Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Mini | Kamu Cantik, Jika Tetap Buta

17 Januari 2023   09:21 Diperbarui: 17 Januari 2023   09:26 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan menatap cermin jika ingin keluar rumah," begitu pesannya, sebelum kembali mengurung diri di dalam ruang kedap suara. Nena tidak tahu banyak tentang perkembangannya 2 tahun belakangan ini. Dalam sehari terhitung hanya ada 3 waktu mereka bisa bertemu, saat sarapan, makan siang dan makan malam ataupun ketika Nena tiba-tiba menghadap cermin. 

"Kenapa?" tanya Nena, menahan langkah (nya) waktu itu, hanya beberapa detik sebelum ia pergi tanpa jawaban. 

Hanya ada satu cermin di rumah ini, letaknya persis di depan kamar (nya). Nena bukan tipe perempuan yang suka menghabiskan waktu di luar, tapi sesekali ruang rumah ini membuatnya sangat ingin keluar. 

Dia banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, tapi anehnya ia seperti selalu tahu tentang Nena. Dia tahu ketika Nena mulai muak dan memutuskan mencari udara segar di luar, maka dengan tiba-tiba Nena tak akan bisa menemui cermin, menatap pantulan dirinya sebelum keluar.

Dia adalah Nane, kakak kembarnya. Apapun tentang Nane selalu misterius, tentang Nane yang hanya sekali sebulan keluar rumah, Nane yang bisa menghadapi semua hal tentang rumah, Nane yang selalu mampu menyelesaikan masalahnya sendiri begitupun masalah Nena. Dia seolah berdiri sendiri setelah semuanya hancur. 

"Nane, aku akan pergi dengan teman-temanku nanti," lapor Nena.

"Kamu yakin?" sanggah Nane, mencegah langkah Nena semakin jauh.

"Kenapa aku harus tidak...yakin?" sanggahnya, menatap wajah saudarinya yang berpaling. Entah kapan tepatnya mereka mengahbiskan waktu bersama, seolah Nena pun lupa bagaimana rupa yang sama dengannya itu.

"Aku harap kamu tetap baik-baik saja setelah semua ini, semua akan berlalu Nena, kita hanya perlu sedikit waktu untuk beralih pada keadaan yang lain, mungkin kebahagiaan," ujarnya panjang lebar, kepalanya tertunduk kemudian bangkit dan berlalu, seperti biasanya.

Sebenarnya apa yang terjadi, seolah Nena lah yang paling muak dengan keadaan dan Nane yang terlihat berusaha paling keras untuk baik-baik saja demi semuanya.

"Nane, buka pintunya sebentar," ketuk Nena pada ruang yang mengunci saudarinya.

"Ada apa?" balasnya tanpa memunculkan wajah.

"Bisa jelaskan apa yang terjadi 2 tahun belakangan ini? Aku seperti tidak tahu apa-apa, padahal aku rasa tak pernah sekalipun melewatkan satu hal pun, kecuali tentang dirimu," ujar Nena, mengeraskan suara berharap ketidaktahuannya mendapat respon dari bilik kamar sang kakak.

"Aku berharap kamu buta, Nena, jika dengan begitu semua kembali baik-baik saja," balasnya penuh emosi tertahan, berdiri menampakkan wajahnya dengan sempurna.

"Kenapa?" 

"Kamu bahkan tidak ingat, saat dimana kamu hampir mati karena perasaan insecuremu? Mencakar wajah? Diet ketat? Belajar mati-matian? Kamu menimpakan semuanya ke aku, dan demi melihatmu baik-baik saja, akulah gantinya."

"Aku menyayangimu, Nena, segala tentang perasaanmu bukan salahmu, seharusnya aku yang lebih dewasa mengajarmu dan memahami hal-hal tentangmu. Sekarang, setidaknya semua terlihat baik-baik saja, kita hanya perlu membatasi banyak hal agar semuanya kembali ke tempatnya masing-masing."

"Selama 2 tahun, aku harap kamu telah memahami banyak hal tentang dirimu, lihatlah dirimu sebagai pribadi yang merdeka dengan apapun yang ada di dalamnya, kamu percaya Tuhan itu baik, mana mungkin kamu dibiarkan sendiri kan? Kamu tetap ada, berharga, hebat dengan atau tanpa mereka."

Penjelasanya berakhir dengan Nane yang menangis berlalu membanting pintu kamar, entah dia sedang menjelaskan Nena atau mungkin tentang dirinya sendiri. Nena merasa dirinya baik-baik saja, tapi perkataan Nane terdengar bahwa ia hampir gila dan membunuh dirinya sendiri. Apakah itu benar? Ada apa dengan Nane?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun