Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Konsep Filosofi Teras (Stoicism): Melatih Diri Membangun Kebahagiaan

3 September 2023   14:23 Diperbarui: 16 Januari 2024   13:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Hidup dalam ketidakpastian bukan perkara yang mudah. Menebak-nebak apa yang terjadi besok, membuat banyak rencana untuk masa depan, bekerja keras dengan harapan mendapatkan kebahagiaan, hal itu sedikit banyak menyita banyak emosi, bukan? Hampir ¾ manusia di muka bumi mencari kebahagiaan, kosakata yang begitu kaya sehingga manusia berlomba mendapatkannya.

Lantas, bagaimana tolak ukur bahagia itu? Sejatinya, apakah kebahagiaan itu dicari atau justru diciptakan? Kebahagiaan, sebenarnya dimana letaknya jika kita memilih mencarinya? Lalu, bagaimana menciptakan kebahagiaan?

Dalam buku filosofi teras, ada 2 topik yang cukup relevan untuk menjaga stabilitas emosi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Ya, menjalani hidup dalam ketidakpastian sudah seharusnya membutuhkan strategi, bukan?

 

Hidup Selaras dengan Alam, Bertindak Selayaknya Fitrah Manusia

Hidup selaras dengan alam bukan hanya tentang menjaga alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, menebang pohon secara liar atau lainnya. Akan tetapi, lebih dari itu, selaras dengan alam yakni menjaga konsistensi alam dan hal-hal yang hidup di alam itu sendiri dengan kebijakan.

Apa itu bijak, kebijakan?

Secara harfiah, bijak diartikan sebagai kemampuan menggunakan akal budi, nalar dalam memutuskan sesuatu hal. Sebagaimana kodrat kita sebagai manusia, akal adalah salah satu aset yang dianugerahkan kepada manusia yang bertujuan agar mampu mengolah bumi (berperan sebagai khalifah di muka bumi). Secara eskplisit, fitrahnya akal diciptakan agar manusia tidak merusak alam dan dirinya.

Lantas, bagaimana akal membentuk kebahagiaan?

Akal diartikan sebagai daya pikir, kemampuan melihat dan memahami lingkungan serta jalan atau cara melakukan sesuatu. Dalam buku filosofi teras, kita diarahkan untuk menggunakan akal, melakukan nalar dalam memanage kondisi pikiran (dalam hal ini emosi-emosi yang berpengaruh terhadap stabilitas hati, perasaan dan fisik).

Dijelaskan juga, salah satu kunci kebahagiaan yakni bebas dari emosi negatif. Tapi, bukannya emosi negatif itu sudah terbilang menjadi sepaket dengan kehidupan manusia? Jika emosi negatif menjadi sebab ketidakbahagiaan, maka tidak akan ada manusia yang bisa bahagia.

Dalam hal ini, emosi negatif yang menyebabkan ketidakbahagiaan adalah situasi yang tidak melibatkan nalar sehingga hasil dari tindakan akibat emosi tersebut berdampak buruk bagi diri sendiri atau sekitarnya.

Nah, apakah emosi negatif itu penting?

Kehadiran emosi negatif sudah pasti membersamai hidup seseorang, terbilang wajar untuk menjaga keseimbangan emosi. Bahkan, emosi negatif yang diolah dengan baik dan diterima dengan sadar adalah salah satu bentuk cara menjaga kesehatan mental. 

Emosi negatif yang diolah dengan nalar akan menjadi bentuk pembelajaran penerimaan diri dan introspeksi diri, evaluasi diri, sehingga hal tersebut berdampak baik untuk perkembangan kepribadian individu.

Trikotomi Kendali 

Trikotomi kendali dalam buku filosofi teras dijelaskan bahwa, untuk menciptakan kebahagiaan, individu harus tahu hal-hal apa saja yang bisa ia kendalikan, apa yang tidak bisa dikendalikan, dan apa yang bisa diusahakan. Memahami konsep trikotomi kendali melatih kita untuk memilah dan memutuskan tindakan apa yang bisa kita lakukan untuk menyikapi situasi. 

Nah, apa saja sih hal-hal yang termasuk di dalam trikotomi kendali? Mengutip solusi dari William Irvine yang dirangkum dalam buku filosofi teras, trikotomi kendali adalah sebagai berikut:

  • Hal yang bisa dikendalikan yakni pandangan atau persepsi, opini kita sendiri. Secara penuh kita mampu mengontrol pikiran dan tindakan kita, sehingga baik buruknya hasil tindakan adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab sendiri.
  • Hal yang tidak bisa dikendalikan yakni cuaca dan pendapat orang lain.
  • Hal yang bisa diusahakan yakni sekolah, pekerjaan dan lain sebagainya.

Memahami konsep di atas akan membentuk alam bawah sadar yang rasional dan kondisi pikiran yang netral. Mencapai kebahagiaan dengan trikotomi kendali berarti memahami porsi diri dalam lingkungan dan memaknai tindakan serta kejadian diluar kendali adalah hal yang lumrah dan tidak mempengaruhi kita secara penuh, akan tetapi tergantung persepsi dan tindakan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun