Alma sadar, jika ia menuruti kemauannya untuk boros, jalan-jalan, belanja semaunya dan sebagainya maka ia akan selalu merasa kekurangan karena tidak merasa cukup. Sebaliknya jika Alma membatasi diri, mengontrol diri ia akan merasa cukup.Â
Karena nafsu, jika diladeni akan semakin menjadi, maka perlu ditekan agar bisa dikendalikan bukan mengendalikan.
"Tapi, Al, sesekali nggak apa-apa kali, hitung-hitung self reward buat diri sendiri," ungkap Sukma kemudian.
"Self reward baiknya juga yang berguna jangka panjang sih menurutku, kalau jalan-jalan, senangnya cuma sementara, apalagi kita hidup di kota biayanya nggak main-main," ucap Alma menimpali, sanggahannya semakin membuat wajah Sukma tertekuk.Â
"Huft, baru kali ini aku ketemu orang kayak kamu, Al," tuturnya, kemudian menyimpan buku di rak.
"Sebenarnya aku bisa aja nemenin kamu jalan-jalan, Sukma, tapi yah kalau bisa jangan sampai keluarin budget dan jalan-jalannya jangan kelamaan, bikin capek soalnya heheh," balas Alma, membuat Sukma mencibir dalam diam.
"Sorry Al, Sukma, boleh gabung?" Interupsi seseorang dari arah belakang Alma menghentikan mulut Alma yang hendak berbicara.Â
Alma mengenal suara itu, dan dari mimik wajah Sukma, sepertinya memang benar, bahwa yang mendatangi mereka adalah si ketua tingkat; Alam.Â
"Eh, kok bisa disini, Lam?" tanya Sukma, memecah keheningan yang terjadi beberapa detik.Â
"Pertanyaan mu basa-basi banget deh, Sukma," balas Alam, membuat Alma cekikikan dalam diam. Sukma mendelik, merevisi pertanyaan.
"Maksudku, kok bisa... Kenapa ketempat kami, kan banyak tempat lain," ujar Sukma, menghentikan Alam yang hendak duduk.