Mohon tunggu...
Nurhidayatullar 09
Nurhidayatullar 09 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa sains

mahasiswa biologi di universitas surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Petani Milenial di Era Baru

27 November 2021   10:21 Diperbarui: 27 November 2021   10:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dengan Kloning. Apakah Manusia Bisa Abad

Wabah virus corona yang dikenal dengan sebutan COVID–19 ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan. Saat ini penyakit COVID-19 sudah menyebar hampir ke seluruh belahan dunia, dan mengakibatkan lebih dari 600.000 korban jiwa. Terjadinya Pandemi ini telah merubah pola hidup manusia, serta memaksa kita untuk tetap berdiam diri di rumah.

Berkumpul dan bercengkrama saat ini telah menjadi hal yang tabu untuk dilakukan, apalagi untuk bersalaman maupun berpelukan. Adanya anjuran untuk tetap tinggal di rumah membuat kondisi ekonomi semakin terpuruk. Dimana banyak pekerja maupun pegawai yang diberhentikan atau terkena PHK. Bukan hanya sektor ekonomi yang terkena imbas dari terjadinya pandemi ini, namun sektor ketahanan pangan pun ikut terkena imbasnya walaupun tidak secara langsung.

Dapat dipastikan bahwa di paska terjadinya wabah yang berkepanjangan ini, tentu isu ketahanan pangan akan menjadi trending topik kedepannya dan mungkin tidak kalah menarik dengan isu ekonomi global, maupun isu tentang varian baru.

Sektor pertanian merupakan garda awal, sebab hal ini berkaitan dengan urusan pangan yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia tanpa terkecuali. Sehingga para petani diharapkan tetap berjuang untuk dapat terus memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, terlebih saat situasi paska pamdemi seperti saat ini.

Menurut prediksi Kepala BMKG Bapak Dwikorita Karnawati. M. Sc dalam keterangan tertulisnya, menyebutkan bahwa pada awal musim kemarau bulan Juni 2021 akan terjadu musim kemarau. Sehingga kegiatan petanian di sebagian wilayah mungkin mengalami penurunan khusunya pada hasil tamanan sayuran dan padi yang cenderung membutuhkan banyak air.

Generasi Milenial di Era Baru

Total 255 juta penduduk Indonesia, terdapat 81 juta merupakan generasi millenials dengan rentang usia 17-37 tahun. Generasi milenial diharapkan dapat berperan aktif membantu proses penanganan Covid-19.

Namun kenyataannya banyak generasi milenial yang memilih untuk menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang) dan saat ini mereka mungkin akan lebih memilih untuk rebahan ataupun sekedar bermain game. Sehingga muncul istilah yang terkenal yakni “ dengan rebahan kita bisa jadi pahlawan“. Padahal sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan oleh generasi milenial, mulai dari belajar ilmu agama, berbisnis, melakukan inovasi atau kegiatan berfaedah lainnya.

Generasi Milenial seharusnya mampu memanfaatkan masa pandemi ini menjadi peluang bisnis dengan bermodal kreatifitas yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan uang. Dengan cara berbisnis kebutuhan sehari hari secara online hingga memanfaatkan sarana youtube untuk mengisi kekosongan aktifitas selama pandemi ini.

Peran Petani Milenial di Era baru

Lantas apa sebenarnya peran Generasi milenial di sektor pertanian? Pada dasarnya banyak generasi milenial yang enggan masuk kedalam sektor ini. Karena mereka menganggap bertani senagai pekerjaan yang identik dengan kata miskin. Padahal banyak petani muda yang cerdas dan inovatif, seperti Irphan (32 tahun) berasal dari tasik Malaya, dia mampu mengajak para petani merubah pola bercocok tanam, serta mengajarkan cara pemasaran hasil pertaniannya secara online. Sehingga mereka sukses menjalin kemitraan internal mulai dari kabupaten hingga luar kabupaten, dan terbukti omset yang di kelola oleh Irphan dapat mencapai 50 juta dalam setiap bulannya.

Disinilah Fungsi nyata peran generasi milenial yang mampu memberikan inovasi serta mendobrak permasalahan dalam sektor pertanian disaat pandemi ini. Generasi milenial seharusnya mampu menerapkan metode pertanian sederhana berbasis tekhnologi, seperti dengan memanfaatkan lahan kosong dipekarangan rumah sebagai lahan pertanian dengan menerapkan metode indoor farming, hidroponik , hultilulture hingga rooftop. Bahkan cara perawatan tamanan pun akan menjadi lebih mudah jika dapat membuat inovasi penyiram tamanan otomatis yang dapat tersambung lewat gadget. Hal ini akan mempermudah proses perawatan tamanan.

Dalam segi pemasaranpun generasi milenial akan jauh lebih unggul, mereka dapat membuat inovasi inovasi pemasaran. Mulai dari pengemasan produk yang dilakukan dengan tekhnologi, hingga cara pemasaran yang dilakukan dengan system online. Sehingga pemasarannya akan lebih luas dan mampu menembus kalangan menengah atas hingga pasar ekspor.

Tak perlu diragukan lagi Indonesia sejatinya merupakan surge dunia bagia komoditas pertanian khusunya sayuran dan buah tropis menjadikan negara ini menjadi incaran bagi negara lain. Namun sayangnya semua itu masih terasa tabu bagi kita sebab edukasi tentang ekspor saat ini masih minim. Hal tersebut menjadi cambuk bagi pemerintah.

Semua itu akan terealisasi dengan mudah jika pemerintah dapat memberikan pendampingan yang optimal serta mau memberikan modal awal untuk para generasi minelial yang ingin terjun ke sektor pertanian. Dengan begitu generasi milenial akan mampu membangun dan menerapkan konsep pertanian berbasis tekhnologi. Sehingga tongkat estafet dalam sektor pertanian akan terus berjalan dengan beragam inovasi yang di lakukan oleh generasi milenial. Sebab masa depan pertanian pada era new normal ini sejatinya berada di tangan para petani muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun