"Di Balik Masalah, Dua Siswa dengan Sisi Positif yang Tak Terduga"
Â
Manusia adalah makhluk yang memiliki dua sisi, yaitu sisi negatif dan positif, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik. Ada yang unggul dalam bidang akademik, mampu memahami pelajaran dengan cepat dan mencapai prestasi tinggi di sekolah. Mereka memiliki kelebihan dalam hal pemikiran logis, analitis, dan konseptual.
Di sisi lain, ada pula individu yang lebih unggul dalam bidang fisik atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga. Mereka mungkin lemah dalam hal akademik, tetapi memiliki kemampuan luar biasa dalam hal kekuatan fisik, keterampilan manual, dan ketekunan dalam bekerja. Keduanya sama pentingnya, karena dalam kehidupan, berbagai keahlian dibutuhkan untuk saling melengkapi.
Oleh karena itu kita sebaiknya tidak hanya fokus pada satu sisi manusia, melainkan juga melihat sisi positif lainnya. Seseorang yang tidak cemerlang di bidang akademik, mungkin memiliki potensi besar dalam bidang lain yang justru menjadi kekuatannya. Menghargai kedua sisi ini akan membantu kita membangun pandangan yang lebih utuh dan seimbang terhadap kemampuan dan potensi orang lain.
Siswa yang sering dilabel sebagai anak yang nakal atau malas sering kali hanya dilihat dari perilaku negatif yang mereka tunjukkan di kelas. Mereka mungkin sering keluar masuk kelas tanpa izin, jarang mengerjakan tugas, atau tampak tidak peduli terhadap pelajaran. Namun, di balik perilaku tersebut, ada sisi lain yang sering terabaikan, seperti kepedulian mereka terhadap lingkungan dan keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Seperti halnya yang terjadi di tempat saya mengajar yaitu di SMA Negeri 1 Tongas, terdapat dua siswa yang sering menjadi bahan pembicaraan baik oleh teman-temannya maupun sebagian guru, karena perilaku mereka yang dianggap mengganggu dan bermasalah. Mereka adalah AW dan AH, yang sering keluar masuk kelas dan jarang mengerjakan tugas. Namun, di balik pandangan negatif ini, keduanya memiliki sisi positif yang sering terabaikan.
AW adalah seorang remaja yang berasal dari Desa Kelampok, dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Ayahnya sudah meninggal, sehingga ia tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya. Ketika di sekolah, AW dikenal sebagai siswa yang sering celometan, tidur di kelas, dan keluar masuk kelas dengan alasan sepele. Saat ditanya oleh salah satu guru di SMA Negeri 1 Tongas, mengenai kebiasaannya keluar masuk kelas, AW menjawab bahwa ia merasa tidak nyaman jika tidak keluar kelas, kakinya terasa gatal dan harus keluar, bahkan untuk sekadar mencuci muka atau hanya melihat ke kanan dan kiri kelas sebelahnya.
Namun, di rumah, AW dikenal sebagai anak yang sangat membantu. Ia sering membantu ibunya membersihkan rumah dan juga mengantar jemput sang ibu ketika ibunya membutuhkan bantuan. Sikap tanggung jawab ini menunjukkan bahwa AW bukanlah sekadar siswa yang bermasalah di sekolah, tetapi juga seorang anak yang peduli terhadap keluarganya.
Selain itu juga ada AH, seorang remaja asal Tanjungrejo, dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai tukang bangunan, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Di sekolah, AH sering tidak mengerjakan tugas dan keluar kelas dengan alasan tidak bisa memahami pelajaran yang diberikan. Ia juga sering bermasalah dengan melanggar peraturan sekolah dan harus keluar masuk ruang Bimbingan Konseling (BK).
Di sisi lain, AH juga merupakan anak yang bertanggung jawab di rumah. Ia kerap membantu orang tuanya, salah satunya dengan memberi makan sapi yang dimiliki keluarganya. Namun, banyak yang hanya melihat perilaku negatifnya di sekolah, tanpa memahami sisi tanggung jawab dan kepeduliannya di rumah.
Siswa yang sering dianggap bermasalah ini ternyata memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan dan kerapian sekolah. Dia tidak segan-segan membantu guru untuk membersihkan dan membuang sampah yang dibuang bukan pada tempatnya oleh kelas yang lain, selain itu dia juga membantu mengangkat barang-barang berat, atau membantu memindahkan peralatan di sekolah. Meskipun mungkin terlihat tidak termotivasi secara akademis, dia justru menunjukkan ketekunan dan kepekaan dalam hal-hal yang melibatkan tenaga dan tanggung jawab fisik.
Dari sini banyak hikmah yang dapat diambil, yaitu dengan memahami karakter siswa-siswi yang ada di sekolah, sehingga tidak hanya fokus pada sisi negatif mereka. Sebagai guru, juga harus mampu menggali potensi positif yang ada dalam diri siswa, mengarahkan energi mereka ke hal-hal yang bermanfaat, serta membantu mereka menemukan peran yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Dari kisah AW dan AH, kita bisa belajar bahwa setiap manusia memiliki dua sisi, seperti dua sisi mata uang dan telapak tangan. Selain melihat sisi negatif, kita juga perlu mengapresiasi sisi positif dari seseorang. Seperti siang dan malam, baik dan buruk selalu ada dalam diri manusia. Kedua siswa ini mengajarkan kita bahwa di balik pandangan negatif yang ada, selalu ada sisi lain yang patut dihargai.
Sebagai guru, tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa memahami dan merangkul anak-anak seperti mereka. Dengan mendekati mereka secara personal, memahami latar belakang dan alasan di balik sikap mereka, kita bisa menemukan potensi tersembunyi yang tidak selalu terlihat di ruang kelas.Â
Mereka tidak selalu harus diukur hanya berdasarkan prestasi akademis, karena dalam kehidupan nyata, kemampuan bersosialisasi, kerja keras, dan sikap empati juga merupakan keterampilan penting yang patut dihargai, sehingga dapat membantu mereka menemukan jalan terbaik untuk mengembangkan potensi positif dalam diri mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H