Mohon tunggu...
Nurhasanah Fahrizal
Nurhasanah Fahrizal Mohon Tunggu... Guru - Nama saya Nurhasanah. Saya bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Kota Prabumulih sejak tahun 2010.

Saya tidak memiliki hobi khusus. Namun jika terdapat waktu luang saya akan menghabiskannya bersama keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Pembelajaran Inovatif Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui Media Simon Says Game

1 Desember 2023   14:11 Diperbarui: 1 Desember 2023   14:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN  PROBLEM BASED LEARNING MELALUI MEDIA SIMON SAYS GAME TERKAIT  MATERI COMMAND AND PROHIBITION  PADA PESERTA DIDK KELAS VI 

DI SD ANGELLY PRABUMULIH

BIODATA PENULIS

Nurhasanah, lahir di Kota Prabumulih pada 26 Juli 1986. Memulai pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 26 Prabumulih pada tahun 1992, meneruskan pendididkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) YKPP Prabumulih pada tahun 1998, kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Prabumulih pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan pendidikan S1 di universitas PGRI Palembang pada tahun 2005 jurusan Pendidikan Bahasa dan seni program study pendidikan Bahasa Inggris. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan kuliah pendidikan S1nya.

Penulis mendapatkan kesempatan mengajar di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Prabumulih sejak masih duduk di kelas dua SMA pada tahun 2003. Pada tahun 2004-2005, mendapatkan kesempatan mengajar di SD Negeri 42 Prabumulih. Pada tahun 2007-2009 penulis mengajar di salah satu kursus bahasa Inggris di Palembang. Setelah menyelesaikan S1-nya penulis mendapat kesempatan mengajar di SD Palmkids, sekolah swasta nasional plus pada tahun 2010-2015. Ingin keluar dari zona nyaman, kemudian penulis mengajar di SD Angelly Prabumulih School yang juga sekolah nasional plus di Kota Prabumulih sejak tahun 2015 sampai sekarang.

BAB 1 

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi, aktivitas pendidikan pun juga turut mengalami kemajuan dan perubahan. Perubahan yang terjadi membawa banyak dampak positif pada dunia pendidikan  abad 21, kegiatan pembelajaran dapat dilaksankan dimana saja dan kapan saja yang berorientasi pada keaktifan peserta didik dengan melibatkan pengguanaan media teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, Pembelajaran Bahasa Inggris  di SMP sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan berbasis High Order Thinking Skill (HOTS). 

Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan dan keterampilan  dalam mata pelajaran bahasa Inggris  yang berorientasi pada penerapan, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pembelajaran integrative social memadukan berbagai aspek yaitu aspek sikap (afektif), aspek pengetahuan (kognitif), dan aspek keterampilan (psikomotor).

Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum K13 bertujuan membentuk peserta didik yang memiliki bekal ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan berpikir (thinking skills) dan strategi berpikir (strategy of thinking), membentuk peserta didik yang mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking dan mengevaluasi peserta didik sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic assessment). Kurikulum 2013 juga mengharapkan peserta didik mencapai berbagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS) yang meliputi berpikir kritis, kreatif dan inovasi, mempunyai kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama dan memiliki kepercayaan diri.

Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang mencapai standar ketuntasan belajar minimum. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang selama ini penulis lakukan, didapatkan hasil belajar peserta didik yang masih rendah. Hal ini membuat penulis harus mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan. Kendala yang dihadapi penulis diantaranya adalah pemahaman yang masih kurang tentang Kurikulum 2013. Pembelajaran masih beroreintasi pada kemampuan pengetahuan peserta didik, kurang memaksimalkan kemampuan ketrampilan dan juga pengembangan sikap dari

eserta didik. Dalam aspek kognitif pun proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi).

Metode pembelajaran juga berpusat pada guru dan tidak berpusat kepada peserta didik sehingga kurang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Dalam penggunaan sumber belajar, penulis hanya menggunakan buku yang berasal dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Padahal banyak sumber belajar lain yang bisa dimanfaatkan seperti buku-buku lain yang relevan dan bisa juga dari internet. Penggunaan media pembelajaran juga kurang bervariasi sehingga kurang menarik bagi peserta didik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) sehingga dalam pengembangan kegiatan pembelajaran, penulis seharusnya menggunakan langkah-langkah penyelidikan yang disebut scientific method. Langkah-langkah yang termasuk scientific method dimulai dari mengidentifikasi masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil temuan. Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat dalam scientific method tersebut, maka terlihat bahwa scientific method menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam setiap langkahnya.

