"Kita kan teman, emangnya salah duduk bareng, lagian tadi aku dengar suara kalian lagi cerita dari rak sebelah, makanya ku samperin," jawabnya, mengambil tempat di hadapan Alma.Â
Alma dan Sukma memang berada di pojok belakang, di belakang rak terakhir tempat yang aman dari gangguan orang-orang.
"Wah, kok kamu ngenalin suara kita sih, dikelas kan kami jarang bicara," ungkap Sukma lagi dan lagi, menghapus jejak kalemnya dan mulai terlihat cerewet.
"Sorry, Sukma, tapi aku ngenalin suaranya Alma doang," balasnya, membungkam Sukma yang menyipitkan mata curiga.Â
"Wah, wah, lebih aneh lagi, Alma kan paling jarang bicara di kelas, kok kamu hafal suaranya?" Tanya Sukma menginterogasi Alam yang terlihat jengah. Melirik Alma yang terdiam seolah fokus membaca buku dan merangkum.
"Ini anak, ya! Nanya mulu deh, Alma kan kalau presentasi selalu aktif, pasti bersuara lah, makanya aku kenal sama suaranya," jawab Alam kemudian.Â
Jawaban Alam membuat Alma menutup buku, bangkit dari tempat duduk.
"Eh, kenapa, Al? Aku ganggu ya?" tanya Alam, menginterupsi Alma yang bersiap melangkah.Â
"Eh, nggak kok, saya cuma mau keluar bentar," jawab Alma.
Seusai berhasil melarikan diri, Alma mengirimkan pesan kepada Sukma bahwa ia mendadak harus pulang ke kost dengan alasan lapar banget.Â
Alam yang melihat Sukma bersiap pulang karena Alma sudah pulang duluan, mempertanyakan ada apa dengan Alma dalam hati.