Rumah adalah sekolah pertama yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi dan karakter anak. Rumah sebagai pintu utama penguatan filter dalam diri anak terhadap pengaruh dari luar. Disinilah peran orang tua dibutuhkan, karena orang tua yang memegang peran penting dalam mendidik dan mengenalkan anak terhadap dunia luar. Orang tua lah yang merancang-bangun filter dalam diri anak sehingga tangguh menghadapi pengaruh dari luar.
Dalam era teknologi informasi, semestinya orang tua juga memiliki peran penting sebagai guru pertama dalam memperkenalkan teknologi pada anak. Termasuk didalamnya mengenalkan manfaat teknologi dan mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi secara bijak. Disinilah orang tua dituntut untuk selalu up-to-date terhadap kemajuan teknologi. Paling sedikit, orang tua memahami fungsi dari teknologi yang sedang populer. Bukan untuk sekedar gaya-gayaan dan kepentingan pribadi semata, tetapi demi mengawal perkembangan anak. Karena dengan memahami perkembangan teknologi, orang tua akan memiliki kapasitas yang cukup untuk mengontrol dan mengarahkan anak mereka dalam pemanfaatan teknologi secara baik dan benar. Hal ini bisa dilakukan hanya jika orang tua tidak gagap teknologi.
Selain itu, orang tua Gen-Z juga dituntut untuk lebih dapat memahami karakter anak. Dimana, karakter dari Gen-Z banyak dipengaruhi oleh teknologi. Karakter dari Gen-Z umumnya adalah mengikuti tren atau pola umum, memiliki ketergantungan terhadap teman sepergaulan atau komunitas dan dapat mengerjakan banyak hal sekaligus (multitasking).
Orang tua tidak dapat serta merta mengadopsi segala sesuatu yang diterima pada masa mudanya untuk diterapkan pada anak-anak mereka di masa kini. Karena kondisi masa lalu jauh berbeda dengan masa kini. Dengan mengambil jarak pandang beberapa tahun kedepan, maka orang tua Gen-Z dituntut untuk melihat masa kini dengan kaca mata berbeda.
Sebagai contoh misalnya masalah pekerjaan. Orang tua Gen-Z sudah tidak relevan lagi jika masih mengharapkan anaknya bekerja mengikuti rutinitas seperti di masa lampau: bekerja di sebuah kantor, datang setiap hari sebelum jam 8 pagi, duduk manis di belakang meja, memakai dasi dengan rapi dan bersepatu mengkilap. Revolusi teknologi akan mengubah paradigma tersebut. Setiap orang tua dari Generasi Z harus siap ketika mendapati kantor anaknya hanya seukuran laptop atau tablet. Orang tua juga harus siap melihat anaknya seharian  duduk didepan laptop dengan berkaos oblong di atas tempat tidur.  Sebab, hampir semua pekerjaan dapat dikontrol dan dijalankan melalui internet. Mungkin nanti, sebagian besar dari mereka adalah entrepreneurship di bidang media digital. Itulah pekerjaan Generasi Z yang akan lebih banyak menuntut kreativitas dan inovasi. Walaupun demikian, kejujuran tetap menjadi kunci utama kesuksesan bisnis di dunia IT.
Teknologi dapat mempengaruhi cara pikir dan tingkah laku manusia. Sebaliknya, cara berpikir dan tingkah laku manusia juga mempengaruhi arah perkembangan teknologi. Generasi Z memiliki peran kunci dalam menentukan arah perkembangan teknologi informasi di masa mendatang. Untuk itu, menyiapkan Generasi Z agar bijak dalam memanfaatkan teknologi sangat penting. Terutama agar Generasi Z mampu menjadi pencipta, bukan hanya sebagai pengguna teknologi. Bukan pula hanya sebagai konsumen informasi, tapi harus bisa menjadi produsen informasi. Ini artinya, Gen-Z harus mampu memanajemen informasi, yaitu mampu mengelola, memfilter, dan menyerap informasi dengan tepat. Karena kedepan, Generasi Z inilah yang menjadi orang tua generasi berikutnya, yaitu Generasi Alpha.
Sumber : Malang Post, 19 Mei 2016
Link : http://www.malang-post.com/pembaca/redaktur-tamu/mengawal-generasi-z-di-era-internet-of-thing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H