Work-Life Balance
Di era digital yang serba cepat dan dinamis, work-life balance atau keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan pribadi menjadi salah satu isu penting, terutama di kalangan Generasi Z. Sebagai generasi yang lahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, Gen Z dihadapkan pada tantangan unik dalam mengelola waktu, energi, dan perhatian antara tuntutan pekerjaan serta kebutuhan pribadi.
Artikel ini akan membahas bagaimana Generasi Z memandang work-life balance, tantangan yang mereka hadapi, serta strategi yang dapat diterapkan untuk menciptakan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Selain itu, artikel ini juga akan mengeksplorasi peran perusahaan dan lingkungan kerja dalam mendukung terciptanya keseimbangan tersebut.
Bagi Gen Z, work-life balance bukan sekadar jargon keren atau tren sementara, tapi udah jadi bagian dari nilai hidup yang mereka pegang teguh. Mereka tumbuh di era di mana teknologi bikin pekerjaan bisa diakses kapan aja dan di mana aja, tapi justru di situlah mereka sadar pentingnya batasan yang jelas antara kerja dan kehidupan pribadi. Buat Gen Z, kerja itu penting, tapi kesehatan mental dan waktu untuk diri sendiri jauh lebih berharga. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang fleksibel, bisa kerja remote, dan punya budaya kerja yang menghargai waktu istirahat. Nggak heran kalau mereka lebih berani bilang “nggak” ke lembur yang nggak perlu atau menolak pekerjaan yang bikin burnout. Buat mereka, sukses itu bukan cuma soal gaji gede atau jabatan tinggi, tapi juga tentang bisa menikmati hidup, punya waktu buat hobi, keluarga, dan tentunya, self-care. Intinya, Gen Z lebih memilih pekerjaan yang mendukung keseimbangan ini daripada gaji selangit tapi nggak ada waktu buat diri sendiri.
Tantangan Gen Z dalam ngejalanin work-life balance itu cukup unik dan kadang agak rumit diantara tantangannya adalalah :
Pertama, mereka hidup di era di mana teknologi bikin pekerjaan gampang diakses 24/7.
Notifikasi email atau chat kerja bisa muncul kapan aja, bahkan pas lagi rebahan atau liburan. Akhirnya, batas antara waktu kerja dan waktu pribadi jadi kabur.
Kedua, budaya hustle culture
budaya hustle culture ini yang sempat nge-tren bikin banyak Gen Z merasa harus selalu produktif biar dianggap sukses, padahal ini justru bikin gampang burnout.
Selain itu, banyak Gen Z yang baru masuk dunia kerja dan dihadapkan sama ekspektasi tinggi dari atasan atau lingkungan kerja yang masih kaku dan nggak terlalu fleksibel. Kadang mereka juga merasa bersalah kalau nggak angkat telepon kerja di luar jam kantor atau nolak lembur. Belum lagi, tekanan dari media sosial yang penuh sama konten soal kesuksesan orang lain bikin mereka gampang merasa tertinggal (fear of missing out alias FOMO).
Terakhir, ada juga faktor ekonomi
faktor ekonomi ini yang bikin sebagian Gen Z harus ambil pekerjaan sampingan (side hustle) buat nutup kebutuhan hidup. Dan tidak sedikit yang banyak sekali mengambil jalur pinjaman online hanya untuk memenuhi gaya hidup. Jadi, walaupun mereka ngerti pentingnya work-life balance, praktiknya nggak selalu semudah itu. Tapi ya, setidaknya Gen Z udah lebih sadar dan vokal soal pentingnya keseimbangan ini, dan itu langkah awal yang keren banget!
Strategi Menciptakan Keseimbangan Hidup di Era Digital untuk Mencapai Work-Life Balance
1. Tetapkan Batasan Digital yang Jelas
Batasan digital ini guna untuk menyeimbangkan khidupan pribadi dan waktu kerja
2. Kelola Waktu dengan Bijak
Tentukan prioritas harian agar fokus pada hal penting terlebih dahulu.
3. Jangan Abaikan Waktu Istirahat dan Self-Care
Istirahat yang cukup dan berkualitas di malam hari.
gunakan waktu istirhat sebaik mungkin
4. Manfaatkan Teknologi dengan Cerdas
Jangan biarkan teknologi mengontrol waktu kamu, kamulah yang harus mengendalikannya.
5. Bangun Komunikasi yang Jelas di Tempat Kerja
dengan komunikasi yang terjalin dengan baik akan membuat mood kerja menjadi lebih baik dan penuh semangat.
kesimpulan :
Work-life balance bagi Gen Z adalah tentang menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi di era digital yang serba terkoneksi. Mereka menginginkan fleksibilitas, batasan yang jelas antara kerja dan waktu pribadi, serta dukungan terhadap kesehatan mental di lingkungan kerja. Meski dihadapkan pada tantangan seperti hustle culture dan tekanan dari teknologi, mereka tetap berupaya mencapai keseimbangan dengan manajemen waktu yang baik, batasan digital yang tegas, serta komunikasi terbuka di tempat kerja. Bagi Gen Z, kesuksesan bukan hanya soal karier, tapi juga tentang kesehatan, kebahagiaan, dan hidup yang bermakna.
Nama : Nurhasanah
Nim : 112110707
Mata Kuliah : Berpikir Kritis
Dosen Pengampu : Purwanti., S.Pd., MM
Universitas Pelita Bangsa
sumber :
2. https://www.kompasiana.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H