Mohon tunggu...
Nur Hidayah
Nur Hidayah Mohon Tunggu... Relawan - Seorang Pembelajar

choiworldblog.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Positifkah #BodyPositivity?

25 Maret 2020   07:03 Diperbarui: 25 Maret 2020   07:12 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nilai kuantitas kemudian mulai menggeser nilai kualitas sesuatu. Hal ini diperparah dengan adanya media sosial yang semakin mewadahi tersebarnya pandangan materialisme. Manusia dibentuk untuk menjadi judgemental hanya dengan melihat profil media sosial seseorang. Maka menjadi wajar jika fenomena seperti body shaming, cyber bullying, dan pendewaan standar kecantikan semakin meningkat.

Beberapa orang yang merasa tidak ingin terjebak dalam standar kecantikan tersebut kemudian menjadikan body positivity sebagai solusinya. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, bahwa ide utama dari body positivity ini sesungguhnya baik. 

Menerapkan body positivity dengan cara mengumbar bentuk tubuh ke media sosial-lah yang menurut penulis kurang bijak. Bukankah poin utama dari gerakan ini adalah mencintai diri sendiri tanpa peduli stigma masyarakat tentang tubuh kita? Lalu mengapa kita masih harus mendapatkan "justifikasi" dari media sosial mengenai kecantikan tubuh kita? Bukankah proses mencintai diri sendiri adalah antara kita dan tubuh kita? Mengapa perlu melibatkan pandangan orang lain dalam proses itu?

Mencintai diri sendiri adalah dengan merawatnya, melindunginya, memperlakukannya dengan mulia, sesuai aturan yang telah ditentukan Sang Pencipta tubuh. Mencintai diri sendiri adalah dengan menjaganya dari berbuat dosa, agar kelak ia terhindar dari siksa api neraka. Bukan dengan mempertontonkannya demi mendapatkan justifikasi sosial dari para netizen online di luar sana.

Pertanyaanya kemudian adalah apa solusi yang tepat mengenai permasalahan ini?

Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bagaimana perubahan nilai di negara tersebut selama sekitar empat dekade terakhir. Studi tersebut dilakukan terhadap hampir seperempat juta mahasiswa baru dari tahun 1965-2005 dan mendapatkan temuan bahwa nilai materialistis meningkat, sementara spiritualitas menurun. 

Generasi muda masa kini memandang bahwa kesuksesan finansial adalah hal yang sangat penting dan esensial, melampaui nilai penting membangun filosofi hidup, menjadi ahli di bidang yang digeluti, membantu orang lain yang kesusahan, dan membangun keluarga (Dey, Astin, & Korn, dalam Myers, 2008).

Dari hasil studi di atas, dapat kita lihat bahwa penerapan nilai-nilai agama yang benar akan selalu menjadi jawaban dari berbagai permasalahan yang kita hadapi. Islam dalam hal ini pun telah memiliki solusi bagi semua itu. 

Dalam lingkungan yang menerapkan Islam secara menyeluruh, pemikiran-pemikiran materialistis dan kapitalis akan sangat sulit mendapat tempatnya. Daripada berfokus pada segala hal yang berupa materi, masyarakatnya akan lebih memilih berfokus pada nilai-nilai yang sesuai dengan nafas ke-Islaman, sebagaimana tecermin dalam Q.S Al-Hadid ayat 20 yang artinya:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (TQS. Al-Hadid (57) : 20)

Sumber Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun