Muna Maysari, ibu rumah tangga yang menghasilkan banyak karya di sela kesibukannya sebagai penjahit. Senin (24/4) yang lalu, cerpenis asal madura itu menceritakan pengalaman membaca hingga menulisnya. Dirinya menceritakan kesulitan saat  meminjam buku bacaan, harus pergi ke perpusda dengan jalan kaki, karena pada saat itu masih minim transportasi.
Sebelum terjun ke dunia sastra, Muna sempat aktif di pop religi seperti majalah annida, salah satu majalah yang aktif pada masa itu. Karyanya sempat dimuat hingga beberapa cerpen, sebelum akhirnya memilih fokus menulis di koran. Cerpen pertama yang dimuat koran pada tahun 2010-2011 di Surabaya pos dengan judul Dibalik Tirai Gelap, hingga tahun 2016 masih aktif di koran sambil menggarap novel pertamanya yang hendak dibukukan.
"informasi budaya yang saya dapatkan ada yang dari luar dan ada juga tradisi yang masih berjalan di masyarakat sekitar, seperti Kasur tanah" ungkap cerpenis asal madura itu.
 "tidak ada waktu khusus dalam menulis, biasanya saya menulis sambil bekerja karena kalau enggak gitu saya merasa kesulitan. Kendala yang saya alami biasanya dalam mencari refrensi yang tidak lengkap dan tidak ada narasumber yang bisa melengkapi, disutulah saya merasa karya saya tidak matang" lanjut Muna Maysari
Ide yang muncul pada saat menjahit langsung ia tuangkan dilaptop yang sengaja diletakkan disebelah mesin jahitnya, hal inilah yang menjadi keunikan menulis dari munama sari.
Dari keluarganya sendiri Muna Maysari menadapatkan dukungan penuh seperti yang diungkapkan Moh. Hotib pada siang kemarin, dirinya merasa senang karena dengan istrinya berkarya bisa menambah banyak teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H