Mohon tunggu...
Nur Haya
Nur Haya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bibliophile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Menjadi Jago Kandang Tidak Selamanya Buruk?

10 September 2024   10:50 Diperbarui: 10 September 2024   11:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Water Lilies (Nympheas) by Claude Monet. Year: 1908(Sumber: https://www.topofart.com/artists/Monet/art-reproduction/10742/Water-Lilies-Nympheas.php)

Seratus lima puluh tahun lalu, ketika Paris merupakan pusat dunia seni, sekelompok pelukis biasa berkumpul tiap malam di Cafe Guerbois, di kawasan Batignolles. Pemimpinnya Edouard Manet. Dia salah seorang yang paling tua dan mapan di kelompok itu, laki-laki tampan dan ramah berumur awal tiga puluhan yang berpakaian sesuai mode terbaru dan memukau semua yang berada di sekitarnya dengan energi dan rasa humornya. Sahabat baik Manet ialah Edgar Degas. Dia adalah satu dari sedikit orang yang dapat menandingi akal Manet; keduanya sama-sama penuh semangat dan berlidah tajam, dan kadang terlibat pertengkaran sengit. Paul Cezanne, jangkung dan kasar, datang dan duduk merengut di pojok, celana panjangnya ditahan tali. "Aku tak menawarkan bantuan," kata Cezanne ke Manet suatu kali, sebelum duduk sendirian. "Aku sudah delapan hari tidak mandi." Claude Monet, yang asyik dengan dirinya sendiri dan berkemauan keras, merupakan putra seorang pedagang sayur yang tak mendapat pendidikan sebagaimana yang lain. Sahabat terbaiknya adalah si "gelandangan santai" Pierre-Auguste Renoir, yang selama persahabatannya melukis delapan potret Monet. Kompas moral kelompok itu adalah Camille Pissarro: sangat politis, setia, dan berprinsip. Bahkan Cezanne-manusia yang paling rewel dan terasing-suka Pissarro. Bertahun-tahun kemudian, dia mengaku sebagai "Cezanne, murid Pissarro".

Luncheon of the Boating Party by Pierre-Auguste Renoir Year: 1880-1881 (Sumber: https://www.flickr.com/photos/7474079@N02/48877709547)
Luncheon of the Boating Party by Pierre-Auguste Renoir Year: 1880-1881 (Sumber: https://www.flickr.com/photos/7474079@N02/48877709547)
Bersama-sama, grup pelukis luar biasa tersebut menciptakan seni modern dengan gerakan yang dikenal sebagai Impresionisme, Mereka melukis sesama anggota grup, melukis bersebelahan, saling dukung secara emosional dan finansial, dan hari ini lukisan-lukisan mereka digantung di tiap museum seni besar dunia. Tapi pada 1860-an mereka semua masih berjuang. Monet tidak punya uang. Renoir pernah harus memberinya roti supaya dia tak kelaparan. Tapi Renoir juga tidak lebih baik keadaannya. Dia tak punya cukup uang untuk membeli prangko untuk surat-menyurat. Nyaris tak ada pedagang karya seni yang tertarik kepada lukisan-lukisan mereka. Ketika para kritikus seni menyebut-nyebut kelompok Impresionis-dan ada sepasukan kecil kritikus seni di Paris pada 1860-an- biasanya itu untuk menganggap remeh. Manet dan teman-temannya duduk di Cafe Guerbois yang dindingnya gelap, mejanya berbahan marmer, dan kursi logamnya ringkih untuk makan, minum, dan bertengkar mengenai politik, sastra, seni. dan khususnya karir mereka-karena semua Impresionis bergulat dengan satu pertanyaan penting: Apa yang harus mereka lakukan terkait Salon? 

Seni memainkan peran sangat besar di kehidupan budaya Prancis pada abad kesembilan belas. Seni lukis diatur oleh departemen pemerintah bernama Kementerian Rumah Tangga Kerajaan dan Seni Murni, dan pelukis dianggap sebagai profesi seperti dokter atau pengacara sekarang. Seorang calon pelukis bakal memulai kariernya di Ecole Nationale Suprieure des Beaux-Arts di Paris, tempat dia bakal menerima pendidikan yang tertib dan formal, bergerak dari meniru gambar sampai melukis model langsung. Di tiap tingkat pendidikan ada kompetisi. Mereka yang gagal bakal disingkirkan. Mereka yang sukses bakal meraih penghargaan dan beasiswa bergengsi, dan puncak profest pelukis adalah Salon, pameran seni paling penting se-Eropa.

Setiap tahun, para pelukis Prancis mengirim dua atau tiga lukisan terbaik kepada dewan juri yang beranggotakan para pakar. Batas akhirnya tanggal satu April. Para seniman dari seluruh dunia mendorong gerobak penuh lukisan melalui jalan-jalan berbatu Paris, membawa karya mereka ke Palais de I'Industrie, ruang pamer yang dibangun untuk Pameran Dunia di Paris, terletak antara Champs-Elysees dan Sungai Seine. Selama beberapa minggu berikutnya, juri berembuk untuk menilai tiap lukisan. Yang dianggap tak layak bakal dicap huruf "R" merah, tanda ditolak. Yang diterima bakal digantung di dinding dinding Palais, dan selama enam minggu dari awal Mei, sampai satu juta orang bakal mendatangi pameran, berebut tempat di depan karya-karya terbesar dan terkenal sambil mencela karya-karya yang tak mereka sukai. Lukisan-lukisan terbaik mendapat medali. Para pemenang dielu-elukan dan melihat harga lukisan mereka melangit. Yang kalah terseok pulang dan kembali bekerja.

"Di Paris hanya ada kira-kira lima belas pencinta seni yang bisa menyukai lukisan yang tak diterima Salon," Renoir pernah bilang "Ada 80.000 yang tak mau membeli apa pun dari pelukis yang karyanya tak digantung di Salon." Salon membuat Renoir begitu khawatir, sampai-sampai satu tahun dia pernah pergi Palais pada waktu penjurian dan menunggu di luar, berharap bisa cepat mengetahui apakah karyanya bisa dipamerkan atau tidak. Tapi karena malu, dia memperkenalkan diri sebagai teman Renoir. Salah satu pengunjung tetap Guerbois, Frederic Bazille, pernah berkata, "Aku takut sekali ditolak." Ketika seniman Jules Holtzapffel tidak berhasil menembus Salon pada 1866, dia menembak kepalanya sendiri. "Para anggota juri telah menolakku. Oleh karena itu, aku tak memiliki bakat," demikian isi pesan terakhirnya sebelum bunuh diri "Aku harus mati." Bagi penulis di Prancis abad kesembilan belas, Salon adalah segalanya, dan alasan Salon sangat penting bagi grup Impresionis adalah karena juri Salon berkali-kali menolak mereka.

Salon bersikap tradisional. "Karya diharapkan sangat akuntan sampai sekecil-kecilnya, 'diselesaikan' dengan baik dan dibingkai dengan formal, dengan perspektif yang benar dan mengikuti semua kebiasaan artistik," tulis ahli sejarah seni Sue Roe. "Terang menandakan drama, gelap menandakan keseriusan. Dalam lukisan naratif, adegan bukan hanya harus 'akurat', melainkan juga harus menghadirkan nuansa yang bisa diterima secara moral. Satu siang di Salon ibarat satu malam di Opera Paris: hadirin berharap dihibur dan diangkat semangatnya. Biasanya mereka tahu apa yang mereka sukai, dan berharap melihat apa yang mereka ketahui." Jenis-jenis lukisan yang mendapat medali, kata Roe, adalah lukisan besar dan terperinci, menampilkan adegan dari sejarah Prancis atau mitologi, dengan kuda, tentara, dan perempuan cantik, berjudul seperti Kepergian Sang Prajurit, Gadis Muda Menangis Karena Surat, atau Kepolosan yang Ditinggalkan. 

Para Impresionis punya gagasan yang sangat berbeda mengenai apa yang dianggap seni. Mereka melukis kehidupan sehari-hari. Sapuan kuas mereka kentara. Sosok-sosok dalam lukisan mereka tak jelas. Bagi juri Salon dan penonton di Palais, karya mereka terlihat amatir, bahkan mengejutkan. Tapi yang mengejutkan, pada 1865 Salon menerima satu lukisan Manet yang menampilkan seorang pelacur, berjudul Olympia, dan lukisan itu membuat Paris heboh. Lukisan itu sampai harus dikawal penjaga supaya orang tidak terlalu dekat. "Suasana histeria dan ngeri terjadi," tulis ahli sejarah Ross King. "Beberapa yang melihatnya sampai terkena 'epidemi tawa gila'. Sementara yang lain, umumnya perempuan, memalingkan kepala dari lukisan itu karena ketakutan." Pada 1868, Renoir, Bazille, dan Monet berhasil meloloskan lukisan ke Salon. Tapi pada pertengahan masa enam minggu Salon, karya mereka dicopot dari ruang pamer utama dan dibuang ke depotoir-"pembuangan sampah"-satu ruang kecil dan gelap di belakang, tempat lukisan-lukisan yang dianggap gagal disimpan. Itu sama buruknya dengan tak diterima.

Salon adalah pameran seni paling penting di dunia. Semua orang di Cafe Guerbois menyepakati itu. Tapi, penerimaan oleh Salon ada biayanya: mereka jadi harus menciptakan karya seni yang mereka sendiri tak anggap bermakna, dan karya mereka bisa hilang di tengah banyak karya seniman lain. Apakah itu layak? Malam demi malam, para Impresionis memperdebatkan apakah mereka harus terus mengetuk pintu Salon atau berjalan sendiri dan membuat pameran sendiri. 

Apakah mereka mau menjadi Ikan Kecil di Kolam Besar Salon atau Ikan Besar di Kolam Kecil sendiri?

Akhirnya, para Impresionis membuat pilihan yang tepat, oleh karenanya lukisan-lukisan mereka sekarang digantung di semua museum seni besar di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun