Hidup dalam ketidakpastian bukan perkara yang mudah. Menebak-nebak apa yang terjadi besok, membuat banyak rencana untuk masa depan, bekerja keras dengan harapan mendapatkan kebahagiaan, hal itu sedikit banyak menyita banyak emosi, bukan? Hampir ¾ manusia di muka bumi mencari kebahagiaan, kosakata yang begitu kaya sehingga manusia berlomba mendapatkannya.
Lantas, bagaimana tolak ukur bahagia itu? Sejatinya, apakah kebahagiaan itu dicari atau justru diciptakan? Kebahagiaan, sebenarnya dimana letaknya jika kita memilih mencarinya? Lalu, bagaimana menciptakan kebahagiaan?
Dalam buku filosofi teras, ada 2 topik yang cukup relevan untuk menjaga stabilitas emosi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Ya, menjalani hidup dalam ketidakpastian sudah seharusnya membutuhkan strategi, bukan?
Â
Hidup Selaras dengan Alam, Bertindak Selayaknya Fitrah Manusia
Hidup selaras dengan alam bukan hanya tentang menjaga alam dengan tidak membuang sampah sembarangan, menebang pohon secara liar atau lainnya. Akan tetapi, lebih dari itu, selaras dengan alam yakni menjaga konsistensi alam dan hal-hal yang hidup di alam itu sendiri dengan kebijakan.
Apa itu bijak, kebijakan?
Secara harfiah, bijak diartikan sebagai kemampuan menggunakan akal budi, nalar dalam memutuskan sesuatu hal. Sebagaimana kodrat kita sebagai manusia, akal adalah salah satu aset yang dianugerahkan kepada manusia yang bertujuan agar mampu mengolah bumi (berperan sebagai khalifah di muka bumi). Secara eskplisit, fitrahnya akal diciptakan agar manusia tidak merusak alam dan dirinya.
Lantas, bagaimana akal membentuk kebahagiaan?
Akal diartikan sebagai daya pikir, kemampuan melihat dan memahami lingkungan serta jalan atau cara melakukan sesuatu. Dalam buku filosofi teras, kita diarahkan untuk menggunakan akal, melakukan nalar dalam memanage kondisi pikiran (dalam hal ini emosi-emosi yang berpengaruh terhadap stabilitas hati, perasaan dan fisik).
Dijelaskan juga, salah satu kunci kebahagiaan yakni bebas dari emosi negatif. Tapi, bukannya emosi negatif itu sudah terbilang menjadi sepaket dengan kehidupan manusia? Jika emosi negatif menjadi sebab ketidakbahagiaan, maka tidak akan ada manusia yang bisa bahagia.