Mohon tunggu...
Nurhidayat
Nurhidayat Mohon Tunggu... Freelancer - IG : Kanghamal

Rasanya menuliskan apa saja yang ada dipikiranku membuatku mengenal siapa diriku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kajian atas Ungkapan Rocky Gerung dan Peran Luhut dalam Konten "Toksik"

28 Mei 2024   17:02 Diperbarui: 28 Mei 2024   17:07 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kebijakan Energi dan Frustrasi Nasional

Pada seminar di kanal YouTube Tribun, Rocky Gerung membahas artikel kontroversial yang ditulis oleh Luhut Binsar Panjaitan di Foreign Affairs. Artikel tersebut menyoroti pentingnya nikel Indonesia bagi industri kendaraan listrik Amerika Serikat, dengan nada yang terkesan mengancam. "Artikel itu mungkin tiga empat halaman, agak aneh buat saya karena Foreign Affairs itu adalah memuat hasil kajian akademik. Sementara Pak Luhut Binsar Panjaitan bukan Rektor Unwira, bukan seorang akademisi, tapi seorang politisi," ujar Rocky.

Menurut Rocky, artikel tersebut mencerminkan frustrasi Indonesia terhadap AS yang tidak serius menanggapi kerja sama soal nikel, serta kekecewaan Jokowi setelah merasa "ditipu" oleh Elon Musk dan Apple. Artikel tersebut, yang pada dasarnya adalah proposal bisnis, menunjukkan bagaimana proyek energi Indonesia dijual murah demi menarik investor asing. "Jadi anda bayangkan bagaimana proyek energi Indonesia itu bahkan diupayakan untuk dipamerkan dijual murah dengan artikel sem mungkin itu artikel sponsor aja saya enggak tahu," jelas Rocky.

Namun, strategi ini tampaknya kurang efektif. Rocky menyoroti bahwa Amerika Serikat telah menemukan alternatif energi baru berupa sodium ion, yang lebih efisien dibandingkan nikel. Penemuan ini menunjukkan bahwa upaya Indonesia untuk menonjolkan nikel mungkin sudah tidak relevan lagi. "Jadi mungkin ketika Pak Luhut selesai menulis dan diterbitkan, tiba-tiba artikel itu pingsan," ujar Rocky, merujuk pada perkembangan baru dalam teknologi energi di AS.

Dari beberapa informasi ini, saya pribadi sebagai penulis menyimpulkan bahwa politik Indonesia saat ini diwarnai oleh pragmatisme yang sering kali mengalahkan ideologi. Selain itu, isu kebebasan berbicara dan pengaruh tokoh-tokoh "toksik" menjadi perhatian penting. Perubahan undang-undang dan struktur pemerintahan mencerminkan dinamika yang terus berkembang, di mana kepentingan politik dan ekonomi saling berinteraksi dan sering kali berbenturan. Tantangan bagi pemimpin seperti Prabowo adalah bagaimana menjaga integritas dan tujuan pemerintahan di tengah tekanan dari berbagai pihak yang memiliki agenda tersendiri. Di sisi lain, kebijakan energi yang lebih strategis dan berkelanjutan juga diperlukan untuk menghadapi tantangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun