***
 Rasa kram dikakiku sudah mulai terasa entah berapa lama aku disini menunggu seseorang yang belakangan ini selalu menghantui pikiranku, sepertinya nasipku kali ini kurang bagus, aku berjalan dengan lemas sambil menendang batu kerikil yang menganggu jalanku. Kenapa jatuh cinta itu semenyakitkan ini? jeritan hatiku.
Sepanjang jalan aku berharap ada keajaiban yang membawa pujaan hatiku, seperkian detik aku melihat seseorang yang berjalan melewatiku, aku tidak bisa berkata-kata sungguh indah ciptaannya. Dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, tak hanya berwajah tampan ternyata dia memilik tatakrama yang alur biasa.
Senyum lebar terpampang jelas di wajah manisku, aku menghampiri ibu yang sedang menggoreng ikan.
"ibu kenal dengan pria tampan yang selalu lewat di kebun itu?" aku berharap ibuku tahu siapa pria yang aku maksud barusan.
"iya ibu lupa memberi tahumu" ucapan ibu terjeda, hal itu membuat jantungku berdebar. Cerita apa yang akan ibu sampaikan padaku? Apakah ibu sudah tahu dengan persaanku ini? "suaminya si meng udah pulang jadi kamu tidak perlu mencarinya ke kebun" lanjut ibu sambil tersenyum melihatku, satu tarikan nafas kasar keluar dari hidungku bukan itu cerita yang aku harapkan dari ibu, dengan sedikit kesal aku meninggalkan ibu yang sedang mendumel tidak jelas karena aku tidak membantunya.
***
Dari mana aku bisa mendapatkan informasi pangeran tampan itu? Kenapa jatuh cinta sangat merepotkan? Kemana gerangan pria tadi? Aduh kenapa otakku penuh dengan wajahnya yang sangat ramah dipandang itu? Apa yang harus aku lakukan? baru pertama kalinya aku merasakan perasaan yang aneh ini.
Seperti sudah menjadi kebiasaanku belakang ini jendela adalah tempat favoritku untuk mengahayalakan sesuatu yang belum bisa aku gapai.
"anak gadis kok senyum-senyum sendiri, kenapa neng?" tanya ibuku sambil duduk disampingku
"ibu tahu pria tampan dan ramah yang selalu lewat di kebun itu?" mendengar pertanyaanku mata ibu langsung melotot, seakan hal yang aku tanyakan barusan sebuah bencana besar baginya.