Mohon tunggu...
nurhadi sucahyo
nurhadi sucahyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Membaca, Mendengar, Melihat, Menulis

Mulai dari Nol

Selanjutnya

Tutup

Music

Beatles, Paul, dan Sepenggal Perbincangan

21 Februari 2022   16:35 Diperbarui: 21 Februari 2022   16:43 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, itu seperti bilang apakah kamu ingat telah jatuh cinta. Semua terjadi begitu saja... "


Itu jawaban John Lennon dalam sebuah wawancara tahun 1972, ketika ditanya apakah dia ingat satu peristiwa yang menandai perpecahan The Beatles.


Bagi sebagian fans grup asal Inggris itu, Yoko Ono adalah aktor penting. Kekecewaan jutaan orang selama lima dekade ini, dibebankan ke pundak perempuan itu. Seandainya, dan memang seandainya dia tidak masuk ke lingkaran inti Beatles, barangkali dan ini betul-betul barangkali, kita masih bisa melihat eyang-eyang sepuh main band di televisi. Dan Beatles tertulis di layar panggung.

Banyak pihak menepis peran Yoko Ono. Bahkan John Lennon.

" Aku antara akan menikahi mereka atau Yoko, dan aku memilih Yoko, dan aku memilih dengan benar," kata Lennon tak lama setelah bubarnya Beatles.

Tapi, ketika Plastic Ono Band terbentuk, dengan Yoko di dalamnya, dan Eric Clapton, wajar jika tuduhan tertuju ke perempuan nyentrik itu. Meski tak banyak terdengar dan tentu tak melegenda seperti Beatles, Plastic Ono Band adalah duri dalam daging di akhir periode Beatles.

Tapi ini seperti legenda. Ada versi, dan kita boleh memilih. Soal peran Yoko Ono, memang sulit dilepaskan. Tapi juga tak ada bukti. Cuma, banyak band bubar, oleh urusan cinta salah satu personelnya.

Bahkan banyak pikiran liar. Jika saja Lennon tak beristri Yoko Ono, tetap hidup di Liverpool, bisa saja garis nasib tak membawanya pada peristiwa 8 Desember 1980. Ketika Mark David Chapman melesatkan empat butir peluru di New York.

****

Untunglah masih ada Paul McCartney. Eyang kakung yang dengan ingatan luar biasa bisa bercerita banyak kiprah Beatles era 60-70.

Dokumenter terbaru: McCartney 3,2,1 produksi Hulu masih hangat tersaji. Produser musik Rick Rubin, eyang kakung yang lain, membawa obrolan ngalor-ngidul, serasa duduk di pos kamling mendengarkan tetangga sepuh ngobrol soal gestapu.

Dan McCartney dengan ingatan kuat pada detilnya, mampu mengisahkan dengan apik, lagu demi lagu yang dia terlibat dalam produksinya.

Pria sepuh ini, legenda tamvan pada masanya, menempatkan kawan main bandnya, dalam kenangan yang jernih. Sepertinya, meski orang Inggris, dia paham betul falsafah mikul duwur, mendem jero.

Sebagai penikmat, soal mikul duwur mendem jero ini akhirnya harus diteladani. Lepas soal masa lalu, ketika Yoko Ono datang dan memisahkan Lennon dari kawan-kawannya, mengingat yang baik dan memendam yang buruk masih lebih nikmat. Senikmat musik mereka, yang tersaji sampai hari ini.

Produksi terbaru ini juga membuktikan, McCartney adalah seorang jenius. Suaranya masih mantap dan gerak tubuhnya begitu musikal.

Ya, sejumlah orang jenius bekerja di NASA, IBM, atau Ford. Empat orang jenius memilih main band. Enam puluh tahun lalu di Liverpool. Kita beruntung ada yang tersisa, dan bisa mendongeng tentang mereka..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun