Ke Jogja aja.....
Saya selalu punya jawaban yang sama, ketika seseorang meminta pendapat sebaiknya kuliah dimana...
Yang baik dan yang terbaik ada di kota ini. Mau swasta atau negeri. Yang pas-pasan tentu juga ada.
Mau kuliah apa saja ada. Dari Filsafat sampai Nuklir. Ngurusi mobil, kapal laut, pesawat terbang tersedia. Main gamelan, dalang, musik apapun, melukis, desain grafis, arsitektur, ilmu tanah, kehutanan, pertanian, perikanan. Pendeknya apa saja ada.
Tapi, bukan itu alasan utama untuk saran yang saya berikan.
Jogja memberikan suasana. Bukan hanya ruang kuliah, tetapi jauh lebih penting dari itu. Ruang kuliah kehidupan, dan hidup yang lebih berwarna.
Pameran buku lebih sering dibanding pameran mobil atau kulkas. Diskusi tentang apa saja ada. Komunitas apa saja ada. Seminar apa saja ada. Dari yang populer seperti politik, ekonomi, sampai yang sangat detil seperti soal pengeboran, peternakan bebek, atau membahas rekayasa nyamuk untuk membasmi DBD.
Di luar kampus segala hal ada. Mau jadi relawan? Bencana alam, penyelamatan hewan, pengumpulan dana, Bahkan kamu bisa menjadi relawan untuk memberi makan nyamuk di pusat penelitan.
Mau menjadi "kanan" sekali bisa, ada banyak organisasi keagamaan tersedia. Mau jadi "kiri" sekali juga boleh, banyak lembaga kajian dan penerbit buku untuk memuaskan. Kamu bebas ikut kajian di masjid kampus yang membahas jenis-jenis neraka, lalu di sore harinya ikut diskusi yang mempertanyakan apakah neraka benar-benar ada.
Kamis sore kamu tenggelam dalam tugas kuliah di co working space yang apik, lalu Jumat pagi berbaju kumal ikut demo petani yang menolak bandara. Tampil gaya dengan tas dan kacamata korea di kampus, lalu malamnya latihan nabuh gamelan di rumah budaya.
Nonton konser musik di kampus, setelah ngajar les bahasa Perancis. Pasang tato di bahu kiri, yang kelihatan pas pake kemben waktu ikut UKM tari. Rajin nonton pameran instalasi, meski selalu bergumam : ini maksudnya apa?
Pendeknya, kota memberi semua yang dibutuhkan, untuk menjadi mahasiswa, dan untuk belajar menjadi manusia.
Karena itu, kuliah di Jogja bukan sekedar soal akreditasi kampus. Ini soal ruang pameran, senja di titik nol, tengah malam di alun-alun, stasiun kereta menuju ke mana saja, pertemuan-pertemuan tentang segala hal penting dan seputar omong kosong. Roda motor yang berputar dari satu diskusi ke diskusi, dari satu pentas ke pentas, satu festival ke festival, dari drama ke baca puisi, dari pameran ke pameran.
Jadi, sangat mengherankan jika ada mahasiswa yang menghabiskan waktunya dengan punya pacar ketika kuliah. Karena dia membuang kesempatan paling indah untuk dikenang: menjadi jomblo dan melihat bayangan hidupnya di tangga kampus...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H