mempengaruhi lingkungan sebagai daya dukung yang layak untuk kehidupan manusia.
Pembelajaran Geografi harus banyak melakukan upaya-upaya kreatif, inovatif, dan solutif, termasuk implementasi Pembauran, yang disesuaikan dengan perkembangan konsep serta kebutuhan. Tentunya banyak masalah yang harus dipecahkan terkait dengan upaya Pengembangan Pembauran, terutama dikaitkan dengan TUNTUTAN KURIKULUM GEOGRAFI DI ABAD 21.
Sumber:
Video seminar daring dengan tema “MENYIKAPI TUNTUTAN KURIKULUM GEOGRAFI DI ABAD 21” oleh Nara Sumber Prof. Dr. H. Mukminan (PMPG, FIS-UNY) mengenai Teknik Pembelajaran Bauran Berbasis Kasus (Case-Based Blended Learning) dan Berbasis Proyek (Project-Based Learning) pada 13 Juli 2021
Jurnal KETERAMPILAN 4C ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR Resti Septikasari Dosen PGMI STKIP Nurul Huda OKU, Sumatera Selatan, 2018
Generasi Emas Indonesia 2045, Kemendikbud, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H