Mohon tunggu...
Nurimania Purnama
Nurimania Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku biasa dipanggil aim, hobi membaca novel roman, kuliner dan tidur. Bercita-cita menjadi penulis/cerpenis dan guru/dosen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tasbihku

5 Mei 2023   22:18 Diperbarui: 5 Mei 2023   22:22 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"jangan mikirin pria yang tidak kamu kenal, ingat siska kamu sudah ibu jodohkan dengan anak pak usatad rasyidin"

"tapi ibu siska gak suka sama anaknya pak ustad"

"pria sholeh seperti dia kamu tidak suka, lalu pria seperti apa yang kamu sukai, pria yang tidak jelas keimanannya. Iya?" tanya ibu sedikit membentakku, aku terhentak dengan bentakan itu. Baru pertama kalinya aku mendengar bentakannya, dengan tangan gemetar aku hanya bisa menggelengkan kepala.

"ibu jangan egois ini hidup siska, ibu gak perlu ikut campur, seperti apapun pria yang siska pilih berarti itu emang yang terbaik buat siska" ucapku lalu pergi dari hadapan ibu, hatiku hancur mendengar ucapan ibu barusan, kenapa ibu tidak pernah mempercayaiku? Apa salahnya aku memilih pasangan hidupku sendiri lagi pula yang menjalaninya aku bukan ibu, yang tahu aku bahagia enggaknya ya cuman diriku bukan ibu.

Air mataku terus mengalir entah bagaimana cara membendungnya, perdebatan tadi sangatlah membuatku kaget, kenapa aku harus dilahirkan dikeluarga yang selalu mengatur hidupku?Oh tuhan berikan jalan yang terbaik bagi hambamu ini.

***

Pagi hari yang mencekam, aku melangkah melewati ibuku yang kini sedang memberesi ruang makan, tak ada dialog antara kami sejak sarapan tadi.

Langkahku terhenti disebuah posko dekat kebun dengan harapan aku bisa melihat wajahnya, seorang yang selalu menghantui pikiranku.

Dalam diam hatiku tak berhenti berdesir saat tanpa sengaja tatapan kami bertemu, namun ada hal yang sangat menusuk saat aku melihat kalung salib melingkar indah di lehernya. Darah yang awalnya mengalir begitu deras kini seakan berhenti saat mengetahui satu fakta yang membuatku harus menyerah.

"sekenario seperti apa yang sedang engkau buat tuhan? kenapa rasa ini sangat sakit saat mengetahui hal yang menjadi alasanku untuk berhenti berharap, padahal Namanya pun aku belum mengetahuinya, apakah ini yang dinamakan cinta? Cinta yang seperti apa yang sedang hamba alami ini?" air mataku terus mengalir deras, semuanya terasa hampa bahkan untuk pulangpun aku enggan, mau ditaruh dimana mukaku ini, aku malu kepada ibu.

Dengan sedikit energi yang tersisa aku ikuti langkah lelaki itu, aku masih belum sepenuhnya percaya kalau kita beda keyakinan. Dan langkahku terhenti di depan gereja yang sangat megah dilihat dari luarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun