Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Editor - Peminat sastra

Peminat sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewahkah Petani Makan Beras Organik?

1 Desember 2022   00:58 Diperbarui: 1 Desember 2022   01:05 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota Paguyuban Petani Al Barokah sedang menimbang produk turunan beras organik. Sumber: agrikan.id

Hasil panen petani anggota paguyuban ini dijual kepada koperasi bentukan mereka sendiri, yakni Koperasi Serba Usaha Gardu Tani Al Barokah. Koperasi ini lalu memasarkan produk-produk paguyuban ini melalui website. Pembeli produk-produk paguyuban ini tidak terbatas pada masyarakat di Pulau Jawa, tapi meluas hingga ke Kalimantan. 

Pasar lain di luar negeri adalah Singapura, Amerika, Hongkong, dan Timur Tengah. "Timur Tengah itu mintanya 3 kontainer per bulan. Kami mampunya paling cuma setengah kontainer per bulan," jelas Pak Mustofa.

Organisasi rakyat yang dikelola petani pedesaan memasarkan produknya lewat website? Ah, itu tidak mengejutkan pada zaman sekarang ini. Namun, mungkin Anda tidak akan mengira bahwa paguyuban ini bahkan memiliki server sendiri untuk melindungi data mereka, misalnya data puluhan varietas padi yang mereka budidayakan.

Percayalah, mereka tidak buta akan teknologi. Mereka bahkan menerapkan pertanian digital. Mereka punya alat untuk mengukur kualitas udara, tanah, dan air. Alat-alat tersebut bertenaga surya. Data dari alat-alat itu bisa langsung diakses melalui smartphone. 

Dari data tersebut, petani bisa menentukan misalnya memupuk sawah dengan kompos tertentu atau menanami tanaman yang cocok dengan kondisi tanah tersebut. Alat-alat tersebut sedang disiapkan untuk diproduksi dan dijual demi perkembangan pertanian Indonesia.

Panel udara, salah satu alat digital farming yang dimiliki Paguyuban Petani Al Barokah, berfungsi mengukur kualitas udara. Sumber: antaranews.com
Panel udara, salah satu alat digital farming yang dimiliki Paguyuban Petani Al Barokah, berfungsi mengukur kualitas udara. Sumber: antaranews.com

Menariknya lagi, pemuda-pemuda desa turut tergerak dan tertarik menjadi bagian Paguyuban Petani Al Barokah. Biasanya mereka turut ambil bagian pada periode sebelum tanam dan sesudah panen. Misalnya, pemuda-pemuda itu berperanan menganalisis data dari alat-alat pengukur kualitas udara, tanah, dan air. 

Lebih dari itu, aktivitas paguyuban ini ternyata mampu mengurangi angka urbanisasi. Pemuda-pemuda jadi tertarik pada pertanian dan turut ambil bagian dalam paguyuban tersebut.

Belajar dan terus belajar. Agaknya, itulah moto yang selalu diikuti oleh anggota paguyuban ini. Mereka tidak hanya mempelajari hal-hal umum dalam pertanian organik, misalnya belajar mengolah kompos dari limbah rumah tangga, mereka juga terbuka mempelajari ilmu baru lalu mengajarkannya kepada petani lain. Dukungan dari pemerintah maupun instansi-instansi swasta membuat mereka lebih terbuka, optimis, dan siap lebih berkembang.

Astra misalnya, melalui program Desa Sejahtera Astra, sejak 2018 mendukung paguyuban ini melalui bantuan prasarana, pelatihan hardskill, mendatangkan profesor pertanian untuk mengajarkan ilmu-ilmu pertanian, sertifikasi lahan dan produk hingga level internasional, termasuk menciptakan peluang ekspor produk. 

Desa Ketapang memang menjadi salah satu desa dari hampir seribu desa yang Astra dampingi melalui program Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra. Dengan kedua program tersebut, Astra berupaya memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun