Mohon tunggu...
Nurhasan Wirayuda
Nurhasan Wirayuda Mohon Tunggu... -

Tiada yang diadakan, lalu tiada lagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Iwan Fals Masih di Tepi

6 Februari 2017   17:02 Diperbarui: 10 Februari 2017   09:41 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, ya jangan sampai seperti kasus Syndrom Stockholm. Ada suatu keadaan di mana orang yang disandera, yang diperlakukan dengan baik secara terus menerus oleh si penyandera  akhirnya merasa suka atau nyaman kepada si penyandera.

Selagi ngamennya (konsernya) tidak digunakan untuk kampanye dalam pemilu atau pilkada seperti band anu beberapa hari yang lalu, it’s fine lah. Masalah jualan kopi ya terserah, wongnamanya juga orang hidup. Punya anak istri dan tentu butuh makan. Toh, Iwan Fals juga masih manusia. Tetapi, kalau ngamen-ngamennya digunakan untuk kampanye paslon pada pemilu atau pilkada, maka Iwan adalah orang yang kesekian kalinya akan melumat ludah sendiri.

“Jangan bicara soal idealisme, Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita, Atau berapa dahsyatnya ancaman yang membuat kita terpaksa onani”. (Judul lagu “Jangan Bicara”, album barang antik 1984).

Dan tentunya Almarhum Rendra, dkk. akan kecewa, termasuk juga saya. Bahwa “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”.(Paman Doblang, album Kantata Takwa tahun 1990).

Perahu Oleng

Jika diibaratkan perahu, Negara Indonesia adalah sebuah Bahtera besar. Bahtera yang dasar kapalnya sudah berlubang, bocor. Dinding kapalnya retak-retak, justru dilubangi dan dihancurkan oleh penumpangnya sendiri. Kemudinya diperebutkan oleh beberapa kerajaan, ada kerajaan Cikeas, kerajan Banteng, kerajaan Prabowo, kerajaan macam-macam, yang justru tujuan kapalnya menjauh dari dermaga tujuan semula yang dirumuskan bapak-bapak pembuat bahtera.

Karena bahtera besarnya bocor-bocor, retak, dan kemudinya jadi rebutan oleh beberapa nahkoda maka bahtera tersebut menjadi oleng. Penumpang yang berada di atas bahtera, baik yang di geladak, buritan, haluan atau anjungan saling berbenturan, bertumbukan, bertabrakan padahal para penumpang hanya diam saja. Untuk berjalan lurus saja susah, pasti menabrak-nabrak orang lain. Tentu saja penumpang di atasnya mudah marah-marah, temperamental, kepada orang yang sedikit saja  menyerempet atau menyenggol badan mereka. Padahal yang oleng adalah bahteranya.

Dalam negara yang sedang oleng ini, berbuat baik saja akan salah di mata orang lain. Apalagi bagi Iwan Fals yang kecanduan “bercuit-cuit” di twitter. nyerempet sedikit, marahlah orang-orang yang kena senggolan cuitannya. Menurutku, mustahil kalau orang sekaliber Iwan tidak tahu persis apa yang sebenarnya sedang terjadi di Indonesia.

***

Yang  jelas, makin kesini rakyat melarat makin tidak punya kawan yang benar-benar setia. Widji Thukul, hilang muda. Soe hok gie dan Chairil Anwar mati muda. Rendra sudah pergi. Pram sudah selesai. Bang Iwan Fals semoga masih di tepi, dan tetaplah di tepi.

~Kesetiaan masih ada, setidaknya menjadi cita cita, itu sebabnya aku disini menemanimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun