Bagaimana dengan kehidupan pribadi? Agustin yang pernah menikah dan siap menikah lagi ini intens bertemu dengan keluarganya. Sering keluarganya diminta berkunjung ke daerah yang sedang dilabuhi kapal Agustin. Pemeo “makan nggak makan asal kumpul” rupanya tidak berlaku bagi Agustin. Menurut Agustin, justru sulit bertemu walaupun dekat tapi tidak punya uang. Kalau berjauhan, asal ada uang, gampang saja bertemu dengan keluarga. Jadi, berapa sih gaji Agustin? Sambil tertawa, ia berseloroh, “Lebih dari gaji gubernur....”
Rakus Membaca Buku
Bicara tentang penghasilan, ada satu fakta menarik tentang Agustin. Nakhoda cantik dan berpenampilan feminin ini rutin menganggarkan Rp 1 juta setiap bulan untuk membeli buku. Apakah bukunya benar-benar dibaca atau sekadar ditumpuk? Hm... hobi membacanya sama sekali bukan hobi basa-basi yang diucapkan orang dengan mudah. Buku-buku yang Agustin beli pada awal bulan selalu habis dibacanya pada bulan itu pula. Dalam dua hari, ia bisa menyelesaikan baca buku setebal 500-800 halaman. Mungkin Anda jadi bertanya, apakah pekerjaan nakhoda sedikit sampai-sampai bisa membaca buku setebal itu hanya dalam dua hari. Berbeda dengan perwira yang punya jam kerja, tanggung jawab nakhoda 24 jam penuh setiap harinya.
[caption caption="Kapten Agustin membaca buku di kamar khusus kapten kapal | Dokumentasi Pribadi"]
Kapal Gas dan Pensiun Dini
Agustin sekarang ini dipercaya menakhodai kapal MT Merbau 3.500 ton DWT—total bobot yang dapat ditampung kapal untuk membuat kapal terbenam sampai batas yang diijinkan—dengan muatan 4.000 kilo liter. Ketika sedang sandar hari itu, kapal baru saja kembali dari Pontianak. Kapal tanker tersebut mengangkut BBM ke seluruh wilayah Indonesia.
[caption caption="Kapten Agustin dipercaya menakhodai kapal tanker MT Merbau | Dokumentasi Pribadi"]
[caption caption="Satu dari dua kapal LPG Pertamina | Dokumentasi Pribadi"]
Namun, satu hal yang perlu diingat dari Agustin, ia memperjuangkan cita-citanya tak hanya untuk dirinya sendiri. Sebagai perempuan nakhoda kapal tanker pertama di Indonesia, ia berusaha bekerja sebaik mungkin, berusaha menghindari kesalahan karena nasib adik-adiknya—perempuan perwira kapal—bergantung kepada dirinya. Kalau Pertamina melihat Agustin yang perempuan “gagal” sebagai nakhoda, akan sulit bagi perempuan perwira berikutnya yang ingin maju sebagai nakhoda.
Memanen cerita dari Agustin seperti tak ada habis-habisnya. Namun, kesinggahan saya di kapal itu berbatas waktu. Peringatan bahwa semakin sore ombak semakin besar membuat awak media lekas-lekas merampungkan wawancara dan pengambilan foto. Lagi pula, kepala kami sudah keliyengan dan perut saya mulai terasa mual sejak awal naik kapal seiring dengan terombang-ambingnya kapal walaupun posisi kapal sedang sandar. Dan, sekali lagi saya berurusan dengan tangga monyet untuk turun ke speedboat. Turun dari kapal dengan tangga itu ternyata lebih menakutkan daripada ketika naik ke kapal.
Ombak semakin sore memang semakin besar karena sedang musim angin barat, mengayun-ayun speedboat yang kami tumpangi. Semakin jauh speedboat berlalu dari kapal MT Merbau, saya makin termangu saja memandangi kapal tanker tersebut. Pasalnya, saya merasa harus mengambil foto kapal tersebut untuk melengkapi reportase saya. Di sisi lain, saya harus mengeratkan tangan untuk berpegangan ke speedboat agar tidak terlempar ke laut. Sebelumnya, dalam perjalanan berangkat menuju kapal itu, saya urung mengambil foto karena gerimis agak deras. Sungguh, nihilnya foto kapal itu adalah kesalahan terbesar saya dalam liputan itu.
Lalu ingatan saya kembali tertuju kepada Agustin. Saya diombang-ambing ombak sebesar itu saja rasanya sudah takut maksimal, bagaimana Agustin menghadapi hari-harinya di kapal sepanjang bulan, sepanjang tahun dengan terjangan ombak yang dahsyat? Ketangguhan macam apa yang dimilikinya? Beberapa hari kemudian, lewat wawancara lanjutan via email, barulah saya mendapatkan gambaran bagaimana Agustin memandang hidupnya.
Hidup saya sudah seru, Mbak, beda daripada wanita yang lain, memimpin sekelompok pria gagah dan tangguh yang rata-rata badannya lebih besar dari saya di tengah lautan luas dengan tugas negara yang begitu berat, mengantar pasokan minyak tepat waktu dalam cuaca dan keadaan apa pun.