"Dijual, Bu?" tanya suami. Dahinya berkerenyit melihat tumpukan barang di sebelah mesin jahit.
"Iyalah, kan saya nambah vuring, kain kapas, benang, pita dan renda."
"Wah, bisa makin banyak tabungan Ibu, nih,"
"Iyalah, Yah. Mau tak belikan emas," canda saya.
"Emas ada nisobnya lho, Bu.. Harus dibayarkan zakat mal-nya."
Waduh!
"Yah, bagaimana caranya agar barang-barang ini jadi tabungan amal di akhirat nanti?"
Suami tersenyum. "Sedekahkan saja, Bu. Ingatlah yang menjadi milik kita selamanya sampai di akhirat nanti itu hanya tiga. Pertama, yang kita makan sampai habis. Kedua, yang kita pakai sampai usang. Ketiga, yang kita berikan kepada orang lain."
Ide yang bagus. Pada pertemuan PKK, saya membawa pernik-pernik kain itu. Alhamdulillah. Ibu-ibu se-RT suka dengan hasil karya saya. Mereka memilih-milih barang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
"Berapa harganya, Bu?" tanya Bu Ani yang memilih tas dan cempal kain. "Tasnya bisa dibawa ke pengajian ini. Cempalnya, cantik Bu. Kebetulan saya memang sedang pengin punya cempal. Biasanya pakai serbet."
"Gratis, Bu. Monggo dibawa pulang, semoga bermanfaat."