Pembelajaran berorientasi pada HOTS dilakukan dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Sehingga langkah awal untuk memperbaiki proses belajar yang dilakukan oleh penulis selama ini adalah memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan berorientasi HOTS. Berdasarkan Permendikbud RPP yang disusun oleh guru mencakup komponen Literasi, PPK (Penguatan pendidikan Karakter, HOTS, dan 4C. Setelah RPP diperbaiki, maka penulis melakukan proses pembelajaran di kelas. Selama proses pelaksanaan, penulis juga melakukan evaluasi kekurangan dan kelebihan RPP yang telah dibuat sehingga bisa diperbaiki sesuai kondisi kelas. Selain itu juga diperbaiki teknik penilaiannya.

Setelah melaksanakan pembelajaran sesuai RPP berorientasi HOTS serta evaluasinya, hasil belajar peserta didik meningkat. Selama pelaksanaan  pembelajaran peserta didik juga lebih antusias dari biasanya. Untuk itulah penulis perlu menyusun laporan Best Practice pembelajaran berorientasi HOTS dengan metode Problem Based Learning.

Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam Laporan Best Practice ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris kelas VI semester ganjil terkait command and prohibition

Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan Best Practice ini adalah meningkatkan kompetensi guru atau penulis dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris yang berorientasi pada kecakapan HOTS yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Selain itu juga untuk meningkatkan pencapaian kompetensi kemampuan memahami teks interaksi transaksional Bahasa Inggris terkait command and prohibition pada peserta didik

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan Laporan Best Practice ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi Higher Order Thiking Skills (HOTS).

Sasaran pelaksanaan Best Practice ini adalah siswa kelas VI semester 1 di SD Angelly Prabumulih yang berjumlah 20 siswa

B. Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam Best Practice pembelajaran ini adalah materi kelas VIII untuk materi asking and giving opinion

No

KOMPETENSI DASAR

INDIKATOR PENCAPAIAN

KOMPETENSI

1

3.7 Menguraikan ungkapan kesantunan dalam ujaran order dan request

  • Siswa dapat mengidentifikasi kalimat command and prohibition dengan benar
  • Siswa dapat membandingkan kalimat command dan prohibition dengan tepat

2

4.7 Mengungkapkan kesantunan dalam ujaran order dan request.

  • Siswa mampu menuliskan kalimat command and prohibition dengan benar

C. Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan TPACK dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah tanya jawab dan diskusi

Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.

1. Pemetaan KD

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan KD yang akan dipraktikan di kelas. Pemetaan ini berdasarkan hasil penilaian akhir semester tahun pelajaran 2021/2022 di SMP Negeri 12 Prabumulih dengan hasil yang masih berada di bawah nilai rata-rata.

2. Analisis Target Kompetensi

Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.

3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

IPK Kompetensi Pengetahuan

3.1.1

  • Siswa dapat mengidentifikasi kalimat command and prohibition dengan benar (C1)

3.1.2

Siswa dapat membandingkan kalimat command dan prohibition (C4)  

IPK Kompetensi Ketrampilan

4.1.1

  • Siswa mampu menuliskan kalimat command and prohibition dengan benar

4.1.2

Siswa dapat mempresentasikan kalimat command and prohibition didepan kelas

5. Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah Problem Based Learning

  • Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak Problem Based Learning dengan sintak yang
  • Berorientasi peserta didik kepada masalah
  • Mengorganisasikan peserta didik
  • Data Collection (pengumpulan data)
  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  • menganalisa & mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

GURU

PESERTA DIDIK

Orientasi peserta didik kepada masalah

Pendidik  menyajikan video  tentang kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan oleh beberapa orang terkait tentang materi command and prohibition

Pendidik  meminta peserta didik mengamati video

Pendidik menanyakan pertanyaan mendasar untuk membawa peserta didik pada masalah

Pendidik meminta pesertsa didik menyimak masalah yang harus diselesaikan

 

Peserta didik menyimak video tentang kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan oleh beberapa orang terkait tentang materi command and prohibition

Peserta didik  mengamati video  

 

Peserta didik menjawab pertanyaan  pendidk dengan bertanya jawab, dan berfikir kreatif

 

Peserta didik menyimak masalah yang disampaikan oleh pendidik

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Pendidik meminta peserta didik untuk membentuk kelompok heterogen yang dibimbing oleh pendidik

 

Pendidik  meminta Peserta didik berdiskusi menyelesaikan masalah yang disajikan

Peserta pendidik   membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet terkait materi command and prohibition

 Peserta didik membentuk kelompok untuk berdiskusi

Peserta didik saling membagi tugas untuk menyelesaikan maslah bersama

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

GURU

PESERTA DIDIK

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Pendidik membimbing peserta didik dalam penyelesaian masalah

Pendidik memantau keterlibatan peserta didik dalam penyelesaian masalah

Peserta didik mengerjakan LKPD yang disampaikan pendidik dengan berkolaborasi, berfikir kreatif dan berfikir kritis

Peserta didik menulis setiap tahapan dan pengetahuan yang di dapat dari kamus dan buku paket serta sumber belajar lainnya  

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pendidik mendampingi siswa dalam mengembangkan dan menyajikan laporan hasil kerja

Pendidik memastikan semua kelompok siap menyajikan hasil karya

Peserta didik menemukan solusi atau jawaban dari masalah yang disampaikan

Peserta didik menentukan hasil diskusi kelompok untuk dipresentasikan didepan kelas

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

GURU

PESERTA DIDIK

 

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pendidik membimbing presentasi

Peserta didik mengarahkan semua kelompok untuk fokus dan aktif

Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan materi dan hasil diskusi

Pendidik memberi penguatan   terhadap materi yang disampaikan

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi

Kelompok lain memberikan tang-gapan, mengajukan pertanyaan, atau usul terhadap hasil kerja  kelompok lain.

Peserta didik merangkum hasil kesimpulan dan penguatan yang disampaikan peserta didik

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 higga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21.

Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah :

  • Video dan PPT terkait materi asking and giving opinion
  • Proyektor, Laptop, Speaker,Handphone
  • Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD)
  • S.B Sulaiman. 2019 . Basic English For Elemtary School Year VI. Penerbit Yudistira : Jakart, kamus, dll

Instrumen penilaian yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu:
1.Instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan  jurnal
2.Instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan
a.tes tulis isian singkat
b.uraian singkat.

D. Masalah yang Dihadapi

Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik pendidik selalu menggunakan metode ceramah, peserta didikpun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan pendidik melalui ceramah.

Masalah lainnya adalah pendidik belum mempunyai kompetensi yang matang untuk membuat media video  ataupun PPT yang menarik dalam pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran, video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

E. Cara Mengatasi Masalah

Agar siswa yakin bahwa pembelajaran dengan model PBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, pendidik memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya konsep HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep juga membuat peserta didik memahami pentingnya memiliki kecapan berfikir tingkat tinggi/ HOTS.

Kekurang mahiran pendidik membuat media pembelajaran inovatif seperti video pembelajaran dan PPT dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari Youtube ataupun dari sumber laman lainnya, seiring berjalan waktu pendidik juga menyimak dan mempelajari tutorial pembuatan media pembelajran inovatif berupa video dari aplikasi yang dianjurkan seperti canva. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya

E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Best Practice ini dilaksanakan pada hari Jumat 16 Nopember 2022 bertempat di kelas V  SD Angelly Prabumulih.

BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Hasil

Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.

  • Proses pembelajaran tematik yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL melalui media game berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran. Media game memperkuat pemahaman siswa terkait materi dengan cara yang menyenangkan.
  • Pembelajaran inovatif yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah mengamati, memahami, merinci, dan mendiskusikan permasalahan yang disajikan , peserta didik tidak hanya memahami konsep teks interaksi transaksional pendek dan sederhana terkait materi asking and giving opinion                        (pengetahuan konseptual) peserta didik juga dapat memahami  bagaimana membuat ringkasan yang benar  (pengetahuan prosedural), serta memahami konsep modernisasi. Pemahaman ini menjadi dasar peserta didik dalam mempelajari materi Bahasa Inggris teks interaksi transaksional  dalam penggunaannya sesuai kondisi dan situasi yang tepat. Pemahaman tentang  konsep tersebut membantu peserta didik dalam berinteraksi sosial  serta berkomunikasi dalam menggunakan bahsa Inggris sesuai dengan situasi dan keadaan yang tepat.
  • Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru.

Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran tematik berorientasi  HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang konsep teks interaksi transaksional, struktur kebahasaan, dan fungsi penggunaannya, benar-benar dibangun oleh peserta didik melalui pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

  • Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan video berisi percakapan tentang meminta dan memberi pendapat yang kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah.

Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang  kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, penulis tetap menggunakan sumber tersebut. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks.

Dengan menerapkan model pembelajaran PBL, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video dan tayang PPT serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

 

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  • Pembelajaran inovatif dengan menggunakan model pembelajaran PBL layak dijadikan praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
  • Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran inovatif bahasa Inggris teks interaksi transaksional terkait materi asking and giving opinion  dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

  • Pendidik seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta buku yang relevan yang telah disediakan saja, tetapi pendidk harus berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
  • Peserta didik diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan dan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu peserta didik menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih lama (tidak mudah lupa).
  • Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong pendidik lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis untuk mengimbaskan praktik baik ini akan menambah wawasan pendidik lain tentang pembelajaran HOTS.

DAFTAR PUSTAKA

 

  • S.B Sulaiman. 2019 . Basic English For Elemtary School Year VI. Penesrbit Yudistira : Jakarta
  • Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi, Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran berbasis zonasi, direktorat Jenderal guru dan tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : 2018
  • Ni'mah, Miftah A'inun (2018) TEACHING LISTENING SKILL USING SIMON SAYS GAME. Jurnal Pendidikan Edutama, - (-). -. ISSN P-ISSN: 2339-2258 E-ISSN: 2548-821X

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun