Pengembangan pendidikan lingkungan sehat merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, adanya global warming menjadikan dunia tidak baik-baik saja. Munculnya permasalahan lingkungan hidup juga tidak lepas dari campur tangan manusia, hal itu mengindikasikan bahwa kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup mulai luntur. Persoalan ini sudah menjadi prioritas negara, tidak ada negara di dunia ini yang benar-benar dapat lepas dari tanggung jawab dan menghindari masalah lingkungan. Baik negara berkembang maupun negara maju sebenarnya sedang menghadapi ancaman destruktif dari ekosistem yang semakin rusak. Perbedaan permasalahan lingkungan yang terjadi di berbagai negara hanya terkait kasus dan penyebabnya.
      Beberapa   kasus   permasalahan   lingkungan hidup   yang   menyedot   perhatian   dan   sorotan masyarakat  internasional,  seperti  polusi  terhadap udara,   tanah,   dan   air   karena   asap   kendaraan bermotor,  logam  berat,  nitrat  dan  plastik  beracun; perubahan iklim atau pemanasan global karena emisi gas  dan  rumah  kaca;  meledaknya  populasi  manusia yang  menyebakan  langkanya  sumber  daya;  semakin menipisnya  sumber  daya  alam  karena  penggunaan bahan  bakar  fosil  yang  tidak  bertanggungjawab; pembuangan  limbah  terutama  limbah  sampah  dan plastik;  kepunahan  keanekaragaman  hayati  akibat perburuan  satwa  ilegal;  deforestasi,  penggundulan hutan,  dan  alih  fungsi  lahan  untuk  keperluan  sektor perkebunan;  fenomena  pengasaman  laut;  hujan asam; penipisan lapisan ozon;dan rekayasa genetika
    Bila  memperhatikan  berbagai  permasalahan lingkungan  hidup  yang  muncul,  maka  penyebabnya sebagian  besar  diakibatkan  ulah  manusia.  Tindakan destruktif manusia terhadap lingkungan sudah berada pada  tingkat  yang  sangat  serius.  Tentu  saja  hal  itu memicu  munculnya  kekhawatiran  atau  kecemasan yang beralasan.  Apalagi kerusakan lingkungan hidup yang dilakukan  manusia  terjadi secara  terus-menerus dan  frekuensinya  semakin  meningkat  dari  waktu  ke waktu.  Rusaknya  lingkungan  hidup  pada  umumnya disebabkan  oleh  aktifitas  manusia  yang  tidak  ramah terhadap  kelestarian  ekosistem.  Dalam  situasi  seperti ini,  bumi  sepertinya  sudah  berada  pada  titik  kritis yang tinggal menunggu kehancuran.
      Dengan mencermati secara mendalam berbagai  persoalan  lingkungan  hidup  di  atas,  maka diperoleh  pemahaman,  bahwa karena manusia kurang peduli terhdapa ekosistemnya menjadikan rusaknya  lingkungan (Santika,  2021). Maksud dari peduli  lingkungan  adalah  sikap atau perilaku  tentang  kewajibannya  untuk  menjaga alamnya,  mencintai,  dan  melestarikannya.  Peduli lingkungan  menyatakan  sikap umum  terhadap kualitas   lingkungan   yang   diwujudkan   dalam kesediaan  diri  untuk  melakukan tindskan yang dapat   meningkatkan   dan   memelihara   kualitas lingkungan  dalam  setiap  prilaku  yang  berhubungan dengan  lingkungan  (Tamara,  2016).
      Masyarakat yang di kembangkan untuk berkarakter peduli lingkungan dimungkinkan dapat efektif melalui pendidikan lingkungan di sekolah (Santika, 2017). Minimnya tanggung jawab lingkungan di masyarakat menuntut pengenalan tanggung jawab lingkungan sejak dini. Pendidikan lingkungan memiliki peran dalam mengajarkan perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar (Schelly, dkk, 2012). Sebagai tempat belajar, bermain, sekolah juga dapat membantu siswa untuk memahami dampak perilaku manusia di bumi ini, yang menjadi tempat untuk hidup yang berkelanjutan (Desfandi, 2015). Tujuannya adalah untuk menyampaikan pemahaman dan pendidikan tentang pentingnya kesadaran lingkungan guna membentuk perilaku sadar lingkungan.
      Upaya Pencegahan adanya masalah lingkungan di masa depan memerlukan tindakan nyata yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, salah satunya dengan menumbuhkan sikap peduli lingkungan melalui pendidikan lingkungan kepada anak-anak sejak usia dini. Sikap peduli lingkungan dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai reaksi maupun tindakan seseorang terhadap lingkungannya seperti tidak merusak lingkungan, melestarikan, mencegah, dan memperbaiki lingkungan alam.
      Saat ini dalam dunia pendidikan, karakter menjadi sorotan utama yang perlu untuk dikembangkan pada diri siswa. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter harus diberikan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, tapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun (Judiani, 2010). Karakter menjadi ranah utama sebelum pengetahuan dan keterampilan. Beberapa cara diantaranya seperti menyelipkan atau mengintegrasikan proses pembelajaran dengan penanaman karakter pada siswa dan pengadaan aktivitas/kegiatan diluar proses pembelajaran yang mampu untuk membangun dan membentuk karakter siswa.
      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20/2003). Lebih lanjut dalam pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.
      Menurut Miller dan Dollard perilaku manusia adalah hasil belajar, Miller dan Dollard menyebutnya perilaku manusia yang dipelajari (Sarwono, 1983). Karakter merupakan watak yang melekat pada diri seseorang, dimana watak tersebut akan membentuk perilaku orang yang bersangkutan. Karakter tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi hasil proses pembentukan. Proses pembentukan karakter itu sendiri tertanam pada diri seseorang secara bertahap. Seseorang yang setiap harinya rutin atau terbiasa melakukan suatu hal, maka secara tidak langsung dan lama kelamaan akan terbentuk karakter dalam dirinya sesuai dengan kebiasaan yang ia lakukan.
      Pendidikan lingkungan hidup didasarkan pada empat pilar pendidikan (Delors Report dalam Campbell, 2001; Yusuf dalam Simbolon, 2010), antara lain, sebagai berikut:
- Learning to know merupakan pendidikan untuk mengetahui dan memahami lingkungan hidup dengan segala aspeknya.
- Learning to do merupakan pendidikan untuk menanamkan sikap, kemampuan dan keterampilan dalam melestarikan lingkungan.
- Learning to live together dimana pendidikan di maksudkna untuk menanamkan cara hidup bersama dibumi yang harus diamankan kelestariannya bagi generasi yang akan datang).
- Learning to be merupakan pendidikan untuk menanamkan keyakinan mendalam bahwa manusia merupakan bagian dari alam, bahwa manusia merupakan teman dan bukan lawan alam, serta dalam kehidupannya harus bertindak secara ramah dan bijaksana memperlakukan alam.
Masalah lingkungan merupakan masalah seriusvyang dihadapi manusia dan disebabkan pola perilaku manusia yang tidak selaras dengan lingkungan. Oleh karena itu penting adanya pemahaman dan praktik tentang lingkungan hidup, tetapi dengan pendekatan seperti apa mengubah perilaku itu? Dengan belajar tentang alam dalam menghadapi lingkungan yaitu prinsip kelestarian dan penggunaan berbagai metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara intelektual sesuai dengan filosofi konstruktivis, seperti Pendidikan dasar, berbasis masalah, pemecahan masalah, inkuiri, pembelajaran kontekstual dan klarifikasi nilai diharapkan pembelajaran Pelatihan Lingkungan Hidup menjadi lebih efektif. Selain filosofi dan pendekatan yang sesuai juga diperlukan pembimbing yang tidak hanya menguasai konsep dasar pengetahuan lingkungan tetapi juga menguasai konsep dasar manusia. Hal ini diperlukan karena tujuan utama Pelatihan Lingkungan Hidup adalah untuk mengubah pola perilaku manusia serta memberikan wawasan yang baik tentang alam sekitar.
Sikap peduli lingkungan terdiri atas tiga asumsi dasar yaitu sikap, peduli, dan ligkungan, yang mana gabungan ketiga kata tersebut akan memiliki arti yang berkaitan. Sikap individu tidak terbentuk begitu saja. Akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi dalam terbentuknya sikap individu (Azwar, 2010).
Fitri (2012) menjelaskan bahwa proses pembentukan karakter anak dimulai dari melihat dan menirukan apa yang ada di sekitarnya, lalu melekat dalam diri anak yang akan tersimpan dalam ingatan jangka panjangnya Jadi, orang tua harus berhati-hati saat berbicara dan bertindak di depan anak. Karena anak-anak melihatnya dan menirunya. Ketika anak-anak sering melihat contoh dari orang tuanya yang baik-baik maka hal yang dilakukan pun juga akan baik.
Mulyana (2009) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup di lingkungan sekolah merupakan modal dasar bagi pembentukan etika lingkungan pada lintas generasi. Pendidikan harus mengedepankan pemahaman tentang pentingnya kelestarian dan keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem. Pendidikan harus memberikan pemahaman tentang nilai tanggung jawab sosial dan natural untuk memberikan gambaran pada peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari sistem sosial yang harus bersinergi dengan orang lain dan bagian dari sistem alam yang harus bersinergi dengan alam dan segala isinya. Dengan nilai-nilai tersebut muncul pemahaman kritis terhadap lingkungan (sosial dan alam) dan segala bentuk intervensi terhadap lingkungan, baik yang baik maupun yang buruk, termasuk pembangunan (Depdiknas, 2010).
Kepedulian terhadap lingkungan dapat diajarkan secara efektif melalui pendidikan sekolah. Pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan fisik, kekuatan mental (akal, rasa dan kemauan), sosial dan moralitas manusia, serta merupakan alat terpenting untuk perlindungan diri dan pelestarian nilai-nilai positif (Setiawan, 2010). Kepedulian terhadap lingkungan dapat dibangun melalui pendidikan karakter.
Kepedulian terhadap lingkungan dapat ditanamkan secara efektif melalui pendidikan di sekolah. Pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif (Setiawan, 2010). Kepedulian terhadap lingkungan dapat dibangun dengan pendidikan karakter.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat di lakukan untuk mengajarkan anak untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Salah satu cara yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan pendidikan sekolah, dimana anak akan mengetahui dan memahami lingkungan hidup dan segala aspeknya, cara bersikap, kemampuan dan ketrampilan dalam melestarikan lingkungan hidup. Ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengenalkan lingkungan yang berkualitas dimana lingkungan tersebut dapat membawa pengaruh positif dalam upaya melestarikan lingkungan hidup. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â oleh : Nurhidayah (211340000216)
mata kuliah : Pancasila
dosen pengampu : Dr. Wahidullah
Prodi : PGPAUD
Universitas : UNISNU Jepara     Â