Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Berjuang

15 Februari 2023   07:51 Diperbarui: 15 Februari 2023   08:02 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gina adalah salah satu dari sekian manusia di dunia ini yang memutuskan untuk berhijrah, didorong dengan kekagumannya pada salah seorang temannya ia pun beriktikad untuk merubah diri secara perlahan. 

Akan tetapi, bukan hijrah namanya jika tidak ada tantangan didalamnya. Selama 1 tahun terakhir, Gina mulai terbiasa dengan hal-hal yang berbau islam, dari pakaian yang harus tertutup rapat, larangan berduaan ataupun bersentuhan dengan yang bukan mahram sampai pada hal-hal kecil yang diatur dalam agama islam. 

Selama rentang waktu yang cukup lama, cobaan yang silih berganti menguji keimanannya berhasil ia taklukan dengan sabar kecuali satu hal, yaitu perasaan. Perasaan yang tiba-tiba ada tanpa mengucap salam. Perasaan yang tiba-tiba membuatnya mengingkari perjuangannya setahun terakhir. 

"Menurutmu suka dalam diam itu dosa nggak sih?" tanya Gina pada salah seorang sahabat yang sedang membaca buku disampingnya.

"Tergantung dari orangnya sih," jawabnya tanpa melepaskan pandangan dari buku yang ia baca. 

"Maksudnya?" Gina bertopang dagu, menatap lurus pada kumpulan manusia yang berlalu lalang di lapangan, tepat berada di depan kelasnya. Gina mengerjap saat pandangannya tertuju pada laki-laki jangkung yang berada di depan dewan guru, meski dari jarak yang agak jauh matanya bisa mengenal dengan baik laki-laki itu. Gina berpaling, mengucap istighfar berulang kali dalam hati.

"Na, kok nggak dijawab sih, malah dicuekin," ucap Gina sebal, perempuan disampingnya tetap bergeming, terlihat dari betapa fokusnya ia membaca buku. Gina menelungkupkan kepala dilipatan tangannya, berniat menetralkan hatinya dan otaknya yang kembali memikirkan laki-laki itu. Deheman di sampingnya membuat ia kembali menegakkan kepala, ia mengangkat alis pertanda bertanya,"kenapa?" pada gadis disampingnya. 

"Gi, kamu tahu macam-macam zina kan?" tanyanya, gadis yang biasa disapa dengan Savanna itu menatap lurus tepat di manik mata Gina. 

"Tahu kok," jawab Gina polos seraya mengangguk-anggukan kepala meyakinkan. 

"Coba sebutin, kalau tahu," tantang Savanna sembari kembali membaca buku.

"Ehmmm, zina mata, zina ucapan, zina tangan, sama zina hati dan masih banyak deh," ucap Gina seraya menghitung macam-macam zina dengan jari-jemari tangannya.

"Masalah pertanyaanmu tadi, kalau kamu menyukainya dalam diam dan hal itu membuatmu terus memikirkannya, berarti kamu sedang dalam keadaan zina hati dan pikiran kan. Selanjutnya apa yang terjadi pasti kamu tahu," penjelasan Savanna membuat Gina merenung sejenak, bukannya ia tidak sadar dengan hal itu, akan tetapi dia terlalu pusing memikirkan konsekuensinya sehingga ia memilih cuek pada hal itu dan mencoba memaklumi diri sendiri bahwa perasaan seperti itu memang sulit dikendalikan, dan disitulah letak salahnya.

"Aku harus gimana dong, Na?" Gina merengek, mengguncang-guncang bahu Savanna agar diberi saran.

"Kita shalat aja yuk, mumpung guru mapelnya nggak ada, udah masuk waktu dhuha juga," dan ajakan itu kembali mempertemukan Gina dan laki-laki itu di lorong menuju mushollah. Pipinya memanas saat tanpa sengaja bahunya bersinggungan dengan laki-laki itu.

"Maaf, saya nggak sengaja."

"Iya, nggak apa-apa."

"Dasar modus." 

Seperti drama kebanyakan, seolah hal itu memang diatur dengan baik sehingga terjadi tanpa kesengajaan, tapi begitulah siasatnya. Orang yang menjadi the only heart seakan-akan membayangi di setiap langkah, dan seolah pertemuan-pertemuan singkat itu menjadi asumsi "bahwa kita memang jodoh" padahal nyatanya itu hanya tipuan sesat agar seseorang yang dilanda asmara tidak berhenti memikirkan sang pujaan hati. Gina mendengus sebal, ia menyikut Savanna yang melontarkan kata," dasar modus" padahal itu bukan kesengajaan. 

"Kenapa sih, Gi?" tanya savanna dengan jengkel.

"Kamu tuh, kok tiba-tiba bilang dasar modus padahal dia kan nggak sengaja," bisik Gina dan melangkahkan kaki memasuki mushollah.

"Emang kenapa, takut dia tersinggung?" dan Gina terdiam, ia memang takut laki-laki itu tersinggung dan berpikiran buruk tentang dirinya maupun Savanna, maka dari itu ia berjalan cepat menuju tempat wudhu mengabaikan savanna yang meminta untuk ditunggu.

Seusai menunaikan 8 rakaat shalat dhuha, Gina memikirkan hal-hal yang belakangan ini membuatnya agak sensitive dan malas, Savanna di sebelahnya berbaring di bawah kipas angin. Kata-kata hijrah yang selalu ia dengungkan ditelinganya serasa tak berguna lagi, Gina merasa buruk, jika dengan 1 perasaan suka saja membuatnya lemah bagaimana nanti jika ia menghadapi hal yang lebih rumit dari itu, mungkinkah Gina akan kembali pada masa-masa dulu, yang mengabaikan islam ?

"Na, nasehatin aku dong, rasanya lagi lemah banget nih." Gina ikut berbaring di sebelah Savanna, mushollah memang sedang sepi sehingga Gina dan Savanna memilih tiduran sebentar. 

"Ya jalan satu-satunya kalau kamu nggak mau dosa, nikah aja," plak, satu pukulan mendarat di lengan Savanna.

"Jangan bercanda deh, serius ini. Lagi pula umurku belum nyampai 17 tahun." Gina mencubit lengan Savanna yang sedang menahan tawa. 

"Yaudah sih, pindah sekolah aja supaya nggak ketemu lagi, kan gampang tuh buat lupainnya," 

"Yakali." 

Dan hari itu, Gina mengerti 1 hal, selama ia memiliki teman yang baik, yang selalu mengingatkannya saat salah, ia tak perlu ragu untuk melangkah karena ia tahu jika langkah yang ia tuju menuju jebakan, ada yang siap menunjukkan jalan yang benar, dia Savanna, gadis yang mendorong Gina untuk berhijrah dari masa kelamnya. 

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun