Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Xuan Mengumpat

17 Januari 2025   14:48 Diperbarui: 17 Januari 2025   14:48 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumuk, inilah kata yang tepat untuk menyebut cuaca akhir-akhir ini di kota Malang. Kota kelahiran saya ini sudah tak lagi sedingin semasa saya masih sekolah dulu. Saya masih ingat rasanya dulu ketika harus mandi pagi-pagi sebelum berangkat sekolah. Kedua lutut beradu, tangan bersedekap dan gigi gemerutuk menahan dingin. Pakdhe yang datang dari Madiun tidak pernah berani mandi sebelum adzan dhuhur berkumandang. Atis, katanya. Sekarang?  Pagi-pagi saya sudah berkeringat, siang begitu menyengat dan malamnya saya sulit tidur tanpa kipas angin yang berputar 24 jam sehari .

Dari jendela kelas terlihat matahari seperti mengapung di antara awan. Cahayanya menyilaukan biasnya sudah cukup membuat mata ini terpicing.  Tetapi beberapa anak berseragam biru putih tampak terganggu, mereka asik saja bermain sepakbola  sambil menunggu waktu pulang di lapangan yang pavingnya baru dicat warna hijau.

Saya melipat selembar kertas lalu mengipaskannya di samping wajah, mencoba menangkap angin dari udara yang kebetulan lewat. Di depan saya, anak-anak sedang sibuk mengerjakan soal ulangan tengah semester.  Mereka tampak sedang serius mengerjakn. Tak banyak soal yang saya buat hari ini. Hanya ada 35 soal, essay dan ada lima varian soal.

 Penting bagi guru untuk panda-pandai membuat soal yang diharapkan bisa mengukur kemampuan siswa. Sekarang sudah ada aplikasi untuk membuat soal semisal Google Form. Membuatnya agak ribet tetapi guru tidak direpotkan dengan koreksi. GF itu paket komplit, koreksi, nilai dan analisis sudah tersedia. Tetapi  saya sering patah hati, dibuat kecewa oleh siswa. Sudahlah lama mikirnya membuat soal, eh mereka mengerjakannya asal saja. Pernah ada siswa yang selesai tidak sampai 15 menit. Salah semua. Soal tidak dibaca baik-baik, asal pencet saja, agar cepat selesai, agar cepat main game.

Puluhan tahun menjadi guru, saya bisa melihat dengan jelas perbedaan siswa sekarang dan siswa jaman dulu. Siswa jaman dulu, nurut dan patuh kepada guru. Mereka takut jika tidak mengerjakan PR, takut jika hasil ulangannya jelek. Sekarang? Tidak ada yang mereka takutkan. Tidak mengerjakan PR jadi hal yang biasa. Nilai ulangan jelek? Kenapa takut, toh mereka dijamin lulus. Memang tidak semuanya sih, tetapi BANYAK.

Pengalaman juga membuat saya mudah untuk melihat gelagat siswa yang curang. Ada yang duduknya tidak tenang, tengok kanan kiri, membuat kode-kode aneh, pura-pura pinjam alat-alat tulis, atau berkali-kali ijin ke toilet. Dari hasil ulangan pun bisa kelihatan mereka curang atau jujur. Pada soal essay terutama, ada yang hasilnya sama plek ketiplek. Jika jawaban yang betul sama sih tidak masalah, lha ini jawaban yang salah pun sama.

Seperti  yang dilakukan seorang murid saya, Xuan namanya. Sedari awal ia  tidak mau membaca soal. Kepalanya menengok kanan kiri juga depan dan belakang, mengharapkan bentuan dari teman-temannya. Padahal jika mau membaca saja pasti bisa mengerjakan. Apa sulitnya pelajaran PPKn? Tidak ada rumus yang harus dihapalkan. Tak ada angka yang harus dihitung.

 Awal masul tadi kami sudah membuat kesepakatan. Barang siapa yang sodakoh jawaban kepada temannya akan saya potong nilainya. Satu kali memberitahukan jawaban , nilai akan saya kurangi 10, dua kali ya 20, demikian seterusnya. Itulah mengapa teman-temannya tidak ada yang membantu Xuan. Karena bosan, ia lalu tertidur. Bukan main, keahliannya merem sudah tingkat dewa. Bisa-bisanya  tidur di cuaca sepanas ini.

 

Inilah saatnya saya beraksi. Seperti biasanya , saya membiarkan Xuan tidur, teman-temannya juga saya minta untuk tidak berisik. Saya menggambari wajah dan tangannya memakai spidol. Saya membuat emoticon love dan totol-totol  hitam di wajahnya. Di tangannya saya beri  gambar bunga lengkap dengan daun dan kupu-kupu. Terakhir saya ambil foto buat kenang-kenangan untuk meredakan emosi jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun