Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Editor - Peminat sastra

Peminat sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bukan Lagi Sumi

11 Agustus 2016   17:15 Diperbarui: 11 Agustus 2016   18:54 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - lorong sunyi. (kfk.kompas.com/Agus Nonot Supriyanto)

“Mau apa, Mas?! Jangan masuk ke kamar itu!” teriak Sumi.

Tarno dan kedua mertuanya yang masih terkaget-kaget kontan ikut berlari ke loteng.

Ahmad mengambil pigura, kursi, taplak putih dari kafan, dan tikar di kamar loteng. Sumi menyerang Ahmad.

“Pegangi Sumi!” teriak Ahmad.

Tarno dan bapak mertuanya memegang kuat-kuat tangan Sumi. Sumi berontak. “Mas, di kursi itu Kanjeng Nabi bakal duduk dan ngasih uang!”

Ahmad tidak memedulikan kata-kata Sumi. Dibawanya barang-barang itu ke halaman belakang, lalu dibakarnya. Sumi menangis. “Oh, Kanjeng Nabi….”

Ingsutan tubuh di atas amben mengagetkan Tarno. Kembali jantungnya berdetak kencang. Ia tahu perempuan itu tidak tidur. Mungkin sedang mengawasinya diam-diam, mencari-cari taktik agar bisa keluar dari sekapan ruangan itu.

Ah, kenapa Mas Ahmad belum bangun juga? Tarno membatin. Lalu ia mengeluhkan keteledorannya pagi itu, setelah barang-barang untuk pemujaan itu dibakar.

Langit pagi belum juga merah ketika Sumi membisu di ruang tamu. Ia telah berpakaian seperti orang-orang lainnya. Tarno menemaninya. Tapi ia sempat pergi ke dapur sebentar untuk membuatkan teh manis. Ketika ia kembali ke ruang tamu, Sumi telah raib.

Tarno dan ibu mertuanya menangis. Ahmad segera mencari-cari Sumi dengan motor. Selepas Ashar Sumi ditemukan di surau di kampung tetangga. Tapi ia takmau pulang. Akhirnya Ahmad menungguinya. Barulah ketika azan magrib terdengar, tiba-tiba mata Sumi menyorotkan keganasan. Ditariknya Ahmad, minta pulang.

Dalam perjalanan pulang dengan kecepatan 20 km, Sumi tiba-tiba mencoba melompat dari motor ketika sebuah truk melaju dengan kencang. Ahmad berhasil mencekal tangan Sumi, lalu ia melompat dari motor, dan membiarkan motornya menabrak semak-semak di pinggir jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun