Seketika sesak napas saat Inayah melihat sang bunda pergi meninggalkan nya untuk selama nya. Dia tak pernah menduga bahwa ibu nya akan meninggal karena selama ini sang bunda tidak pernah mengeluh sakit.
   Inayah yang bekerja di apotek Kimia Farma tiap hari nya berangkat pagi dan pulang sore hari. Hingga ia jarang memperhatikan kondisi ibu nya. Bu Fatma panggilan dari sang bunda. Ayah dari Inayah sudah terlebih dahulu pergi menghadap Allah saat dia berusia 12 tahun. Inayah memiliki seorang adik perempuan bernama Putri. Putri berusia 9 tahun dan masih bersekolah di SMP kelas 3. Sang bunda yang memiliki toko kelontong di pasar membuat bu Fatma sibuk.Â
" Assalamualaikum bunda, ucap Inayah yang pulang dari bekerja".
" Waalaikumsalam nak...kamu sudah pulang sayang, jawab sang bunda".
Â
" Putri dimana bund?",tanya Inayah karena melihat rumah nya sepi hanya ada sang bunda.
"Ooh...adikmu sedang belajar kelompok dengan teman kelas nya nak".
"Bunda sudah makan belum?, ucap Inayah".
"Memang mengapa nak, kamu bertanya seperti itu?, apa kah bunda terlihat sakit jawab bu Fatma".
"Bukan bund, ini Inayah bawa martabak manis kesukaan bunda tadi pulang kerja aku beli kebetulan pas lewat bund".
"Terima kasih sayang, untuk martabaknya. Sekarang kamu mandi dulu ya kemudian kita makan bareng martabaknya untuk adikmu di simpan di kulkas saja karena mungkin adikmu putri pulang habis maghrib nak".
"Ya bund, aku bersih-bersih dulu ya , jawab Inayah".Â
" Sekalian sholat ashar nak".
" Tadi Inayah sudah ashar ko bund di tempat kerja ".
"Ya sudah alhamdulillah jika begitu".
Inayah pergi masuk ke kamar untuk membersihkan diri. Sang bunda mempersiapkan cemilan yang sudah dibeli Inayah.
" Assalamualaikum bund...tiba-tiba terdengar ucapan salam dari luar teras rumah".
" Waalaikumsalam....jawab bu Fatma".
" Kamu sudah pulang nak, bukannya tadi kamu bilang habis maghrib, tanya sang bunda".
" Ya bund...rencana nya begitu tapi teman putri ada acara jadi hanya sebentar ".
" Ya sudah sekarang kamu pergi mandi tadi kan berangkat siang hari selain itu kotor dari luar".
" Baik bund, aku mandi dulu ya".
" Ya nak, kamu sudah sholat ashar belum?".
" Sudah bund tadi dirumah Ratna".
" Baiklah, selesai mandi kita berbincang di ruang keluarga".
"Siap bund".
" Bund...tadi aku dengar suara Putri , sudah pulang kah?".
" Ya nak, adikmu baru saja pulang sekarang diatas sedang mandi".
" Syukur lah jika sudah pulang bund".
" Inayah buatkan teh hangat untuk kita ya bund".
" Ya sayang, bunda mau cek daftar barang yang kosong dulu ya nak".
" Ya bund, ujar Inayah".
Bu Fatma mengecek stock toko nya melalui komputer sambil menunggu para putri-putri nya berkumpul untuk berbincang santai. Inayah dan Putri kedua anak kesayang bu Fatma. Setelah kepergian suami tercinta bu Fatma menjadi tulang punggung untuk kedua putri nya. Toko kelontong peninggalan sang suami di kelola bu Fatma seorang diri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah kedua anak nya. Meski pun menjadi single parent bu Fatma tetap tegar menjalani semua nya. Dia tidak ingin menikah lagi, keinginan nya hanya ingin fokus kepada kehidupan kedua putri nya tercinta.
Bersambung...
Noted : Nur Hasti
Cahaya PenaÂ
Email. Hastinur79@gmail.comÂ
Halaman 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H