Mohon tunggu...
Nur Hy
Nur Hy Mohon Tunggu... -

Pengajar di Prodi Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang. Bidang : Information Retrieval, Komputasi cerdas. Field of Interest : Energi, Perempuan &Anak, dan Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengawal Generasi “Z” di Era Internet of Thing

19 Mei 2016   23:54 Diperbarui: 20 Mei 2016   08:26 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Era digital dapat dikatakan sebagai era revolusi informasi. Sebuah era dimana informasi memiliki peran penting dan menjadi kunci di hampir setiap keputusan. Informasi menjadi barang yang sangat berharga dan memberi banyak pengaruh terhadap perubahan sosial. Ini terjadi seiring dengan perkembangan dunia teknologi yang begitu cepat, khususnya teknologi informasi.

Gen-Z dan era IoT

Generasi Z adalah generasi yang lahir bersamaan dengan kelahiran teknologi informasi. Dalam teori generasi (Generation Theory), ada 5 pengelompokan generasi berdasarkan tahun kelahiran. Mereka adalah Generasi Baby Boomer, Generasi X, Generasi Y dan Generasi Z. Generasi Z lebih luas dikenal dengan istilah Gen-Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995 sampai tahun 2010. Generasi ini juga biasa disebut dengan Generasi Net (Gen-N) atau Generasi Internet (Gen-I).

Gen-Z adalah generasi yang hidup di zaman revolusi informasi. Mereka mudah beradaptasi terhadap perubahan teknologi. Mereka juga mampu mengikuti arah perkembangan teknologi terkini dengan begitu cepat. Jadi, jangan heran jika sekarang hampir semua anak pra-sekolah baik di kota maupun di desa sudah lihai mengoperasikan gadget. Hal ini dikarenakan sifat teknologi seolah-olah telah meresap kedalam kehidupan mereka. Inilah budaya baru yang jauh hari sudah diramalkan oleh para ahli, sebuah budaya yang lahir dari kemajuan teknologi.

Selama ini, yang menjadi kekhawatiran banyak pihak khususnya orang tua Generasi Z adalah penyebaran informasi secara masif melalui internet, terutama informasi yang bersumber dari konten-konten negatif. Ditambah lagi dengan maraknya berita terkait dengan cyber bullying, perjudian, penipuan, hingga penculikan melalui media sosial yang berakhir mengenaskan. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dan sosial anak.

Padahal, fungsi internet tidak hanya sebatas untuk media sosial maupun akses konten web saja. Dua hal diatas hanyalah sebagian sangat kecil dari yang bisa dilakukan dengan internet. Sebab, sebenarnya manfaat internet sangat besar dan lebih dari apa yang dipersangkakan diatas. Dahulu, komunikasi dilakukan melalui pesawat telepon dengan biaya cukup mahal. Sekarang dengan teknologi internet, komunikasi dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Bahkan, pihak yang terlibat dalam percakapan bisa bertatap muka langsung melalui video conference.

Manfaat lain yang bisa diambil sebagai contoh adalah kemudahan akses literatur. Dahulu, literatur hanya bisa didapatkan dengan mendatangi langsung perpustakaan atau toko buku. Sekarang, hanya dengan mengetikkan beberapa kata melalui internet, maka segala jenis literatur dari seluruh dunia bisa didapatkan. Misalnya, e-book, artikel ilmiah dan e-newspaper.

Selain itu, manfaat yang paling penting dari internet adalah teknologi ini memungkinkan pengendalian perangkat secara otomatis tanpa mengenal jarak. Inilah era kelahiran Internet of Thing yang akan menjadi tren masa depan. Berdasarkan penelitian Allied Business Intelligence (ABI) Research, pada tahun 2020 diperkirakan ada lebih dari 30 miliar perangkat yang terhubung secara nirkabel. Internet of Thing atau disingkat dengan IoT adalah sebuah era dimana mayoritas perangkat akan terhubung ke internet. Inilah sisi internet yang akan banyak mengubah pola hidup manusia, khususnya Generasi Z. Karena sebagian besar aktifitas maupun pekerjaan manusia akan dilakukan secara online melalui internet. Hal ini menjadi dasar bahwa kemajuan dan perkembangan teknologi tidak mungkin bisa dihindari. Lambat laun akan mengarah kesana. Jadi, tidak ada cara lain kecuali menyesuaikan diri. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita tetap akan berhadapan dengan teknologi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh sebab itu, menjauhkan anak dari internet karena kekhawatiran akan dampak negatif seperti yang disebutkan diatas adalah langkah yang kurang bijaksana. Alasannya, karena peran teknologi dalam kehidupan sudah menjadi kebutuhan.  Sehingga, hal yang paling penting bukannya melarang atau menjauhkan anak dari berinteraksi dengan internet, melainkan mendampingi dan memberi penjelasan akan manfaat teknologi ini untuk masa depan. Inilah yang seharusnya diketahui oleh para orang tua Generasi Z agar tidak paranoid menghadapi era IoT karena hanya fokus pada sisi negatif internet.

Peran Orang tua

Lalu apa peran orang tua terhadap masa depan Generasi Z ini dan bagaimana cara mengawal mereka?

Rumah adalah sekolah pertama yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi dan karakter anak. Rumah sebagai pintu utama penguatan filter dalam diri anak terhadap pengaruh dari luar. Disinilah peran orang tua dibutuhkan, karena orang tua yang memegang peran penting dalam mendidik dan mengenalkan anak terhadap dunia luar. Orang tua lah yang merancang-bangun filter dalam diri anak sehingga tangguh menghadapi pengaruh dari luar.

Dalam era teknologi informasi, semestinya orang tua juga memiliki peran penting sebagai guru pertama dalam memperkenalkan teknologi pada anak. Termasuk didalamnya mengenalkan manfaat teknologi dan mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi secara bijak. Disinilah orang tua dituntut untuk selalu up-to-date terhadap kemajuan teknologi. Paling sedikit, orang tua memahami fungsi dari teknologi yang sedang populer. Bukan untuk sekedar gaya-gayaan dan kepentingan pribadi semata, tetapi demi mengawal perkembangan anak. Karena dengan memahami perkembangan teknologi, orang tua akan memiliki kapasitas yang cukup untuk mengontrol dan mengarahkan anak mereka dalam pemanfaatan teknologi secara baik dan benar. Hal ini bisa dilakukan hanya jika orang tua tidak gagap teknologi.

Selain itu, orang tua Gen-Z juga dituntut untuk lebih dapat memahami karakter anak. Dimana, karakter dari Gen-Z banyak dipengaruhi oleh teknologi. Karakter dari Gen-Z umumnya adalah mengikuti tren atau pola umum, memiliki ketergantungan terhadap teman sepergaulan atau komunitas dan dapat mengerjakan banyak hal sekaligus (multitasking).

Orang tua tidak dapat serta merta mengadopsi segala sesuatu yang diterima pada masa mudanya untuk diterapkan pada anak-anak mereka di masa kini. Karena kondisi masa lalu jauh berbeda dengan masa kini. Dengan mengambil jarak pandang beberapa tahun kedepan, maka orang tua Gen-Z dituntut untuk melihat masa kini dengan kaca mata berbeda.

Sebagai contoh misalnya masalah pekerjaan. Orang tua Gen-Z sudah tidak relevan lagi jika masih mengharapkan anaknya bekerja mengikuti rutinitas seperti di masa lampau: bekerja di sebuah kantor, datang setiap hari sebelum jam 8 pagi, duduk manis di belakang meja, memakai dasi dengan rapi dan bersepatu mengkilap. Revolusi teknologi akan mengubah paradigma tersebut. Setiap orang tua dari Generasi Z harus siap ketika mendapati kantor anaknya hanya seukuran laptop atau tablet. Orang tua juga harus siap melihat anaknya seharian  duduk didepan laptop dengan berkaos oblong di atas tempat tidur.  Sebab, hampir semua pekerjaan dapat dikontrol dan dijalankan melalui internet. Mungkin nanti, sebagian besar dari mereka adalah entrepreneurship di bidang media digital. Itulah pekerjaan Generasi Z yang akan lebih banyak menuntut kreativitas dan inovasi. Walaupun demikian, kejujuran tetap menjadi kunci utama kesuksesan bisnis di dunia IT.

Teknologi dapat mempengaruhi cara pikir dan tingkah laku manusia. Sebaliknya, cara berpikir dan tingkah laku manusia juga mempengaruhi arah perkembangan teknologi. Generasi Z memiliki peran kunci dalam menentukan arah perkembangan teknologi informasi di masa mendatang. Untuk itu, menyiapkan Generasi Z agar bijak dalam memanfaatkan teknologi sangat penting. Terutama agar Generasi Z mampu menjadi pencipta, bukan hanya sebagai pengguna teknologi. Bukan pula hanya sebagai konsumen informasi, tapi harus bisa menjadi produsen informasi. Ini artinya, Gen-Z harus mampu memanajemen informasi, yaitu mampu mengelola, memfilter, dan menyerap informasi dengan tepat. Karena kedepan, Generasi Z inilah yang menjadi orang tua generasi berikutnya, yaitu Generasi Alpha.


Sumber : Malang Post, 19 Mei 2016
Link : http://www.malang-post.com/pembaca/redaktur-tamu/mengawal-generasi-z-di-era-internet-of-thing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun