Satu jam berjualan kue ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, kupandangi kue-kue yang belum laku. Rasa putus asa mulai hinggap dihatiku. Seketika aku mengingat wajah ibuku yang sedang berada di teras rumah dengan semangat menggebu yang selalu beliau pancarkan.
Diperjalanan menuju rumahnya Sandrina bertemu dengan teman sekelasnya, dia tertawa melihat Sandrina yang sedang membawa wadah kue.
"Sandrina ngapain bawa itu?" pertanyaan yang sangat mengejek, Sandrina terus berjalan tak menghiraukan apa yang dia katakan.
"Anak penjual kue aja bangga" sudah cukup sandrina bersabar, ia berbalik melihat temannya, dengan tangan tergepal Sandrina melepas nampan kuenya
"Tidak usah bawa-bawa pekerjaan ibuku, bagaimanapun pekerjaannya aku tidak pernah malu mempunyai ibu sepertinya, kamu boleh mengijekku tapi jangan pekerjaan ibuku. Karna kamu belum pernah merasakan apa yang ibu dan aku rasakan"
Dengan langkah tergesa Sandrina meninggalkan temannya itu. Setibanya dirumah Sandrina menangis didekapan ibunya,
"Kamu kenapa nak?" tanya ibunya sembari mengelus kepala sandrina
"Ibu, kenapa dunia ini kejam?"
"Dunia tidak kejam, yang kejam itu yang tinggal didunia. Jangan pernah sandrina mendengarkan ucapan orang yang tidak bermutu bagi masa depan sandrina karena itu hanya akan membuat sandrina terpuruk"
Setelah mendengar kata-kata dari ibunya sandrina merasakan kedamaian dihatinya, dengan segera ia mengecup kening ibunya
"Terimakasih ya bu, udah mau mengajarkan sandrina tentang banyak hal"