Sebelum mendunia seperti sekarang, tempe ditempatkan dalam kasta terendah lauk pauk. Tempe identik dengan makanan rakyat jelata. Stigma negatir tentang tempe memunculkan adagium "isuk dele, sore tempe" ( pagi dele, sore tempe). Anggapan itu disematkan kepada orang yang plin plan, tidak punya sikap jelas, pendiriannya  berubah setiap saat. Begitu juga dengan orang yang suka putus asa, seolah tak memiliki semangat hidup, yang kemudian disebut bermental tempe.
Stigma negatif tempe sekarang sudah tidak relevan lagi. Justru menjadi kritik bagi orang yang terlalu nyaman berada di zona nyaman sehingga menolak segala perubahan. Padahal hidup harus terus berjalan, tidak boleh mandeg
Tidak peduli bagaimana bentuk dari sebuah tempe tersebut, bila sudah dimasak akan memiliki rasanya yang khas tergantung bumbu yang digunakan. Begitupula dengan mental, semakin sering diasah maka akan semakin kuat. Merubah mental untuk diri sendiri memang tidak mudah, banyak hal yang harus dikerjakan dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Semua hal tersebut kembali lagi ke masing-masing individu untuk memotivasi dirinya. Â
I Love Tempe
T ampilanmu mempesona
E ntah dibuat jadi apa
M endoan atau digoreng saja
P adamu kulabuhkan rasa
E nak, dompet pun aman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H