Mohon tunggu...
Nurhayati
Nurhayati Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis biasa

Penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Perang Kecantikan: Stop Normalisasi Operasi Plastik

6 Juli 2024   12:00 Diperbarui: 6 Juli 2024   12:11 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hello readers, sudah lama tidak ngobrol lewat tulisan ini..

Kali ini aku akan bahas bagaimana realitas kehidupan zaman sekarang yang menjajah pola pikir dan merenggut banyak nyawa kaum perempuan.

Readers pernah dengar istilah beauty privillage gak? Yuk kita belajar bersama..

Beauty privillage secara sederhana dimaknai sebagai keitimewaan yang diberikan oleh masyarakat kepada perempuan yang memiliki paras yang cantik dan sesuai dengan standar mereka (good looking).

Standar ini tentunya berbeda-beda di setiap negara. Ada yang memandang bahwa cantik itu berada pada tubuh yang kurus ideal, tidak besar dan tidak kurus, kulit putih, mata sipit, dan tinggi badan yang ideal.

Ada yang menganggap bahwa cantik itu jika memiliki warna kulit yang eksotis (coklat atau sawo matang), tubuh yang besar, mata yang indah, dan sebagainya. Artinya, setiap negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan mereka sendiri.

Di Indonesia sendiri, standar kecantikan kaum perempuan selalu diidentikkan dengan dia yang berkulit putih, wajah mulus, mata yang indah, tinggi yang ideal, serta tubuh yang ideal. Jadi, siapapun yang memenuhi kriteria tersebut maka dimasukkan dalam golongan perempuan good looking.

Namun, disini perlu readers ketahui bahwa yang terjadi saat ini ialah kita berada pada zaman dimana kecantikan dan penampilan fisik adalah nomor satu dan yang paling utama sehingga perempuan kerap kali melupakan batasannya dalam memperindah dirinya sendiri, bahkan lebih parah lagi sampai menghabiskan banyak biaya untuk mengubah wajah dan tubuh hanya demi memenuhi standar kecantikan yang telah dibuat masyarakat tersebut.

Salah satu cara perempuan-perempuan tersebut memenuhi standar itu dengan tindakan oplas (operasi plastik). Mereka mengubah wajahnya agar terlihat seperti perempuan korea yang memiliki wajah mulus tanpa noda (Korean Face). Ini bukan tentang siapa yang memiliki banyak uang untuk melakukan tindakan oplas tersebut, ini juga bukan tentang ''selama tidak merugikan orang''.

Akan tetapi ini tentang bagaimana kita sebagi perempuan, sesama perempuan saling mengingatkan untuk tetap pada koridor batasan yang wajar dan tidak berlebihan. 

Jika bukan sesama perempuan lalu siapa lagi? Bukankah kita harus tetap saling mengingatkan?

Readers juga bisa coba searching di internet, berapa nyawa perempuan yang hampir melayang karena tindakan operasi plastik ini. Walaupun nominalnya sekarang mungkin belum terbilang banyak, namun 5 tahun kedepan atau 10 tahun kedepan lagi, jika oplas ini dinormalisasikan ada berapa banyak perempuan yang kehilangan nyawa? Ada berapa banyak perempuan yang jauh dari nilai syukur yang ada? Berapa banyak perempuan yang mati-matian bekerja hanya untuk memenuhi standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat tersebut.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Perlu teman-teman ketahui bahwa sebenarnya trend operasi plastik ini hanyalah tipu daya orang kapitalis yang sangat berbahaya. Kita sering kali dibuat insecure dengan wajah yang kita miliki, kemudian mereka membuat produk skincare yang harganya bervariasi. Setelah itu membuat trend glowing, natural face, plant-base, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, mereka terus membuat ide-ide strategi marketing yang bervariasi hanya demi keuntungan mereka sendiri. Jadi saaat ini kita benar-benar dijajah dengan strategi mereka sendiri.  

Beberapa orang menganggap bahwa trend operasi plastik ini dilakukan untuk menghargai sendiri, ini disebut sebagai upaya self love bagi individu tersebut. 

Namun alih-alih self love, trend operasi plastik ini lebih kepada self hate. Karena Tindakan yang ada di dalamnya menyakiti diri sendiri dengan mengubah ciptaan Tuhan.

Penulis justru disini merasa sangat khawatir jika kedepannya upaya operasi plastik ini akan dinormalisasikan oleh masyrakat. Berapa nyawa yang harus hilang hanya untuk memenuhi standar tersebut? Berapa nominal biaya yang harus dikeluarkan hanya memenuhi standar tersebut? Apakah benar upaya operasi plastik ini hanya sebagai tindakan self love? Sampai kapan kita harus tetap dijajah dengan pola pikir seperti itu? Sampai kapan kita harus berusaha memenuhi standar masyarakat walaupun dengan menyakiti diri sendiri?

Perempuan-perempuan sekarang butuh pertahanan diri yang sangat kuat agar tidak mudah untuk mengikuti trend zaman sekarang. Tidak semua hal harus kita penuhi, tidak semua hal harus kita lakukan. Segalanya punya batas. Lebih baik memperkaya diri dengan ilmu dan memperindah diri dengan kemampuan yang wajar dan tidak berkebihan. Semuanya harus dibatasi dengan norma agama yang ada.

Yuk lebih bijak untuk memilih apa yang harus kita lakukan dan tidak lakukan. Yuk lebih kuat untuk memegang prinsip dan batasan diri. Kita cantik apa adanya:)

Semoga tulisan ini bermanfaat, boleh kritik dan saran di kolom comment yaa readers...

See you di next topik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun