Seminggu sudah, aku belum menengok mamak di rumahnya. Kesibukanku mengolah nilai membuat tak sempat untuk berkunjung. Padahal rumah kami tak begitu jauh. Kadangkala, mamaklah yang datang menjenguk dengan berjalan kaki. Diantar pulang pun suka ogah dengan dalih olahraga kaki katanya.
Namun, pagi ini aku mendapat telepon dari mamak. Ia minta dibelikan bubur sambil menangis. Aku kaget. Ada apa dengan mamaku. Ternyata beliau sedang meriang. Badannya menggigil tapi panas di luar. Katanya semalam tidak bisa tidur panas tinggi.
" Kita berobat ya Mak?" tanyaku.
" Ga usah, Doni sudah telepon Gus Muddin suruh ke rumah" jawab mamak. Gus Muddin adalah seorang mantri kesehatan langganan di kampungku. Apalagi musim Corona seperti ini. Orang-orang takut datang ke rumah sakit atau puskesmas karena mereka pikir penyakit apapun yang mereka keluhkan, akan menjadi Corona di akhir diagnosanya.
" Ya sudah, mamak tunggu ya, aku segera ke sana antarkan buburnya." Tambahku. Mamakku hanya membalas dengan anggukan.
Mamakku adalah orang yang pantang minta belas kasihan anaknya. Mungkin permintaannya kali ini hanya untuk meminta aku datang mengunjunginya karena sudah tidak kuat menahan rasa panas dingin tubuhnya.
Setelah membeli bubur, aku langsung datang ke rumah mamak. Benar saja, badannya panas tapi pakai selimut tebal. Biasanya selimut itu disimpan rapi oleh mamak karena saking tebalnya malah membuat tidurnya kepanasan.
"Ayo kita berobat saja mak" bujukku.
"Ga mau, mamak baru minum obat panas punya adik iparmu." Bantah mamak.
"Jangan sembarang minum obat Mak, kan dosisnya juga berbeda". Jelasku.
"Ini sudah mulai turun ko panasnya" katanya.
"Ya sudah Mak, dimakan dulu buburnya biar ada asupan tenaga. Semalam mamak ga tidur ya?" tanyaku. Kulihat wajahnya pucat sekali. Sepertinya panas tubuhnya membuat mamak tidak bisa tidur.
Mamak pun membuka tempat berisi bubur dan mulai menyuapnya. Baru beberapa suapan lalu menaruhnya. Aku tahu sekali yang dirasakannya. Biasanya orang sakit tak enak makan. Baginya, orang yang sakit tapi masih doyan makan, pasti cepat sembuhnya. Hari ini diusahakannya makan demi untuk sembuh walaupun hanya 2 atau 3 suap.
"Ko Gus Middun belum datang Mak?" aku mulai mempertanyakan mantri yang mau memeriksa makku. Rumahnya tak jauh dari rumah kami. Harusnya sudah ada sejak tadi.
"Orangnya sedang dinas. Bisa datang sore nanti." Jawab Dino.
"Nih, barusan Gus kasih jawaban". Lanjutnya.
"Kalau begitu kita berobat ke Dokter aja Mak, masak mamak mau sakit terus sampai sore" rayuku.
"Tunggu reaksi obat ini aja dulu, tar sore berobat sama Gus"
"Kalau begitu berobatnya ke Dokter Anton aja mak, ga usah datang tinggal nanti ambil obat ke rumahnya." Mamakku tidak berkomentar. Beliau hanya diam sambil sesekali memegang dahinya berharap turun panas badannya. Aku tahu, beliau menahan rasa sakit dan malas untuk dibawa berobat.
Akhirnya, aku wa dokter Anton. Kebetulan aku masih menyimpan nomornya. Sebenarnya, dokter Anton hanya nama saja. Yang praktik di rumah adalah istrinya. Entah siapa namanya, aku panggil dia dengan sebutan dokter saja, karena beliau juga seorang dokter.
"Selamat Pagi dokter, saya mau berobat in ibu saya. Panasnya tinggi dari semalam" tulisku di nomor WhatsApp dokter Anton, tanpa basa-basi lagi.
"Ya, ada mual ga?" Sahut dokter.
"Tidak ada dok. Sudah minum obat. Turun sebentar, tetapi panas lagi". Lanjutku.
"Biasanya panasnya akan lebih tinggi lagi. Itu tipes mah, sekarang musim pancaroba, banyak yang mengeluhkan itu. Makanya jaga kesehatan ya mah." Kata Bu dokter.
"Ada lagi keluhannya?" tanyanya.
"Tidak ada dok...berati makannya harus bubur dok?". Aku mulai mencari tahu.
"Ya" jawab dokter singkat.
"Oke, silakan jalan. Saya akan siapkan obatnya, mama datang tinggal bawa pulang"
"Siap dok, saya ke sana". Kumatikan gawai lalu bergegas ke rumah Bu dokter Anton.
Rumahnya lumayan jauh, tapi kalau naik motor ga sampai 10 menit ko.Sesampai di gerbang, aku ditemui oleh Pak Satpam. Pak satpam lalu menghubungi Bu dokter. Tidak berapa lama aku melihat ada sosok cantik dengan celana jeans di bawah lutut dan kaos santainya menuju pos satpam. Dia adalah Bu dokter. Sebelum pandemi, saya sering kali berobat padanya sehingga saya hapal betul paras cantiknya itu.
"Itu tipes mah, semoga obatnya ampuh. Mudah-mudahan antibiotiknya cocok. Semoga lekas sembuh mamanya". Sapanya seperti biasa dengan nada bicara yang hampir tak berjeda.
"Iya dok, terima kasih." Sahutku sambil memberikan lembaran uang kertas kepadanya sesuai dengan jumlah yang diminta.
Sesampainya di rumah mamak, aku memintanya untuk segera minum obatnya. Beliau pun meminumnya. Aku memintanya untuk istirahat saja. Setelah minum obat dari dokter tadi, terlihat mamak pun mulai dapat tidur, setelah semalaman begadang merasakan tubuhnya yang panas dingin. Alhamdulillah...semoga mamakku cepat pulih kembali ya Allah.
Seingatku, ini bukan pertama kali mamak menderita sakit seperti ini. Sejak aku kecil, mamak sering panas dingin jika musim pancaroba tiba. Namun, karena penyakit ini rutin dialami, kami menganggap biasa saja. Waktu itu hapal betul jika sedang kumat, aku diminta rebus air dan menaruhnya di botol, kemudian botol tersebut didekapnya. Sebagian air panas diminum dengan ditambah sedikit air dingin biasa. Memang ampuh sih, cuma membutuhkan waktu lama untuk kesembuhannya.
Mengingat ucapan dokter mengenai tipes dan pancaroba, jari jemariku mulai berkelana mencari kata di Wikipedia dan kutemukan penjelasannya tidak sampai 1 menit.
Tipes alis demam tifoid adalah gangguan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhy merupakan penyakit infeksi. Seseorang dapat terkontaminasi oleh bakteri tersebut melalui penyebarannya melalui makanan dan air.
Gejala tipes yaitu: perut sensitif, gelisah, tinja berdarah, menggigil, mengigau, halusinasi, mimisan dan kelelahan.Tipes disebarkan melalui makanan yang terkena bakteri feses.
Tidak tahu penyebab yang pasti mamakku menggigil dan panas tinggi, tapi menurutku musim pancaroba ini lebih mendekati pada sebab mamakku sakit.
Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu di antara musim penghujan dan musim kemarau. Dalam pranata mangsa yang dikenal di Pulau Jawa, pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau (biasa terjadi pada bulan Maret dan April) disebut sebagai mangsa (musim) marng, sementara pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan (biasa terjadi pada bulan Oktober hingga Desember) disebut mangsa labuh.
Suhu udara dan cuaca yang tak menentu di musim pancaroba, dinilai dapat meningkatkan potensi munculnya berbagai penyakit. Ini alasannya:
Pada musim pancaroba (terutama dari kemarau ke musim hujan), orang cenderung lebih sering berada atau berkumpul di tempat tertutup. Keadaan ini juga menyumbang pada peningkatan risiko penularan infeksi.
Virus dan bakteri dinilai mampu hidup lebih lama dan berkembang pada suhu serta kelembapan yang lebih rendah, seperti pada musim pancaroba.
Musim pancaroba dianggap berpotensi membuat aliran darah menyempit, mengurangi kadar vitamin D, serta menurunkan sistem imun tubuh.
Suhu ruangan yang senantiasa lembap dan imun yang menurun tersebut menyebabkan seseorang mengalami tubuh 'panas dingin' ( menggigil yang disertai badan panas). Seperti yang dialami oleh mamaku.
Ada beberapa penyakit yang harus diwaspadai pada musim pancaroba. Penyakit tersebut adalah ISPA (flu, pilek, batuk,influenza), DBD(Demam berdarah), Cikungunya, asma, pencernaan dan diare.
Namun, untuk menghadapi musim pancaroba ini kita tak perlu kuatir karena ada beberapa tips yang saya temukan agar menjadi perhatian bagi pembaca mudah-mudahan tips ini dapat menghindari kita dari berbagai penyakit.
Adapun tipsnya sebagai berikut:
1.Sediakan waktu istirahat yang cukup untuk tubuh. Menetralkan kondisi tubuh setelah beraktivitas agar diperoleh kembali kekuatan tubuh secara alami. Disarankan durasi tidur untuk orang dewasa sekitar 7-9 jam/hari.
2.Sering mencuci tangan dengan sabun. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, agar kotoran yang melekat pada tangan tidak mengakibatkan penularan penyakit.
3.Sediakan selalu Handsanitizer di rumah maupun di luar rumah.
4.Minumlah air putih minimal 2 liter sehari. Minum air putih tidak saja menghindari dari virus dan penyakit, akan tetapi dapat juga menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
5.Mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Terapkan pola makan yang sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Makanan sehat bisa diperoleh dari buah dan sayur-sayuran.
6.Rutin berolahraga. Lakukan olahraga rutin setiap hari, minimal berjalan kaki, joging, atau pun bersepeda. Lakukan aktivitas fisik selama kurang lebih 30 menit.
Jadi, tak perlu khawatir ketika datang musim pancaroba. Dengan selalu menjaga kebersihan, menjaga imun tetap stabil, pola makan dan istirahat yang teratur InshaAllah akan terhindar dari penyakit yang datang pada musim pancaroba.
Banten,22/12/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H