Mohon tunggu...
Nuriza Aulia tami
Nuriza Aulia tami Mohon Tunggu... -

Nuriza Aulia begini adanya. ia hanyalah hamba tiada. puja dan puji pantaslah hanya. kepada pemilik "dua huruf"* sahaja. #hambatiada, Nuriza Aulia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta untuk Fa.

9 Agustus 2014   01:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fa, kutulis ini dalam catatan usang milikku.
tentang kisah kita. saat bertemu di mushalla.
aku sungguh tak mengenalimu, fa. sungguh.
sebelum ku beranikan diri untuk berkenalan denganmu. aku benar tak mengenal dirimu sebelumnya.
tetapi vibrasi yang kau pancarkan seolah mengatakan kau adalah orang yang akan mengisi kotak ke enamku, fa.
saat itu suasana runyam. beberapa mahasiswa menjerit histeris. entah, akupun tak tau mengapa.
kutanya padamu, fa, apa kau mengenal mereka? dan jawabmu, tidak.
itu semua hanya alibi yang tercipta dari dorongan keinginan hati untuk mendengar suaramu pertama kali.

Fa, setiap hari ku intip-intip gerakmu. senyummu, tangismu, marahmu. dan tak perlu kau tau kapan itu.
s'bab waktu tiada lagi berguna. ia hanya terasa singkat saat kau pergi.
dan terasa abadi saat kulihat kau bahagia.

jika tuhan membiarkan setiap sudut bilik kampus berbicara, maka ia akan berkata bahwa aku gila, fa.

Fa, aku tak peduli seberapa besar angin berdesir. dan seberapa panas matahari memancar.
karena yang ku tau, rotasi bumi berhenti saat kau singgah di hatiku.

pernah, sekali, Fa, kau tak ada. aku resah, aku gelisah. aku kehilangan arah.
suatu waktu, aku terperangkap pada hati yang nestapa. itu tanpa kau, fa.
senja membawaku pada suatu kabar, kau milik nya, fa.

Fa, tak tertahan lagi rasa yang merumah ditubuhku. seolah ada cahaya yang memancar darinya. dan (mungkin) itu cinta. maafkan aku fa, kibas kembang api yang menandakan hari baru membuatku melepas kata itu kepadamu.

Fa, aku sayang kamu. aku tak pernah peduli apa rasa dihatimu kembar sepertiku. setidaknya aku terbebas dari ketakutanku untuk melepaskannya menuju hatimu.
ku kira, aku lega, fa. ternyata, tiada.
segala berubah, bumi diam, langit diam, awan-awan diam, mataku pun terdiam saat menyucurkan tangisnya, saat kau diam.

ku tulis sajak cinta dan berharap,
semoga apa yang ada dalam hatiku telah terungkap di hatimu, fa.
meskipun itu tanpa ungkapan.
sungguh, silahkan rasakan aku, fa. silahkan baca lirik rasa dalam hatiku.
semua mengalir serupa darah yang belum juga berhenti berjalan menyusuri lorong-lorong nadiku.
mengantar cinta dari ubun-ubun hingga kaki ku.
pun ia menyentuh dalam ruh ku, fa.
serupa langit, yang tak akan pernah lengkap bila hanya malam yang bersamanya.
dan hujan, tanpa suara rintik yang menyentuh atap-atap rumah.
pun aku seperti itu jika tanpamu.
sepenuh musim yang telah kita jalani bersama.
sepenuh cerita yang mengantar kita pada suatu hukum, yang mereka sebut--takdir.
lalu, sepenuh langit dan bumi.
kau mengantar aku pada satu ungkapan yang tak pernah tertuai dalam puisi-puisiku.
Fa, aku merindukanmu.

Fa, selalu ku cari-cari kabarmu. ku tunggu-tunggu tulisan yang mengungkap apa yang sedang kau fikirkan saat ini, fa. dan diam hanyalah yang aku akan dapatkan darimu.

Akankah diammu berarti ia? atau itu hanya ia di fikiranku saja? jika itu yang kau maksud, pagi ini aku berdo'a agar hati mengkosongkan dirinya dari namamu lagi. aku berhenti, fa. aku berhenti.

Malam ini aku ingin bercerita tentang hati.
aku kira dia telah berhasil menghapus namamu.
bukannya hilang, bayangmu semakin nyata kini, fa.
aku berharap sesegera angin membawa ingatanku tentangmu.
atau, sesegera ia mengembalikanmu padaku.

Fa, ku ucap salam perpisahan pada namamu yang ada dihati ini. memang cinta adalah hal yang layak untuk diperjuangkan, Fa. namun menunggu adalah satu-satunya hal yang tak bisa dilakukan oleh cinta.

Fa, aku tak tau apakah hati ini bisa. namun saat ini aku hanya ingin ia berhenti mengingatmu.
Sebab aku tahu, takkan terbendung air mata ini
menahan cinta yang berganti sakit, kemudian merumah di tubuhku.
Aku takkan mencarimu.
lagi.
Akan tetap diam bersama impian ku dulu,
dan tetap diam hingga mendapati diam yang berbeda.
kau membuatku menyadari, Fa,
terlalu banyak bahu yang kita cari untuk bersandar.
padahal kita cuma butuh satu lantai untuk bersujud.
Terimakasih pernah ada, Fa
Terimakasih pernah ada.
Terimakasih pernah
ada.
Terimakasih
pernah
ada.

#tulisan ini telah dimuat dibuku saya, "Kitab Cinta Untuk Fa"--- Nuriza Aulia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun