Mohon tunggu...
Nuril Mufarroha
Nuril Mufarroha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian yang Disambut Ribuan Malaikat

29 November 2019   18:27 Diperbarui: 29 November 2019   18:44 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keesokan harinya, datanglah seorang utusan islam kepada Nusaibah. "Ada apakah gerangan? Apakah anakku gugur?". Utusan itu menunduk sedih, "betul". "innalillahi...."gumam Nusaibah dan menangis. "Engkau berduka, ya Ummu Amar?" "Tidak, aku gembira. Hanya saja aku sedih siapa lagi yang kuberangkatkan untuk membela Rosululloh? Saad masih kecil". Mendengar itu Saad langsung menyela, "jangan remehkan aku Ibu, jika engkau izinkan aku akan tunjukkan bahwa Saad adalah putra ayah yang pemberani". "Kau tidak takut nak?". Saad sudah meloncat ke atas kudanya dan menggeleng yakin. Akhirnya dia berangkat dengan para utusan untuk ikut berperang.

Hingga kejadian sama pun terulang kembali, Saad gugur. "Hai utusan, engkau menyaksikan sendiri sekarang aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya tersisa diriku yang tua ini. Maka izinkanlah aku untuk ikut bersamamu ke medan perang". "tapi engkau adalah perempuan". "Apakah wanita tidak ingin pula masuk surga melalui jihad?" Tidak menunggu jawan dari utusan tersebut, Nusaibah langsung bergegas menunggangi kuda dan menghadap Rasululloh.

Tiba disana, Rasululloh mendengarkan semua perkataan Nusaibah. "Nusaibah yang dimuliakan Allah, belum masanya wanita mengangkat senjata. Sementara kumpulkanlah obat-obatan dan rawatlah yang luka-luka. Pahalanya sama dengan bertempur". Mendengar penjelasan Nabi, dia langsung menenteng obat-obatan dan berangkat ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Suatu ketika ia sedang menunduk mengobati tentara yang terluka, tiba-tiba rambutnya terkena tetesan darah. Ternyata darah itu adalah darah tentara islam yang tewas terbabat oleh senjata orang kafir. Timbullah kemarahan Nusaibah ketika melihat kejadian ini, apalagi dia meiha Rasululloh terjatuh dari kuda akibat keningnya terserempet anak panahnya musuh. Nusaibah tidak bisa menahan diri lagi menyaksikan hal itu. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambillah senjata prajurit yang gugur beserta kudanya. Bagaikan singa betina mengamuk, musuhnya banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Bahkan banyak yang tumbang.

Hingga suatu saat ada seorang kafir mengendap dari belakang dan menebas lengan kiri Nusaibah sampai putus. Akhirnya dia terjatuh dan terlindas oleh kuda. Peperangan pun tetap berjalan dan medan pertempuran makin menjauh. Sehingga tinggalah Nusaibah seorang diri. Akhirnya Ibnu Mas'ud menjumpai Nusaibah yang terbaring lemah.  "Istri Said kah engkau?". 

Dengan pandangan masih samar-samar, Nusaibah bertanya, "bagaimana dengan Rasululloh? Selamatkah baginda?". "Baginda tidak kekurangan sesuatu apapun". "Engkau Ibnu Mas'ud bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku". "Engkau masih terluka parah, Nusaibah". "Engkau mau menghalangiku membela Rasululloh?". 

Dengan terpaksa Ibnu Mas'ud memberikan senjata dan kudanya. Dengan susah payah Nusaibah menaiki kudanya, tetapi banyak musuh yang telah dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, maka tidak menutup kemungkinan dia tewas terbabat lehernya oleh pasukan kafir. Gugurlah wanita yang perkasa itu di atas pasir yang darahnya membasahi tanah air tercinta. 

Tiba-tiba langit berubah menjadi mendung, hitam kelabu. Padahal sebelumnya langit tampa cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak, kemudian Rasululloh berkata kepada para sahabat "Kau lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan ribuan malaikat yang menyambut kedatangan arwah Nusaibah,wanita yang perkasa". MasyaAlloh!

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama islam bisa damai seperti saat ini. Semoga Alloh menempatkan mereka dan kita semua di surga-Nya. Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun