Dalam perjalananku, kedua bola mataku menjadi saksi atas apa yang kulihat
Orang kaya dengan gemerlap kemewahannya
Mendongakkan kepala dengan wibawa yang dibawanya
Perut buncit badan berisiÂ
Menenteng kunci berlogo benda yang sepertinya bermerk tinggi
Wangi bersih jauh dari sentuhan lalat hijau
Pedagang kecil dipinggir jalan
Bersemangat menyiapkan jajanan
Hal yang paling ku suka adalah semangat gembira menyambut calon pembeli dihadapannya
Ia singkirkan jauh-jauh perasaan kecil demi menyambut rezeki tetap mengalir
Tuhan, apakah Kau limbahkan rezekinya di raut wajahnya itu?
Pengamen bertato dan bertindik
Bernyanyi lantang mengorbankan urat malu menepis cecaran dan pandangan direndahkan
Baginya kehidupan tak lagi berpihak padanyaÂ
"Lantas apa yang dapat kulakukan lagi?" pikirnya (mungkin)
Pandangan orang-orang jelas menghujam pribadinya
Katanya malas dan kaum-kaum frustasi
Di cap rusak dan tak layak
Anak kecil bermata mutiara
Memandangiku penasaran, tercuatnya senyum tanpa noda ke arahku
Kubalas senyum kecil sambil memerhati kebahagiaan sederhana yang ditampilkannya
Ia mengayunkan kedua kakinya yang mungilÂ
Dikenakannya jaket tipis serta rambut sedikit lusuh basah karena keringat.
Dihadapannya, bapak berumur 30-an berjaket hitam dan hijau bertuliskan "gojek" serius menyuapi bocah itu sambil memakan hidangannya sendiri
Bergantian antara anaknya dan dirinya
Terlihat serius dan cepat, tak tahu apa yang dipikirkan oleh sang bapakÂ
Pemuda yang giat-giatnya berusaha
Dengan penampilan dan gayanya
Sungguh rapih dan harum
Berusaha mengenalkan siapa dirinya dihadapan dunia
Tanpa canggung dan percaya
Dunia akan bersahabat terhadapnya
Segala tantangan yang ada
dihadapi dengan semangat juang yang membara
Terlihat begitu menawan dan mempesona
Sekelibat juangnya memercik di tubuhku yang tak cukup kuat lagi berkaca
Orang gila dipinggir toko
Menikmati dunia dan makanannya
Dunia apa yang dibayangkan olehnya?
Akankah dunia yang ku lihat saat ini tak lagi sama seperti yang kau lihat?
Dimana perginya wajah seriusmu tentang optimisme dunia ini?
Apakah kau tak lagi dapat melihat bagaimana indah Tuhan menciptakan semua ini?
Seperti mekarnya bunga melati yang mewangi di pagi hari?
Aroma kopi pagi dipinggir jalan bertuan supir angkotÂ
Pandang wajah itu kosong
Ia tertawa dan berbicara dengan entah siapa
Raganya berjalan di atas bumi
Namun kemana perginya jiwa itu?
Kakek tua setengah rentaÂ
Mendorong gerobak sampahnya
Dijalanan yang menurun berduyun-duyun
Diseret grafitasi mengajak terjun
Dengan setengah bungkuk, bersepatu kumuh bertopi lusuhÂ
Tak tertampak masa tua yang sejahtera
Tak ada kata pensiun tuk menikmati detik-detik akhir nafasnya
Semua dikerjakannya sebab tanggung jawab sebagai makhluk yang berperut
Mengisi lambung penyambung hidup
Sedikit menyalahkan, kemana perginya anak-anaknya?
Tapi aku tak tahu menahu bagaimana kondisi sebenarnya
Aku hanya orang asing yang berjalan melewati kakek tua itu 57 detik lalu
Pemuda lusuh ber-hoody hitam
Membawa karung rongsok sebelum lapar menikam
Kurus tinggi berambut kumal dan merah
Teliti mencari sisa barang yang bisa dijadikan secercah cerah
Menelusuri tiap pojok pertokoan
Tangannya mahir mencantol botol-botol kosongan
Ia bergelut dengan dinginnya udara
Bangun lebih awal dari jam tidur sang suryaÂ
Pemuda itu tak terlihat ceria nampaknyaÂ
Yang ku lihat, ia hanya menjalani kegiatannya apa adanyaÂ
Akupun tak tahu apa yang sedang dipikirkannyaÂ
Ia sedikit menundukkan kepala 45° ke arah tanah
Kepalaku bertanya, bagaimana keluarganya?Â
Dengan siapa ia tinggal?
Sebelum pikiranku menduga-duga lebih jauhÂ
Ia pun segera hilang dari jangkauan matakuÂ
Ku hela napas melipat tangan
Ya Tuhan, semua ini bagian dari rencana-Mu bukan?
Ibu muda berambut merahÂ
Menggendong anaknya terengah-engahÂ
Diusianya, ambisi cita-cita sedang membakar dirinya
Saat ini ambisinya hanya tentang anaknya semata
Aku tak berani berfikir bahwa itu keputusan mutlaknya
Aku juga tak berani berfikir bahwa dia korban kondisi keluarganya
Yang ku lihat, semoga pengorbanan dan semangatnya terus mengalir kepada wajah kecil yang digendongnyaÂ
Wanita cantik yang sungguh seksi
Sangat mandiri dan berani
Wanita muslimah yang lemah lembutÂ
Anggun berjalan menyusuri jalan ramai yang ribut
Jika ku tuliskan semua, tak akan cukup waktu tuk menuliskannya
Suguhan kehidupan pinggiran kota untuk pemudi mungil yang menerjang arusnya di kota orang.
Bandung, 3 Juli 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI