Sebagai seorang guru, tentu kita tidak dapat memilih bagaimana kita akan menerima bagaimana kondisi siswa yang akan kita haddapi, begitupun sebaliknya.
Manusiawi jika kita berharap dapat siswa yang cerdas, disiplin, dan sudah faham akan tanggungjawabnya.
Tetapi faktanya, segala kondisi siswa harus kita hadapi dengan tangan terbuka. Mereka, para siswa yang datang itu, berharap penuh mendapatkan pelayanan terbaik dari sang guru.
Mereka yang kita bisa sebut sebagai bibit-bibit unggul yang siap kita tanam di ladang yang kita sebut sekolah menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, datang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Ada siswa yang datang dari sebuah keluarga yang memang sudah menyiapkan anaknya untuk masuk ke kelas, tetapi tidak banyak juga siswa yang datang dengan kondisi alakadarnya. Datang dari sebuah keluarga yang hanya ingin menitipkan anaknya ke sekolah sepenuhnya. Akibatnya banyak dari mereka yang tidak memilki kesiapan belajar yang mumpuni.
Begitupun dengan kesiapan dari segi akademis. Sebagai seorang guru SD kelas 1 saya banyak mendapati siswa yang berangkat dari PAUD atau TK yang lebih siap belajar dibandingkan dengan anak yang berasal dari rumah tangga.
Bila disimpulkan, Keberagaman Murid Cakupannya sangat luas, beberapa di antaranya:
Latar belakang keluarga
Kemampuan memahami bahasa yang digunakan di kelas
Kemampuan menguasai keterampilan yang diajarkan
Keterampilan dasar untuk prasyarat memahami materi baru yang akan dipelajari
 Kondisi sosial emosional
Minat besar terhadap bidang tertentu
Kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajar, dan lain-lain.
Latar belakang tersebut pada akhirnya melahirkan karakteristik anak, gaya belajar dan kebutuhan anak yang berbeda dan bervariasi di dalam kelas.
Sebagai guru hal ini menjadi tantangan untuk dapat memenuhi segala kebutuhan anak tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan optimal. Usaha yang dilakukan guru untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa inilah yang kemudian kita sebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon kebutuhan murid dalam belajar yang bisa berbeda-beda, meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya. Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mencakup tiga jenis, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten berkaitan dengan perbedaan kontens materi yang diajarkan kepada murid sebagai tanggapan dari kesiapan belajar murid, minat, atau profil belajarnya (visual, auditori, kinestetik) atau bahkan bisa kombinasi dari ketiganya.
Diferensiasi proses berkaitan dengan perbedaan proses pembelajaran dengan menyediakan kegiatan berjenjang, adanya pertanyaan pemandu atau tantangan, membuat agenda individual murid, memvariasikan waktu, mengembangkan kegiatan bervariasi, dan menggunakan pengelompokan yang fleksibel. Diferensiasi produk berkaitan dengan perbedaan produk tagihan kepada murid dengan memberikan tantangan atau keragaman variasi dan memilih produk apa yang diminatinya.
Pada akhirnya, seorang guru harus memahami bahwa setiap murid memiliki kodrat keadaan yang berbeda-beda. Tugas guru adalah menuntun mereka agar mendapatkan kesuksesan hidup sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan prestasi yang dimilikinya. Dalam hal ini, melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi berarti telah menuntun murid mengembangkan kemandirian murid dalam mengembangakan dirinya. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, murid akan mampu bertanggung jawab terhadap proses dan hasil yang mereka peroleh, serta memiliki regulasi diri yang baik, sehingga akan diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H