"Masak-masak sendiri, makan juga sendiri, tidur pun sendiri ...."
Terdengar lagu yang judul dan penyanyinya aku tak tahu. Tapi kok yo pas dengan keadaanku sekarang ini.
Kutengok ke dalam kulkas. Ada beberapa bahan yang kubutuhkan. Nasi kering dalam magicom paling pas dibuat nasi goreng. Hanya dengan menambahkan bawang , cabe dan telur, kurasa sudah akan nikmat.
Baiklah, rajang dulu bawang putih dan bawang merahnya, lalu tambahkan cabe yang sudah diiris. Bumbunya dirajang semuanya. Hmmm, ada juga gunanya dulu ikut pramuka, jadi bisa memasak meski ala ala sebisanya.
Bau harum  menyeruak sampai membuatku bersin ketika bumbu dimasukkan. Sepertinya akan enak sekali ini rasanya. Tambahkan telur lalu masukkan nasinya. Apa tidak terbalik urutannya? Ah sudahlah tak makan sendiri saja kok repot. Â
Sudah masuk semuanya di wajan, nasi, telur dan bumbu-bumbu. Tinggal menambahkan garam dan mengaduknya sampai rata, sampai matang. Aduk ... aduk ... lha kok apinya mati? Ya, Tuhan, gasnya habis. Jarum indikator ada di garis berwarna merah. Aduh! Nasi gorengku?
"Yan ... Yan ...Yan...!" teriakku memanggil Yanto. Aku tidak bisa membeli gas.
Tidak ada yang turun.
Benar-benar anak ini tidak bisa diandalkan. Dia itu tidur atau bagaimana? Sudah berkali-kali diteriakin tidak bangun juga. Kuping mana kuping?
Setengah putus asa, demi perut yang makin kencang berkedut-kedut, kumakan juga nasi goreng istimewa ini. Sesuap, kurasakan, asinnya pas. Sesuap lagi, enak  juga ternyata. Benar kata orang, nasi goreng paling enak itu dibuat dari nasi sisa kemarin. Lebih enak lagi disantap pas sedang lapar-laparnya.
"Wah, kelihatannya enak Pak, nasi gorengnya." Yanto sudah ada di depanku tanpa kutahu kapan turunnya.